Wah benar itu,
Datang satu lagi inspirasi untuk melanjutkan tulisan di laptop Alice tadi.
"Mang Agus, ada kertas nggak?"
"Mamang jualan bakso, neng."
"Kali aja punya, mang."
"Enteuk."
"Ya sudah ini Alice tinggal dulu baksonya, mau masuk nyari kertas sama pulpen. Jangan dibuang loh Mang baksonya Alice."
Alice beranjak dari tempat nya menuju ke dalam rumah mengambil kertas dan pulpennya lalu kembali ke tempat dia meninggalkan baksonya tadi.
"Ada, neng?"
"Ada dong.."
"Buat apa sih, neng?" Mang Agus yang tidak punya kesibukan karena belum ada pelanggan lain yang datang duduk di sebelah Alice dengan rasa penasaran.
"Biasa, mang. Nulis."
"Yang kemarin-kemarin belum kelar yak?"
"Udah. Ini mah beda lagi atuh mang."
"Emang mau buat yang gimana lagi?"
"Cerita horor."
"Lah si eneng, bikinannya cerita horor. Jaman sekarang ya neng, orang-orang lebih suka cerita romantis. Tu mamang kasih tau."
"Kan horor-romantis."
"Mana ada yang jenis begituan neng."
"Ada loh Mang Agus, mamang aja yang jarang bergaul, bergaulnya mah sama bakso mulu sih."
"Dih, gini-gini yang jadi langganan mamang banyak. Kamu aja yang gak tau. Mamang itu bergaulnya sama semua orang karena bakso mamang yang enak ini."
"Mulai deh ge-er nya. Udah ah mang kalau mamang ganggu mulu buyar nih idenya." Alice menatap kertas yang diambilnya tadi lalu menuliskan ide tentang istri Mang Agus yang dijadiin bakso. Tulisan-tulisannya mulai membawa inspirasi lain. Alice terhanyut kembali dalam tulisannya.
Pelanggan Mang Agus datang silih berganti beberapa menit setelah Mang Agus meninggalkan Alice dengan tulisannya. Seperti biasa, tempat jualan Mang Agus selalu ramai. Karena memang Mang Agus tidak punya saingan, selain karena bakso Mang Agus yang memang enak.
Mang Agus sesekali memperhatikan Alice yang masih sibuk menulis sedangkan ia melayani pelanggan yang berdatangan.
Begitu kerjaan Mang Agus longgar karena beberapa pelanggan yang sudah pulang, ia menghampiri Alice.
"Di makan neng baksonya. Udah dingin tuh."
"Iya mang. Sedikit lagi. Bentar."
Alice menuliskan betapa tersiksa nya menjadi Mang Agus yang ternyata seorang psikopat paling ditakuti di lingkungan tempat Mang Agus tinggal. Tapi tentu saja Alice tidak menuliskan nama Mang Agus di dalam nya. Alice menggantinya dengan nama Agung sehingga kalau Mang Agus yang tiba-tiba membaca tulisan Alice, dia tidak akan tersinggung.
Pelanggan Mang Agus beranjak pergi satu persatu saat Alice sudah menyelesaikan tulisan yang akan ia ketik di laptopnya.
Ia kemudian melanjutkan acara makan baksonya yang bakso nya sudah tidak sehangat saat Mang Agus sodorkan tadi.
"Sudah dingin, neng?"
"He-eh. Tapi masih enak, mang."
"Mau mamang ganti kuah nya?"
"Nggak usah repot-repot mang. Ini juga mau habis."
Alice benar, perutnya lapar jadi baksonya ia makan dengan lahap. Tidak menunggu waktu lama bakso satu mangkuk pesanan Alice dua jam yang lalu sudah habis. Berikut air putih yang disediakan Mang Agus.
"Mang ini duitnya Alice tinggal di sini ya, Alice mau masuk dulu. Mau ngetik." Alice meninggalkan Mang Agus yang sibuk merapikan mangkuk-mangkuk nya.
Alice menghampiri laptopnya yang masih menyala sejak ia tinggal tadi. Tulisan yang ia tulis di tempat Mang Agus jualan, ia ketikkan dengan tidak sabaran. Alice merasa ketikkannya kali ini adalah cerita yang paling menarik yang pernah ia buat.
_________________________Sodara-sodara atas keterlambatan update, saya updatin double. Maafkan saya yang terjebak tugas kampus dan jadwal bimbingan dosen. 😞
.
Oleh : gr_dhani
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Hitam
TerrorKolab @nasyaelf @gr_dhani @another_kira @nabielyafie [COMPLETED] Warning! R 17+ Kehidupan yang seharusnya penuh warna-warni, kini berubah menjadi hitam! Seorang penulis novel, kini menulis takdir bukan lagi cerita fiksi. "Seumur hidupku ... hanya a...