XXXIII 🍁 Penjelasan Elisa

978 80 0
                                    

Sudah lama Alaska tak memasuki rumah Elisa, tapi untuk saat ini Ia duduk tepat di meja makan dapur Elisa yang telah di isi dengan bubur ayam dan buah-buahan.

Evans dan PERI juga berada di sekeliling meja dengan sajian berbagai buah di hadapannya
"Makan dahulu, aku akan sedikit berbincang dengan kau" ucap Elisa tanpa memandang Alaska meski Ia berhadapan.

Lidahnya kembali merasakan Bubur ayam buatan Elisa yang kerap kali di hidangkan saat Alaska akan sekolah SD, rasanya seperti mengembalikan Alaska ke tahun di mana ia mempunyai teman dalam hidupnya.

"Apa kalian sudah lama kenal?" tanya Evans pada PERI tapi Elisa langsung mengangkat kepalanya dari  kesibukan memakan bubur.

PERI mengangguk dengan lambat tapi mulutnya mengunyah sangat cepat
"Mungkin 1 bulan..." jawab PERI setelah menelan pepaya dalam mulutnya.

Evans sedikit tersentak tapi menutupinya dengan pura-pura tersedak
"Dimana kalian bertemu?" Elisa menyerobot dengan cepat.

Alaska hanya sibuk dengan makanan, perutnya yang beberapa hari ini kosong belum di isi membuat Alaska tak memperdulikan percakapan yang sedang berlangsung di hadapannya.

Tapi Alaska langsung terdiam saat pertanyaan Elisa melintas di telinganya, PERI menjawab dengan pelan
"Aku... Aku tak tau, tapi... Ak-"

"Kita bertemu di gang dekat tempat ku bekerja, dia jatuh saat aku hendak pulang" Alaska tak akan membiarkan PERI jujur sepenuhnya dalam pertemuan yang memalukan itu.

Selang beberapa menit kemudian Alaska menjauhkan mangkuk kosongnya dan menatap wajah yang ada di ruangan ini satu persatu
"Apa yang ingin kalian bicarakan dengan ku?" tanya Alaska setelah menegaskan jika ini adalah waktu yang tepat untuk memulai  pembicaraan.

Elisa sedikit melirik pada Evans lalu memandang Alaska
"Aku minta maaf! Hanya itu" ucap Elisa setelah membuang napasnya dengan keras.

Wajah yang selama ini sering membuatnya kesal kini sangat lembut, tak ada setitik pun amarah di wajah itu tak seperti biasanya, untuk beberapa saat hanya ada keheningan  "Maaf?" ulang Alaska, tak mengerti atau tak puas akan kata maaf dari mulut Elisa?

PERI dan Evans berusaha menyibukkan diri mereka dengan buah, meski kadang mereka mencuri pandang dan terdiam untuk memperhatikan.

"Ya hanya itu, Maaf aku sudah menelantarkan kau selama ini dengan membiarkan kau hidup menyendiri, karena seharusnya aku mengurus kau seperti pada anak sendiri..." terdiam untuk menarik napas
" ... Aku yakin kau pasti masih ingat saat di mana aku mengusirkau dari rumah ini, ya. . .  saat itu kau memasuki kamar yang selama ini aku rahasiakan" kata Elisa pelan tapi masih terdengar dengan jelas.

"Yeah, aku ingat dan akan selalu ingat! Apa kau akan memberi tau ku rahasia yang kau sembunyikan di dalam kamar itu?" Tanya Alaska, ingin tau rahasia yang sebegitu rahasianya sampai-sampai Elisa mengusirnya.

Di sisi kanannya PERI tampak bergairah saat mendengar perkataan Alaska, tapi tidak dengan Evans yang terkesan biasa saja seperti tak begitu tertarik dengan rahasia Elisa.

"Karena kau sepertiku, mengenal peri. Kau tak akan begitu terkejut dengan apa yang selama ini ku sembuyikan" ucap Elisa sambil beranjak ke ruangan yang selama ini selalu di kuncinya dan alasan kenapa Alaska bisa hidup sendiri.

Elisa kembali dengan memegang kedua ujung sayap yang transparan tapi samar-samar berwarna orange
"Ini sayap Evans, aku selalu menjaganya agar tak ada masalah dengan sayap nya, Evans menitipkan ini padaku saat dia akan pergi" jelas Elisa sesekali menggulirkan bola matanya pada Evans yang tengah sibuk mengupas jeruk.

