Delapan

12 2 0
                                    

Aku di buat bimbang oleh Genta, rasanya terlalu gegabah jika mengatakan ini cinta tapi jika kembali memikirkan soal perasaan yah jujur saja aku mulai merasa sesuatu yang di sebut dengan "Rindu". Ingin ku berikan hati kepada Genta tapi takut, takut kalau hanya aku saja yang berharap lebih dan Genta tidak. Terus perlakuan Genta terhadapku selama ini apa? Cuman karena Genta memang orang yang baik ke semua perempuan dan termasuk aku? Aku kok merasa ini adalah hal yang salah.

"Genta emang nggak ada satupun game di hp mu yah?"

"Nggak ada Nay, emang kenapa?"

"Yah nggak kenapa-napa juga sih tapi rasanya aneh kalau laki-laki itu nggak main game"

Genta tersenyum lalu tangannya terulur mengelus puncak rambutku.

"Aku ini beda Nay, jika aku punya waktu luang maka aku lebih memilih menghabiskan waktu itu dengan mu tapi aku nggak mau kamu jadi pelarian di waktu luangku juga sih"

"Terus kamu mau aku jadi apa Genta?"

"Jadi rumah kedua ku mungkin? Biar aku selalu punya tempat jika ingin pulang"

Aku memalingkan wajahku menyembunyikan senyum yang sedari tadi ku tahan. Tuhan jangan biarkan hatiku salah memilih Genta yah.

Genta membantu ku bangkit, dia kembali ingin mengajakku ke suatu tempat entah kemana, itu semua terserah Genta aku tahu ia tidak akan pernah salah dalam memilih.

"Harus yah Genta membawa ku kesini?"

Aku heran ketika melihat banyak orang  di lapangan yang beralaskan beton. Genta datang dengan membawa dua pasang sepatu roda, satu yang berwarna biru muda untukku dan yang hitam untuknya.

Dia mendudukkan ku pada salah satu bangku taman kemudian membantu memasangkan sepatu roda beserta pengaman.

"Genta aku nggak bisa naik sepatu roda"

"Justru karena aku tahu kamu nggak bisa makanya aku bawa kamu kesini Nay"

"Kalau nanti jatuh gimana Ta? Kan malu jadinya"

"Nggak ada hal yang di lakuiin tanpa jatuh dulu Nay,sama kayak naik sepeda kamu harus jatuh dulu biar bisa dan seperti kehidupan kamu harus gagal dulu biar bisa merasakan yang namanya sukses"

Genta membimbing ku dengan sabar, walau sempat jatuh berkali-kali Genta terus membantu ku untuk bangkit, seperti saat ini pegangannya pada kedua tangan ku begitu erat seolah-olah dia selalu siap siaga untuk menangkap ku jika jatuh, sembari terus mencoba aku bertanya kepada Genta.

"Genta kenapa kamu tiba-tiba mengajakku belajar naik sepatu roda?"

"Biar kalau rantai sepedamu putus kamu nggak kesusahan"

"Jadi kamu ngelarang aku naik sepeda yah?"

"Nggak juga Nay, nanti kalau aku nggak ada siapa yang akan membantu mu memperbaikinya"

"Ada bang Pito kok"

"Dia siapa Nay?"

"Tukang bengkel depan kompleks Ta"

Genta tertawa sambil terus memperhatikan langkah sepatu rodaku.

"Selain bang Pito biar aku saja yah Nay yang memperbaiki rantai sepedamu, rasanya senang saja menjadi lelaki yang dapat kau andalkan"

"Memangnya kamu mau kemana Ta?"

"Nggak kemana-mana Nay, aku cuman mau selalu di dekatmu tapi kalau pada akhirnya Tuhan memanggilku bagaimana?"

"Genta!!!"

"hehe oke oke aku hanya bercanda Nay tapi bercanda ku ini serius"

***
Hari senin adalah hari upacara bendera, aku hanya ingin fokus mendengarkan apa yang di sampaikan pembina upacara tapi Radit yang berada di belakang terus menggangguku dengan cara yang sama yang selalu ia lakukan "menarik rambut".

"Radit!!!"

Cicitku sepelan mungkin tapi percuma saja Radit yah tetap Radit si keras kepala dari kelas X-3. Selepas upacara bendera aku buru-buru meninggalkan lapangan berusaha menghikangkan diri di antara kerumunan siswa yang sedang bubar untuk menuju kelas masing-masing itu taktik biar Radit tidak menemukanku tapi rasanya percuma saja dia tetap bisa mengenali diriku.

"Lepasin Dit!!"

Bentakku saat Radit tiba-tiba mencekal tanganku dengan sangat kuat dan itu terasa sakit.

"Lo kemana kemarin sama Genta?"

"Kamu nggak perlu tahu aku kemana"

Dia mengusap kasar wajahnya lalu kembali menatapku. Tatapannya menakutkan matanya memerah.

"Lo nggak sadar selama ini? Atau lo berusaha nggak mau tahu? Sekarang gua nanya lo suka sama Genta?"

"Seberapa penting hal itu untuk aku jawab?"

"Penting Naya karena gua suka sama lo!!!"

The JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang