PS : Mungkin ini agak panjang, tapi mudah-mudahan gak bosen ya bacanya .. Happy reading
"Aku tercipta oleh waktu, untuk mengisi waktu, selalu memperbaiki diri disetiap waktu, dan semua waktuku adalah untuk mencintai kamu, karna tidak mungkin bagiku melepaskanmu yang merupakan sumber kekuatan cintaku"
.
.
***
Jaejoong masuk pelan-pelan ke kamarnya terlihat Yunho yang sudah tertidur pulas, ia pun berjalan dan berdiri didepan Yunho menyentuh pelan-pelan surai Yunho agar tidak membuatnya terbangun.
"Tidakkah aku diberi kesempatan untuk memenangkan hatimu", gumam Jaejoong pelan dan berbisik. Tak ingin Yunho terbangun karna yang dilakukannya, ia pun segera membaringkan tubuhnya disamping Yunho, memandang lirih punggung lebar dan terkesan kokoh yang terlihat teramat jauh dari jangkauannya, ya mungkin sampai kapan pun takkan bisa disentuhnya.
Tentu saja terlihat ada jarak yang jauh diantara mereka, dengan adanya guling pembatas diantara tubuh mereka sebagai salah satu contohnya. Jaejoong menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya, membenamkan wajahnya dengan bantal dan mengigitnya dengan kuat bersamaan dengan isak tangisnya yang pecah.
Ia kembali teringat kata-kata Yunho yang bagaikan pisau menghujam tepat disasarannya, sesekali ia mencoba menahan sesegukannya dengan kedua tangannya agar tidak terdengar dan tidak mengganggu waktu tidur sang suami.
"Sampai kapan kau mau bertahan seperti ini terus, tidakkah kau ingin semua hartaku. Jika ya ambillah semuanya aku tidak membutuhkannya, yang kubutuhkan hanyalah perceraian kita"
Sebesar itukah sekarang rasa bencinya? Seperti itukah kesalahpahamannya padaku? Dan sebulat itukah tekadnya ingin berpisah? Apakah tidak pernah terselip sedikit perasaan cinta untuknya, walau sekecil apapun itu. Tidakkah disisakannya ruang untuknya masuk kedalam hatinya.
Yunho membuka matanya pelan-pelan, ia sadar dan tahu apa yang selalu Jaejoong lakukan ketika ia sudah terlihat tertidur. Pria cantik itu selalu bertanya pada dirinya yang sedang tertidur, yang takkan pernah menjawab semua apa yang ditanyakannya. Dan kali ini sekarang ia bisa mendengar isak tangis pelan Jaejoong, tangisan sia-sia yang selalu dilakukannya untuknya. Tidakkah pria cantik itu lelah selalu menangisinya yang takkan pernah menganggapnya ada?.
Tak ada penyesalan dihati Yunho saat mendengarnya, ia hanya bisa terdiam datar mendengarnya. Hatinya seolah sudah beku mendengar isak tangis itu, bukan maunya ingin menyakiti Jaejoong lebih dari ini, yang diinginkannya adalah pria itu menyetujui mengenai perceraian yang diajukannya dan dia tahu apa yang diinginkan Jaejoong dari pernikahannya adalah harta kekayaan yang dimilikinya.
Percuma tinggal bersama jika rumah ini bukanlah menjadi tujuannya, percuma menjalani pernikahan jika tak ada cinta didalamnya, dan percuma menjalani segala sesuatunya bersama jika memang raga dan hati ini tidak untuknya.
Sinar matahari yang hangat menembus langsung dibalik jendela kamarnya, membuat Jaejoong melenguh terbangun dan menoleh kesampingnya. Jaejoong meraba sebelahnya dan menoleh bangun dimana terlihat hanya ada sebuah guling dimana sang pemilik sudah tidak berada disana.
Jaejoong tertawa lirih melihat pagi ini, merebahkan kembali tubuhnya diatas kasur dan menutupi wajahnya dengan tangannya yang sudah basah, pagi ini kembali menjadi pagi yang hanya penuh dengan kesunyian dan kesendirian yang dirasakannya.
Tak ada sapaan apalagi sebuah kecupan untuk mengawali hari ini seperti pasangan pada umumnya, semua itu hanyalah angan-angan semunya setiap hari. Ya, Jaejoong tahu pagi-pagi sekali pria tampan itu pasti sudah berangkat dari rumah, tanpa membangunkannya dan juga menegurnya. Dirinya bagaikan angin yang berlalu begitu saja tanpa dirasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
FanfictionYunJae / Yaoi / Boy x Boy / Angst / Hurt / Mpreg/ Romance Bukankah akan sia-sia mencintai seseorang yang tak pernah menyadari, dan itu akan membuat hati kita begitu perih, seperti tersayat pisau karatan lalu menghujam perlahan di ulu hati yang terd...