"Yeah, aku mengerti maaf kan aku juga yang telah berani memasuki ruangan itu, meski aku tak melihat sayap Evans di ruangan itu" jawab Alaska setengah menyesali kelakuannya saat dulu
"Dan... Terima kasih" Alaska tak meneruskan ucapannya terlalu canggung untuk mengatakannya.

Untuk selama ini Alaska tak pernah melihat Elisa yang tersenyum dengan kelembutan di wajahnya
"Ya... Aku tau, kau anak baik" raung Elisa berjalan mengelilingi meja dan memeluk Alaska dari belakang.

Alaska terdiam merasakan pelukan yang tak pernah di rasakannya, Elisa tak seperti yang  Ia pikirkan selama ini, dia mempunyai kelembutan tersendiri.

"Aku minta maaf akan kelakukan ku selama ini... Jangan dendam padaku Alaska. Selama ini aku berusaha membuat mu mandiri dengan cara mengusirmu dari sini, agar suatu saat nanti Kesendirian tak akan jadi masalah bagi hidup mu! Tapi mungkin kau menganggapku seorang yang tak punya hati! Berani membiarkan bocah SD hidup dan menapkahi dirinya sendiri" bisik Elisa tepat di telinganya, ucapannya tersenggal-senggal.

Alaska dapat merasakan tubuh Elisa yang terguncang, mungkinkah  dia menangis? Alaska hanya terdiam tak membalas pelukan itu tapi malah memejamkan matanya.

Aku salah! Ternyata masih ada orang yang menyanyangi ku selama ini, ku pikir keberadaan ku tak pernah di inginkan.

.🍁🍁🍁

Tawa canda kini memenuhi ruangan yang selalu hening, tak ada rasa benci dan dengki semuanya sudah melebur di gantikan dengan hal yang lebih indah, Kebersamaan.

Mungkin selama ini Alaska selalu menginginkan keberadaan kedua orangtuanya, tapi untuk saat ini dan seterusnya Alaska tak akan menginginkan hal yang tak akan pernah ada, tidak akan mengharapkan kasih sayang lagi, karena ternyata kasih sayang itu ada dari seseorang yang selalu di bencinya.

Biarlah masa lalu menjadi kenangan hidup dan masa depan menjadi tujuan hidup.

"Kau tak perlu lagi makan di luar, masuklah ke dapurku karena aku selalu meninggalkan makanan di lemari" ucap Elisa, saat semuanya berhenti menertawakan cerita Peri yang mengambil uang Elisa dan di tuduh oleh burung kakatuanya.

"Yeah, baiklah tapi aku ingin tetap tidur di atas" respon Alaska.

Elisa mengangguk dengan antusias
"Anggap dia tante kau dan jangan sungkan minta uang" sambung Evans dengan cengiran.

Alaska sempat tertawa
"Aku sudah punya pekerjaan kok, lumayan lah untuk jajan dan memenuhi kebetuhanku" senggal Alaska.

Elisa langsung menatap Alaska dengan penuh pertanyaan
"Kau bekerja di mana selama ini?" tanya nya sedikit tajam.

Evans berbincang dengan PERI di sisi Alaska, entah apa yang mereka permasalahkan.
"Aku kerja di Cafe ayahny temanku, ayah si kembar dua berandal yang pernah singgah ke rumah ini di malan hari itu" jelas Alaska memberi tau siapa kedua orang yang pernah membuat onar di depan pintu Elisa.

Elisa tampak berpikir mengingat-ingat kejadian yang Alaska katakan
"Ooh... Dua berandal itu! Kerja apa kau di sana?" tanya Elisa setelah mengingatnya.

"Pelayan hanya itu, tapi gajinya lumayan besar" jawab Alaska dan menengok ke arah PERI setelah mendengar deheman yang keras.

PERI menatap satu persatu wajah dan terdiam saat pandangannya berhenti di Evans, lalu berpaling ke Alaska saat Evans menggerakan kepalanya ke bawah
"Selamat akan semuanya... Maksudku selamat kau sudah kembali mendapatkan keluarga Alaska, mungkin..." PERI mendapat tatapan pertanyaan dari Alaska dan Elisa
"... Kemungkinan besar besok kami akan pergi dari sini"

🍁PERI NYASAR🍁
Vote Komen
Kritik Saran

Okeh... Tinggal 2 Chapter lagi...

Baca story ku yg satu lagi dooing judulnya
KELAS TERBA(L)IK?

Next?
Votmen

Salam
🌟

Peri NyasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang