Semua keadaan menjadi lebih buruk; Arerny kembali menjadi sosok nenek tua berambut setengah putih, dalam satu jentikan tangan pada udara kosong di hadapannya, semua peri berdiri dengan seketika, sebagaimana Arerny yang kini beranjak memasuki kembali ruangan berpintu tirai merah. Nyra masih di pintu keluar; bernapas memburu dan memegang dadanya seolah meraba jantungnya yang memompa dengan cepat. Wajah Vi semakin kusut saat airmatanya semakin banyak keluar.
Entah semua menunggu apa, Biggo terlihat waspada dengan Dirga mencoba mendekatinya melewati Darla yang menegang dengan mata tajam menatap langit di balik jendela.
Semua menengang menunggu Arerny yang masih saja belum keluar dari ruangannya. seperti terdakwa yang menunggu vonis hukuman dari sang hakim,mereka menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, Risa menatap semua wajah yang berada di ruangan itu, tidak ada yang berbicara kecuali Dirga yang kini berbisik pada Biggo.
Arerny keluar dari ruangannya seperti siap untuk bertarung; tongkat yang mirip ranting mencuat dari dalam jubahnya yang berwarna hitam pudar, sapu terbang yang hampir patah di pegangnya kuat-kuat dengan tanganya yang keriput.
Semua siap, mereka akan mengikuti apapun yang akan di rencanakan Arerny, pergi sebelum Nipper datang, bersembunyi ataupun akan mengikuti protokol Reg dengan ikut Nipper, sesuai berita Nyra.
Semua persiapan yang sudah di kumpulkan dalam diri masing-masing langsung pecah, bersamaan dengan Nyra yang langsung tertawa terpingkal-pingkal saat para wajah memandangnya dengan bingung.
Biggo mengganti kewaspadaan nya dengan rasa curiga ketika Nyra masi tertawa di tengah-tengah kegentingan yang kabarnya di bawa penyihir berambut merah.
Arerny menatap Nyra dengan tajam, lalu mengeluarkan tongkat dalam saku jubahnya. "Nyr! kau-"
"HAHAHA... oke ... oke!" ucap Nyra melihat Arerny mengacungkan tongkat tepat pada dadanya, "maafkan aku! oke? ...," katanya dalam usahnya menahan tawa, "aku hanya sedikit bermain!" raung Nyra seketika saat ujung tongkat Arerny mengeluarkan percikan merah.
"Kau!" Arerny semakin mendekati Nyra.
"Oh-oh jangan Ar! aku salah! maafkan aku! tapi Reg ingin kau menemuinya!" kata Nyra cepat dengan kedua tangan menjulur kedepan berusaha menjadikan jarak antara dirinya dan Arerny.
Arerny menurunkan tongkatnya. "Reg? ingin aku menemuinya?"
"Aww! ya! cuma dirimu, tidak dengan mereka ... biarkan mereka tetap disini dulu," jelas Nyra sedikit mengernyit memegang rambutnya yang sedikit terbakar oleh tongkat Arerny.
"Tadi katamu Nipper-"
"Aku bercanda! tidak ada Nipper," ucap Nyra nyengir, "aku yang menjemputmu Ar! aku ragu dengan dia, kau tidak cocok jadi peri pemburu! terlalu kecil. nyalimu! menangis?" Nyra masih bisa mencemoh pada Vi di saat dirinya di pojokkan oleh Arerny.
Biggo kembali terduduk di ikuti peri yang lain. Dirga terlihat menahan amarah yang memuncak secara mereka sudah di permainkan. Darla terlihat bernapas lega dengan Vi di sisinya berhenti menangis karena beritanya hanya kebohongan, selebihnya karna malu akan ucapan Nyra, dan Risa masih menatap Arerny dan Nyra.
"Kalo gitu ...," Dengan lambaian tongkatnya Arerny berhasil mengeluarkan tangga dari udara kosong, tepat di hadapannya yang memanjang ke atap rumah. "kalian bisa istirahat di atas, aku sudah memblokir tempat ini agar tidak ada yang masuk selagi aku pergi. kalian tunggu dan jangan berusaha pergi, aku akan membantu kalian untuk pulang, " kata Arerny lalu pergi dengan Nyra yang bercerita tentang Nipper pingsan, dan keributan di istana sebelum dirinya di perintahkan menjemput Arerny.
🍂🍂🍂
Setelah kepeergiannya pemilik rumah para peri memutuskan untuk istirahat, ditambah suasana di luar rumah mulai gelap dan berkabut, hari mulai berakhir dengan munculnya beberapa bintang di langit setengah tertutup kabut.
Arerny mendekor ruangan yang di tunjukannya, begitu sempurna. Vi sempat terkagum saat melihatnya begitu juga dengan Risa.
Tiang penahan atap yang besar dijadikan pohon, dengan tempat tidur gantung di setiap cabangya; ada lima tempat tidur dari daun sebesar pintu dengan warna yang berbeda, di tambah atap yang seperti transparan menunjukan keadaan langit yang gelap dan berkabut, beberapa kunang-kunang berterbangan di sekitarnya. Tidak lupa, ada begitu banyak buah di atas meja tepat di sebelah jendela kecil yang menampilkan halaman yang penuh tanaman aneh, diperindah oleh daun berjatuhan dari pohon buatan penyihir.
"Lumayan ... tapi tidak seindah dunia peri," gumam Darla dalam usahanya untuk nyaman di tempat tidur paling atas.
"Risa! kau mau bersebelahan dengan ku?" tawar Vi memecahkan lamunan Risa.
"Ah ya ... baiklah!" Risa terbang dengan Vi menuju tempat tidur dari daun yang berada di bawah Darla.
"Kita akan pulang ... aku percaya pada Arerny!" ucap Biggo memberi harapan.
Dirga menghampiri Biggo yang memandang halaman dengan wajah termenung. "Kau harus jelaskan pada kami! kau seperti menyimpan banyak rahasia seperi Ex si keparat itu!" kata Dirga menatap tajam pada Biggo.
Biggo sedikit merengut seperti terganggu atas hinaan Dirga pada pemimpin kelompok -Ex-. "Semua peri pemburu punya kelebihan tersendiri, sehingga mereka di percaya mendapatkan misi suling. Seharusnya kau mengerti Dirga! kelebihanku adalah tau tentang dunia sihir termasuk Arerny yang terkenal dengan ramuanya."
"Aku tau itu! Darla aktor yang bisa bertahan di dunia manusia dalam tiga tahun, meski penyamarannya hilang karena manusia itu! aku tau kehidupan manusia lebih dari Risa yang pernah hidup bersama manusia, tetapi aku tidak tau kenapa keparat itu memilih Vi yang tidak di ketahui kelebihannya," Dirga berkata dengan napas memburu, mengabaikan dengusan Darla saat nama dirinya di sebut, "Tapi ... kenapa penyihir tua itu tau misi dan sejarah Ratu kita! yang bahkan hanya sekelompok peri yang tau tentang putranya yang meninggal."
"Arerny pernah berkawan dengan Ratu. Aku pernah melihatnya ada dalam Penyampaian Berita, dimana Ratu menghukum Evans dan mengangkat Ex menjadi pemimpin peri pemburu," jelas Biggo pelan.
"Bagaimana dengan suling? aku pikir hanya peri pemburu yang tau!" Risa mengungkapkan pertanyaannya.
Entah ada kebencian atau dendam yang tersumbat dalam Dirga, dia begitu tajam melirik Risa yang bertanya dari tempat tidurnya. "Evans membawa kedua benda itu," Dirga menjawab dengan dingin.
"Memang itu miliknya kan? Arerny sempat menginginkan suling itu dari Ratu, tapi ketika ajalnya hampir dekat; Ratu mewariskan kedua benda itu pada Evans!" terang Biggo yang membuat Risa mengangguk paham; kenapa Evans begitu menginginkan benda itu dari Alaska.
"Tapi saat pewarisan itu bendanya hilangkan? dan keberuntungan berpihak pada Risa hingga dirinya menemukan suling itu!" tegas Darla dengan keras tapi tidak memperlihatkan wajahnya dari atas sana.
"Apa kau juga tau ... kenapa Ratu mewariskannya pada Evans yang di hukum! bukan pada Ex yang di angkat jadi pemimpin peri pemburu?" Dirga kembali bertanya.
"Seharusnya kau tanyakan itu pada Ex! aku tidak begitu tau hal itu!" jawab Biggo singkat
"Kenapa pula penyihir tua itu menginginkan sulingnya?"
"Dan untuk itu tanyakan saja pada Arerny!" ucap Biggo pada Dirga.
🍁PERI NYASAR 🍁
Tahu ah... puyeeeeng
Cek!
Awalnya nyasar tapi kok malah jadi gini ya?
kritik sarannya....
Akan terus berjalan meski update entah kapan.
👻
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri Nyasar
Fantasy[Belum REVISI ]Apa yang akan kalian lakukan jika ada mahluk asing yang datang ke dalam kehidupan kalian? "Aku adalah peri" "Tak mungkin" "Kau tak percaya?" "Wajah mu tak memungkinkan jika kau adalah seorang peri!" "Ck.....hidup emang susah ya, udah...