XXV 🍁Tamu Tak Di Undang

1K 80 0
                                    

"Aku tak bisa" ucap Alaska pada ponsel yang di pegangnya.

Terdengar dengusan di seberang sana
"Tadi malam kami menunggu kau! Kami pikir kau akan bekerja" sahut suara itu dengan nada kesal.

Alaska memutar matanya
"Tadinya aku memang berniat untuk bekerja, tapi ada masalah yang harus ku kerjakan sampai sore hari" kata Alaska santai.

"Kau kan bisa bekerja pada malamnya!" tegas suara itu.

Wajah Alaska sedikit merengut
"Aku lelah Ron! Aku perlu istirahat" sentak Alaska, geram.

Ada suara decakan
"Kami baru tau, ternyata kau lemah" ejek Ron.

"TERSERAH KAU!" teriak Alaska dan menutup teleponnya secara sepihak.

"DIAM ALAS!! AKU TAK BISA TIDUR" teriak Elisa tepat di bawah nya.

Alaska mengangkat alis keheranan, tak bisa tidur? Perasaan matahari sudah keluar dari upuk timur
"MAAF, TAPI INI SUDAH SIANG" Alaska membalas teriakan itu dengan sedikit cemohan.

Alaska mendengar suara gebrakan dari bawahnya, mungkin Elisa sadar dari tidurnya pikir Alaska, selang beberapa menit terdengar suara pintu yang di buka dengan kasar
"KAU MEMBUAT KU TERLAMBAT ALAS!" teriaknya menyalahkan Alaska.

Alaska melongo tak percaya dengan pendengarannya
"APA HARUS AKU MENGGEDOR RUMAH MU? MACAM KEBIASAAN MU?" teriak Alaska dengan bersungut-sungut.

"Setidaknya kau ketuk rumahku, menyelamatkan ku dari keterlambatan, macam kebiasaan ku pada kau" ucap Elisa pelan, tapi masih mampu terdengar jelas oleh telinga Alaska, lalu terdengar pintu yang tertutup menandakan Elisa sudah keluar dari rumah.

Alaska terdiam, ucapan Elisa seperti menyalahkannya, perasan dirinya tak pernah meminta Elisa untuk membangunkan dirinya, bahkan saat dirinya terlambat, tapi Alaska tak dapat mengelak jika gedoran Elisa sangat membantu di kala Ia terlalu malas untuk keluar dari gulungan selimut.

"Huuuh... Aku harus pergi ke hutan itu lagi" gumam Alaska, melupakan kejadian yang baru saja berlalu, dan beranjak dari ranjangnya menuju toilet.

.🍁🍁🍁

Sebelum memasuki hutan terlebih dahulu Alaska melihat ke sekitarnya, meski memang padang rumput ini selalu sepi akan kehidupan, tapi rasa curiga malah semakin besar bila keadaanya hening, hanya sembusan angin dan pergeseran rumput yang menimbulkan suara damai.

Untuk beberapa lama Alaska hanya mematung, namun segera bergerak setelah menegaskan tak ada orang yang melihatnya. Perjalanan sekarang tak sesusah kemarin dulu Alaska menyadari itu, mungkin karena Ia tak membawa beban tak seperti kemarin membawa tas dan kantung berisi buah, atau karena semak belukar itu telah sering di injak hingga akhirnya tak terlalu menganggu langkahnya.

Setelah memasuki hutan yang terdapat pohon mati, Alaska melihat Evans yang mematung seperti menunggu kedatangannya, dia tau Alaska akan datang hari ini untuk menjeput PERI, aneh rasanya memanggil cewe itu dengan kata PERI selagi ada peri lain di sekitarnya, Alaska tak tau nama cewe itu dan salah dirinya juga yang tak pernah menanyakannya.

"Lama sekali kau bocah!" sembur Evans tanpa memperdulikan napas Alaska yang ngos-ngosan.

Alaska memicingkan matanya
"Aku tak menyuruh kau untuk menunggu" sahut Alaska malas.

Cibiran bibir Evans menegaskan jika usahanya tampak tak di terima dengan baik
"Kau tak akan bisa masuk tanpa diriku!" geram Evans lalu menyambar tangan Alaska dengan sekali hentakan.

Alaska hanya menurut meski hatinya menolak mentah-mentah, dan terus menurut saat tangan Alaska di tarik paksa ke dalam rumah yang di tutupi tanaman merambat.

Peri NyasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang