9. Misha dan mereka [01]

238 28 1
                                    

By nasyaelf

Seorang gadis dengan pakaian serba ungu datang ke rumah Alice. Dia menatap rumah itu cukup lama dari jauh. Kakinya hendak melangkah maju, namun keinginannya berkata lain. Gadis itu berbalik dan pergi ke suatu tempat.

Dista mulai berpikir tentang perempuan bergaun hitam tersebut dan menanyakan hal itu pada Alice.

"Kamu tahu, aku melihat perempuan cantik berdiri di dekat pohon tadi."

Alice yang sebelumnya diam dengan pikiran yang tersesat entah kemana, kembali sadar mendengar perkataan Dista.

"Kamu melihatnya? Di mana dia sekarang?" Alice bangkit dan mencengkram dua sisi pundak Dista dengan kuat.

"Dia temanmu? Apa hobinya menghilang ya? Hahaha...."

"Hilang?!...."

"Permisi, apa aku menganggu?" Sidney tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu membawa keranjang.

"Eh Sidney. Ayo masuk!" ujar Alice.

"Aku hanya ingin mengantarkan rempah-rempah ini. Kamu bisa masak kan?"

"Ya... begitulah."

Tak lama kemudian ponsel Alice berdering, sebuah panggilan dari kerabatnya. Alice menjauh dari Sidney dan Dista untuk mengangkat telepon.

Setelah beberapa lama, Alice kembali dengan raut wajah cemas.

"Ada apa?" tanya Dista.

"Kurasa aku harus memintamu pergi."

"Eh?!" Sidney terkejut.

"Kenapa aku harus pergi? Aku ingin menemanimu di sini!"

"Ada sepupuku yang akan datang dan tinggal denganku, dan juga paman serta bibiku akan ke sini. Apa yang akan mereka pikirkan melihat ada laki-laki dan perempuan di bawah satu atap berdua? Aku pasti kena marah. Dan juga...."

"Maaf menyela, tapi yang dikatakan Alice benar. Kamu tidak bisa menetap di rumah Alice untuk waktu yang lama," jelas Sidney.

"Baiklah, aku tidak ingin kamu kena marah, Lice. Kalau begitu aku akan pulang ke Jakarta setelah kerabatmu itu datang!"

"Kurasa itu ide yang buruk. Sebaiknya kamu pergi sebelum mereka datang. Ah-bukan mereka, tapi dia."

"Dia siapa?"

"Sepupuku. Dia sudah tiba di Batam sejak tadi pagi. Kamu kenal dia. Hanya dia satu-satunya orang yang paling membencimu."

"Kamu membicarakan soal dia? Dia yang itu?"

"Iya."

Sidney hanya menatap mereka dengan bingung dan bertanya-tanya dalam benaknya, siapa dia?

Dista tak ingin terjadi perang dunia lagi, dan memutuskan untuk pergi sebelum bertemu sepupu Alice yang bermusuhan dengan Dista.

Kini hanya tersisa mereka berdua-Alice dan Sidney-di rumah tersebut. Suasana rumah kembali menjadi sunyi, namun itu sudah biasa bagi Alice.

Lebih baik benar-benar sunyi dan merasa kesepian daripada sunyi namun merasa ditemani.

Gadis berpakaian serba ungu kembali terlihat di jalan setapak dari arah kebun di penghujung jalan setelah melewati rumah Alice. Gadis itu menarik sebuah koper kuning dan memikul ransel yang juga berwarna ungu. Rambut kecokelatan sebahu dan memakai kacamata hitam. Siapa pun akan tahu, dia pasti dari keluarga kaya jika melihat penampilannya.

Pena HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang