12. Kakak Penjual Kimchi

206 24 1
                                    

Aku terperanjak melihat tulisanku sendiri, begitu pun sepertinya Mitha yang mencoba menyembunyikan kebingungannya.

Saat di pasar tadi aku sangat ingin makan kimchi, aku mampir di tempat jualan kimchi ditemani Sidney. Selesai membayar kimchi yang aku pesan, kakak penjualnya bilang ada aura hitam di sekitar ku. Aku kira mungkin dia sedang mengada-ada. Terang-terangan aku tidak suka dengan perkataannya, aku menarik tangan Sidney menjauhinya.

Samar-samar aku mendengar sesuatu seperti seseorang akan meninggal di kepalaku, kemarahanku semakin menjadi-jadi aku jadi berteriak dan menutup telingaku. Suara itu berputar-putar di telinga ku. Sidney menarik ku duduk di halte bus. Aku bilang pada Sidney, ada suara-suara aneh di kepala ku. Sidney bilang aku mungkin masih kepikiran oma atau semacamnya. Aku sendiri tidak yakin. Sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkannya. Semakin ku pikirkan, suara di kepala ku semakin hilang.

Tidak banyak yang bisa aku ingat dari wajah kakak penjual kimchi tapi perkataannya mengisi kepala ku sekarang. Sesaat setelah tulisan di buku tadi kutulis.

Hatiku mendadak tidak tenang. Ada apa ini? Apa sebaiknya ku hubungi Dista?

"Kemana Misha?" Suara tante Viny membuyarkan lamunanku.

"Masih di atas." Kataku tersenyum berusaha menyembunyikan kecemasanku.

Tante Viny menanggapinya dengan santai, ia membalas senyumku dan mengajakku bergabung di meja makan.

"Ada apa?" Bisik Sidney pelan di telinga ku, "apa ada yang tidak beres?"

"Sid, aku baik-baik saja."

"Mungkin tidak."

"Sid, tolong jangan rusak acara makan malam ini." Kataku mengakhiri perdebatan kami di meja makan. Tanganku mulai menyibukkan diri mengambil nasi.
_________________
Aku semakin sibuk belakangan, hountouni gomenasai minasan.
gr_dhani

Pena HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang