Enam

6 1 0
                                    

Radit berjalan dengan sangat cepat yang membuat ku mau tidak mau harus mengikuti langkahnya aku bahkan kesusahan karena membawa dua nampan sekaligus, punyaku dan Radit.

Inggita yang tadinya bertindak seperti Batman yang ingin menyelamatkan ku dari si Joker pun K.O di buat oleh si Radit karena dia menakut-nakuti Inggita dengan kecoa mainan.

Sembari mengikuti Radit dari belakang aku mencuri-curi pandang ke sekeliling kantin berharap bisa menemukan sosok yang seharian ini tidak ku lihat. Kalian sudah pasti tahu siapa itu.

"Cari aku yah Nay?"

Suara itu menghentikan langkah ku, aku menoleh ke samping dan ku lihat lelaki yang hobi bikin penasaran itu tengah duduk bersama teman-temannya, jumlahnya ada 4 orang dan yang ku kenali hanya Bahrun tentu saja ku ingat dia kan yang memberiku hukuman nyanyi Sambalado.

"Nggak kok!"

Ucapku membantah

"Oii cepetan!!"

Teriak Radit yang membuat Genta mengangkat alisnya sebelah.

"Dia siapa Nay?"

"Teman kelas, aku duluan yah Ta"

Genta mencekal tangan ku, ia segera berdiri lalu menatap tajam ke arah Radit.

"Jangan terlalu dekat dengannya Nay"

***

"Radit aku mau pulang!"

Protes ku kepada Radit, seharian ini aku terus bersamanya dan aku bosan!. Aku bahkan seperti jadi babu karena harus menuruti perintahnya jika tahu seperti ini aku lebih baik di laporkan kepada wali kelas dan membersihkan WC.

Dia terus-terusan mengulur waktu, 3 jam yang lalu saat ku pinta ingin pulang dia beralasan lapar  aku pun mengiyakan dan menunggunya, lalu menemaninya bermain di TimeZone dan sekarang dia bahkan mengajakku ke studio untuk menonton.

"Bisa nggak sih lo nggak ribut! Tenang gua bakalan ngantar lo pulang"

"Bukan gitu Dit, aku capek tau!!"

Radit mengacak rambutnya kesal, aku bahkan sempat di buat takut karena sifat Radit yang tempramen dan mudah marah itu. Dia menarik tangan ku kasar dan membawaku pergi dari studio.

Entah setan apa yang merasuki Radit hingga membawa motor seperti orang kerasukan ingin sekali ku lepas helmnya lalu membacakan ayat kursi.

"Pelan-pelan! Aku masih mau hidup!"

"Yang ngajakkin lo mati siapa? Gua juga masih mau hidup"

"Tapi pelan-pelan aja Dit!"

"Udah diam aja!"

Radit menambah kecepatan motornya yang membuatku terpaksa memeluknya dari belakang, jangan berpikir yang macam-macam aku hanya takut jatuh.

Sesampainya depan rumah aku segera turun tapi Radit memang tidak punya sopan santun jika dia memang mau memanggil cukup panggil namaku saja tidak harus menarik rambutku. Aku yakin setelah ini rambut ku akan rontok karena ulah Radit.

"Apa lagi?!"

Dia membuka tas ransel dan menyodorkan ku sebuah kotak kecil berwarna hitam.

"Buat lo anggap aja pemberian majikan karena lo udah nggak ikhlas nemenin gua jalan"

Ku terima saja karena aku tahu Radit itu tidak suka dengan penolakan, aku hanya ingin masuk ke dalam rumah secepatnya dan tidur dengan damai.

"Oh yah Nay gua mau nanya"

"Apa?"

"Keren-an gua atau Genta?"

Genta? Kenapa si Joker ini tiba-tiba membanding-bandingkan dirinya dengan Genta?. Sesaat ku pikir kalau cowok di hadapan ku ini memang rada sakit.

"Genta"

Jawabku sekenanya dan Radit tiba-tiba mengambil paksa kotak kecil tersebut dari tangan ku, saat ku tanya kenapa dia mengambilnya si Joker hanya bilang "Salah lo karena lebih pilih Genta". Radit melesatkan ninja hitamnya meninggalkan rumah.

Aku menggidikan bahu tidak peduli, sesaat setelah masuk ku lihat Mama yang tengah duduk santai di depan televisi.

"Baru pulang sayang?"

"Iya mah, aku masuk kamar yah Ma mau ganti baju soalnya"

"Tadi ada teman kamu datang, Mama lupa namanya siapa dia datang bawa beberapa bunga dan dia letakkin di dekat jendela kamar mu"

Aku segera masuk ke kamar mengecek apakah yang di katakan Mama barusan itu benar, segera ku buka kaca jendela ku dan  benar saja ada bunga Mawar dengan warna putih dan merah yang menghiasi tak lupa juga bunga Krisan. Aku segera menutup kembali kaca jendela ku dan ketika berbalik ku dapati lagi bunga Lily yang berada dalam vas yang berisikan air di atas meja belajarku. Jika Inggita yang melakukan semua ini rasanya mustahil karena gadis itu tidak pernah tertarik untuk merawat bunga lalu apakah semua ini adalah ulah Genta?.

Lamunanku buyar saat kaca jendelaku tiba-tiba ada yang mengetuknya, ku dekati perlahan lalu ku buka dan aku kaget karena yang mengetuk jendela adalah Genta.

"Kamu ngapain disini?"

"Nungguin kamu pulang Nay, untung saja Radit cepat membawa mu pulang"

"Kalau tidak?"

"Aku akan pergi mencari mu lalu menculik mu dari Radit"

Pipiku memanas, Genta ini tukang gombal yang ulung yah.

"Suka sama bunganya?"

Aku mengangguk dan dia tersenyum. Genta sengaja menanam bunga di depan jendela kamarku agar setiap pagiku terasa menyenangkan karena ada bunga yang mewakili dirinya dan bunga Lily itu? Genta tidak ingin memberitahu alasannya biar dia saja yang tahu Naya tidak usah.

"Aku pulang yah Nay jangan cegah aku atau aku akan membangun tenda di depan jendela kamar mu agar tidak ada siapapun yang berani mengintip peri Tink"

Aku tertawa Genta masih memanggil dengan sebutan Peri Tinkerbell.

"Ya sudah pulang sana"

Dia pun mengangguk dan segera menutup jendelaku.

"Genta!!"

"Apa?"

"Hati-hati"

Dia tersenyum dan menunjukkan dua lesung pipitnya

"Pasti Nay"

The JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang