2.🍂 Perlindungan sihir

369 41 23
                                    

Seketika semua berlarian ke arah selatan. Ex terlihat begitu panik hingga terkesan seperti mengejar Evans yang sudah agak jauh dari rombongan. Berbeda dengan Biggo yang berlari agak lambat; mungkin karena berat badannya, atau berusaha tetap dalam satu kelompok begitu juga dengan Dirga.

Dirga, Biggo dan Darla mereka semua sangat lihai dalam berlari, dibandingkan dengan Vi tubuh pendeknya menyusahkannya ketika berlari, kadang ia kesusahan jika melewati batu atau batang pohon. Begitu juga Risa, meskipun badannya tinggi dan ramping tapi ia tidak terbiasa berlari seperti mereka, makanya ia berada di barisan paling akhir bersama Vi.

Kenapa berlari? Apa mereka tidak sadar jika mereka bisa terbang!? Pikir Risa.

"Arah sini!" Replek semua mata melihat ke sumber suara.

Dari arah timur seorang wanita tua yang melambaikan tangannya di balik batu besar, menyuruh mereka untuk ikut bersamanya; melambai terus sambil berteriak.

Ada sedikit keraguan saat tau wanita tua itu juga seorang penyihir, di tambah jika mereka mengikuti saran wanita itu berarti mereka akan berpisah dengan Ex dan Evans. Namun tidak ada pilihan lain! Karena para pengejar itu semakin mendekat, toh Ex dan Evans seperti tidak memperdulikan keselamatan anggota kelompoknya, tidak seperti Biggo dan Dirga; terus menarik Vi yang seringkali terjatuh di tengah lariannya, juga mendorong Risa yang tidak terbisa berlari secepat mereka.

Jika wanita itu berniat untuk menolong mereka kenapa harus menolak?

"Ikuti aku! Jangan ikuti dua bajingan itu!" Teriak Dirga sedikit mengumpat di akhir ucapannya.

Dengan seketika Biggo menarik tangan Vi ke arah timur; mengikuti Dirga. Risa dan Darla sempat saling tatap; apa mereka akan perpaling dari ketua kelompok? Dan mengikuti saran Dirga? Darla menganggukan kepalanya sambil mengulurkan tangan ke arah Risa.

Risa menggapai tangan Darla dengan senyuman, berusaha berterima kasih lewat lengkung bibirnya. Karena berkat Darla Risa tidak ketinggalan oleh rombongan.

Setelah sampai Risa berusaha menetralkan napasnya yang memburu, serta detak jantungnya yang memompa seakan meronta keluar. Tadinya ia ingin berkata, namun niatnya ia urungkan; karena melihat wanita tua itu menaruh jari telunjuk di bibirnya yang kering. Risa tau jika itu isyarat untuk diam.

Para pengejar yang memakai sapu terbang serta jubah hitam, tak luput dengan topi kerucutnya, sekelebat melewati mereka yang bersembunyi di balik batu besar. Apakah para penyihir itu tidak melihat? Atau keberadaan Ex dan Evans lebih memikat dari pada mereka?

"Sebaiknya kita cepat bergegas, sebelum mereka menyadari kalian!" Suara itu berhasil membunyarkan lamunan para peri yang berada dalam pikiran masing-masing.

🍁🍁🍁

Keheningan menguasai keadaan saat ini, para peri mengikuti langkah wanita itu dengan lambat. Memang wanita tua itu tidak memakai jubah hitam ataupun topi kerucut apalagi sapu terbang, tapi jika bukan penyihir siapa lagi? Inikan dunia sihir! Mustahil dia manusia, tapi kenapa menolong mereka yang jelas-jelas bukan dari kawanannya.

Risa tidak bisa menahan semua pertanyaan yang berseliweran dalam benaknya.
"Apa anda seperti mereka?" Seketika saja wanita itu menatap Risa dengan tajam.

Dengan cepat Biggo merentangkan kedua tangannya, berusaha melindungi kelompoknya jika saja ada serangan secara tiba-tiba dari wanita tua itu.

Wanita tua itu merubah ekspresi wajahnya setelah melihat pergerakan Biggo yang sangat drastis. Terkekeh dan mengedipkan matanya,
"Jangan takut! Aku hanya terkejut dengan pertanyaan perempuan tadi." Sambil mengedikan kepalanya pada Risa, "Jangan samakan aku dengan mereka! Aku memang penyihir, tapi tidak berkelakuan seperti mereka." Sambungnya dengan melambaikan tangannya pada sekelompok peri. Mungkin maksudnya hanya untuk menjelaskan jika itu hanya masalah biasa?.

Wajah Darla mengerut mendengar jawaban sepele dari mulut kering itu.
"Maksud anda apa?"

Wanita itu kembali berjalan yang sempat terhenti oleh ucapan Risa.
"Aku hanya penyihir biasa, sedangkan mereka... penyihir istana para penjaga." Jawabnya tanpa menghentikan langkah, ataupun memperlihatkan wajah.

"Ouuuuh... Dan mereka masih muda! Sedangkan anda sudah tua! Jelas! jelas! Jelas!...." Oceh Vi, yang langsung di hadiahi beberapa tatapan horor.

Vi langsung menggigit bibir bawahnya, ia tidak tau jika ucapannya bisa berpengaruh besar. Tapi dengan seketika nyengir, setelah terdengar kekehan wanita tua itu saat mendengar perkataannya.

Dirga menghembuskan napas lega, sedangkan Biggo mengelus dadanya; saat tau jika penyihir tua yang berada di hadapannya tidak tersinggung dengan ucapan Vi.

Tapi Darla tetap memasang mata tajamnya pada Vi. Tidak punya filter mulutnya itu. Batin Darla mengumpat.

Wanita itu sibuk dengan arah tujuan kakinya, tapi mulutnya masih sempat untuk bersuara.
"Kalian tau?... Jika kalian memasuki kawasan kami tanpa izin!" Wanita tua itu kembali membuat suasana mencekam.

Tidak ada yang berani membuka suara.
"Ya... Kami tau... Tapi kami nyasar!" Kecuali Biggo, dengan nada membela diri.

"Dan sayangnya... Sihir kami semakin hebat. Perlindungan yang kalian tembus beberapa tahun ini berkembang, bukan hanya sekedar perlindungan!" Kini wanita itu menghentikan langkah, berbicara lebih serius, tanpa kekehannya. Membalikan tubuhnya yang kering serta menatap satu-persatu peri.

Semua peri semakin termangu mendengar ucapan penyihir itu.
"Bisakah anda terus terang apa yang harus kami lakukan!?" Serobot Dirga tidak tahan dengan pernyataan yang hanya setengah-setengah itu.

Wajah tua itu tampak mengerikan saat meperlihatkan seringai tajamnya.
"Kalian tidak perlu melakukan Apapun. Hanya diam saja mereka akan menemukan kalian, karena perlindungan kami dapat merasakan jika ada yang ganjal di kawasan ini." Terangnya yang berakibat peri terdiam dalam ketakutan.

Darla mengangkat wajahnya yang agak kemerahan. Ketakutan sudah menguasai dirinya.
"Kalo begitu, kenapa anda menolong kami dan menyuruh mengikuti langkah anda! Jika mereka tetap akan menemukan keberadaan kami!" Ucapan Darla setengah membentak, ia berusaha menahan kemarahannya; karena jelas usaha wanita tua itu tidak akan merubah nasib mereka.

"Setidaknya kalian di temukan dengan keadaan terhormat!" Dengus penyihir. Membalikan badan dan kembali melangkahkan kaki menyusuri jalan.

🍁PERI NYASAR🍁

Hulaalalalaalala.....
Bagaimana keadaan Ex dan Evans?

Yuuu votmen
Vote and komen


Maaf sebelumnya... Aku tau aku salah!
Karena terlalu lama off dan gak muncul di wf, gpp jga klo gk ada yag baca karena merasa terPHP-in, soal y aku gk Update.

Beberapa minggu ini aku setreeees... Karena lockdown dan PSBB jadi gak bisa pulang! Lebaran aku sendirian, sebab berada di pulau orang!!!

Geeengs... Otakku macet buat mikir! Boro² lanjut cerita, mikirin dirisendiri ajj aku puyeeeeng.

Tapi Alhamdulillah sekarang semuanya
mulai d perlonggar. Doakan saja!

Maaf y.... Minal Aidzin walfa idzin


🧚.

Peri NyasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang