Tujuh

6 2 0
                                    

Sinar matahari menyeruak masuk ke dalam kamarku, aku menggumam saat Mama terus saja menarik lenganku untuk beranjak dari kasur. Kekuatan Mama beradu dengan gaya magnet yang ada di kasur yang memaksa tubuhku untuk terus berbaring.

"Mama, Naya masih mau bobo"

Aku menarik selimut lalu membetulkan posisi tidurku, hari Minggu ini aku ingin melampiaskan semua waktu tidur ku yang berkurang hanya untuk mengerjakan tugas rumah.

"Ada Genta tuh di luar"

Mendengar nama Genta aku pun langsung terbangun mungkin lebih tepatnya kaget. Ah aku lupa selain hobi membuat ku penasaran dia juga hobi membuat ku kaget.

"Ngapain Genta pagi-pagi ke rumah?"

"Pagi-pagi? Naya anak mama ini udah jam 10"

Segera ku ambil jam weker yang letaknya tepat di atas nakas di samping tempat tidurku, dan benar saja jarum pendek menunjuk angka 10.

"Mama bilang apa sama Genta?"

"Yah Mama bilang kalau kamu masih tidur"

"Mama!!"

Pekikku, ya Tuhan apa yang Genta pikirkan soal diriku gadis yang molornya sampai jam 10? Mungkin Genta akan berpikir kalau aku ini adalah gadis yang tidak produktif di hari libur. Setelah Mama keluar aku buru-buru mandi lalu memilih pakaian yang pas untuk di kenakan.

"Udah lama yah?"

Sapaku canggung saat ku lihat Genta duduk di teras rumah. Ia menoleh lalu tersenyum. Pernah terpikir apakah Genta ini tidak punya masalah di hidupnya? Dia selalu tersenyum tulus tak pernah ku dapati kesedihan di matanya atau jangan-jangan Gentanya saja yang memang tidak waras? Kalau begitu aku juga mungkin tidak waras karena sudah menaruh hati pada sosok Genta.

"Lumayan putri tidur"

"Genta!"

"Hehe iya iya, aku lupa kau adalah Peri Tink"

"Lalu kau adalah Peterpan?"

Dia menjetikkan jemarinya di hadapanku lalu berkata "that's right". Aku sempat berbincang sedikit dengan Genta tak banyak aku hanya berbicara soal persiapannya menghadapi UN itupun ku lakukan agar tidak merasa canggung dengannya.

"Keluar yuk Nay?"

"Kemana Ta?"

"Ke tempat yang bakalan kamu suka"

Aku ingin masuk kembali mengganti baju tapi Genta mencegah ku katanya Naya sudah cantik kalau pake Hoodie dan celana gombrang.

Genta membonceng ku dengan sepeda miliknya, aku tidak habis pikir kenapa Genta memilih mengendarai sepeda jika tahu jaraknya akan sejauh ini.

"Genta kamu capek yah? Kalau tempatnya jauh kitakan bisa naik Bis"

"Itu siasat ku Nay"

"Siasat apa Genta?"

"Siasat biar kamu bisa berlama-lama denganku"

Ku cubit kecil pinggangnya yang membuat sepeda sedikit oleng, arkh rasanya aku bisa gila jika terus bersama Genta.

Hampir setengah jam, Genta akhirnya memberhentikan sepeda di depan sebuah kedai kopi. Genta menggenggam tanganku lalu mengajakku masuk ke dalam. Kedai kopinya sangat sederhana dan klasik itu terlihat dari beberapa pajangan tapi yang menyita perhatianku adalah di dalam sebuah kedai kopi terdapat perpustakaan mini di sudut jendela.

Tidak ada kursi di perpustakaan mini itu, kata Genta sengaja biar pengunjung bisa duduk bersandar pada rak buku katanya lebih nyaman membaca di temani dengan aroma khas buku. Genta mengajakku bersandar pada tumpukan rak buku yang pemandangannya langsung ke luar halaman kedai.

"Disini tenang yah Ta"

"Akhir-akhir ini ku perhatikan kamu sedikit stress karena tugas Nay, kemarin saja ku lihat kau berubah jadi panda jadi ku ajak kau kesini"

Genta memperhatikan ku? Terus kenapa aku yang jarang melihatnya? Genta mungkin punya kekuatan agar tidak bisa terlihat. Tidak lama datang seorang waitress yang membawa pesanan kami, Genta yang memesan kopi hitam pekat dan aku yang memesan capuccino.

"Genta kopinya nggak pahit?"

"Pahit Nay tapi kalau ada kamu rasanya jadi manis"

"Gombal!"

Genta tertawa dan aku kemudian menyeruput capuccino setelah itu ku taruh kembali. Kita sama-sama terdiam entah karena memikirkan sesuatu atau sedang menikmati ketenangan. Ku perhatikan seksama raut wajah tegasnya namun tetap bisa ku temukan kelembutan seorang Genta.

"Naya kamu tahu dongeng Peterpan?"

"Tentu,peri kecil pemberani yang selalu menjadi teman terbaik peri Tinkerbell tapi aku kurang suka dengan ceritanya Ta"

"Kenapa?"

"Karena Peterpan menemukan Wendy lalu meninggalkan Tinkerbell"

"Lalu bagaimana jika Peterpan lebih memilih Tinkerbell?"

"Itu mustahil Genta, ceritanya memang sudah di tentukan"

"Tapi cerita ku ini beda Nay, aku Peterpan yang akan lebih memilih Tinkerbell. Awalnya ingin jadi Harry Potter saja tapi ketika bertemu Tinkerbell pada saat MOS sejak hari itu juga ku putuskan untuk jadi Peterpan. Kau tahu kan siapa yang ku maksud?"

"Aku yah Ta?"

The JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang