Sepuluh

6 2 0
                                    

Aku terus menatap lembaran tugas sudah 10 menit tapi aku tidak bisa menulis apapun, yang nampak hanya soal 5 nomor yang ku baca saja tidak niat. Pikiranku melayang soal Genta, tidak biasanya dia bersikap seperti itu dia akan tersenyum jika melihatku tapi tadi? Yang ku lihat hanya wajah datarnya saja.

"Genta itu kenapa sih"

"Dia nggak lagi PMS kan?"

Aku segera menggeleng, sepertinya ini adalah efek terlalu banyak main dengan Inggita pikiran ku mulai sudah terkontaminasi dengan hal-hal yang aneh. Ku tutup saja buku tugas lalu beralih mengambil handphone yang ku letakkan di atas nakas tempat tidur.

Mungkin dengan sedikit mendengarkan musik akan membuat ku tenang, ku pasang earphone lalu merebahkan diri di kasur. Di luar sedang hujan aku tahu karena sedang menatap ke arah luar jendela, aku beranjak membuka jendela membiarkan hawa dingin masuk ke dalam kamar.

Perlahan ku hirup aroma hujan yang khas beradu dengan aroma aspal jalanan yang terkena air hujan.

"Begitu menenangkan"

Ku amati bunga mawar yang tumbuh subur di depan jendela kamarku, mereka mekar sampai akhirnya menjadi layu meski begitu tetap saja ada yang kembali mekar memberikan cerita yang baru lagi.

Genta memang manis, setiap yang ia lakukan entah mengapa selalu membekas. Bagaimana ia mengajari ku menikmati kopi dengan segala filosopinya, bermain sepatu roda, menanam bunga mawar, dan yang paling berkesan saat bagaimana ia mengajakku ke bukit waktu dulu. Ku harap kalian tidak lupa bagaimana manisnya seorang Genta mengajakku bolos sekolah.

Hehehe

Besok akan ku kembalikan jaketnya tidak baik menyimpannya begitu lama, aku takut jika merindunya akan membuatku memeluk jaket milik Genta dan aku tidak mau seperti itu entahlah tapi siapa yang tahu kalau aku akan menjadi bodoh karena cinta, bukankah ada stereotype yang mengatakan "tidak ada bedanya orang bodoh dan pintar saat mereka jatuh cinta"

***
Hari ini pak Kasim tidak mengajar karena harus menemani sang istri yang sedang melahirkan anak kedua mereka yang langsung di sambut sorakan meriah oleh anak-anak di kelas.

ALHAMDULILLAH!!!

Mereka senang bukan kepalang, bahkan geng Radit yang hobi nongkrong di bagian belakang pojok kelas langsung meluapkan kebahagiaan dengan menggeplok meja yang langsung di tanggapi sinis oleh si ketua kelas Bruto.

Bruto??

Nama yang aneh bukan? Aku pernah hampir tertawa saat pertama kali ia memperkenalkan diri sementara Inggita? Dia selalu menjuluki Bruto dengan sebutan Buto Ijo.

Jika kalian pikir Bruto si ketua kelas itu bertubuh gempal penuh lemak, hitam, dekil sepertinya kalian salah meskipun tidak se-ganteng Juna si ketua osis dan ehem....Genta tapi dia tidak cukup jelek untuk kadar kegantengan seorang lelaki. Dia tinggi dan tubuhnya sedikit atletis kadang-kadang ada kakak kelas yang meliriknya tapi meskipun begitu nama Bruto kadang sudah membuat orang ilfeel duluan saat pertama kali mendengarnya itulah mengapa semua akun medsosnya mulai dari facebook, instagram, dan twitter menggunakan nama samaran "William"

Hahaha

"Nay pulang nanti temenin gua yah"

"Emangnya kamu mau kemana?"

"Nonton, tapi sebenarnya tujuan utamanya itu sih ketemuan tapi sengaja di bungkus pake acara nonton biar di kata elit dikit"

"Terus?"

"Yah temenin gua lah Nay, lo taukan ini pertama kalinya gua ketemuan sama cowok ibarat tai lagi anget-angetnya gua nggak sanggup kalau sendiri"

"Jadi kamu mau jadiin aku obat nyamuk gitu?"

"Ya Allah bocah, gua nggak sejahat itu ajak Kak Genta aja jadi kita double date gimana?"

Inggita menaik-turunkan alisnya tanda kalau ini adalah kesempatan yang bagus.

"Nggak deh Git"

"Kenapa lagi sih Nay, padahal ini moment yang pas buat lo makin dekat sama kak Genta"

"Dia nggak suka sama aku Git, and i think you know it aku nggak suka berharap"

Gita sepertinya ngambek denganku, buktinya dia langsung menutup muka dengan menggunakan buku LKS itupun milikku yang ia rebut paksa.

Aku menoleh ke belakang dan yang ku dapati hanya bangku kosong milik Radit, kalau di jam kosong begini dia akan tidur atau menarik rambutku dan menakuti si Wati dengan kecoa mainan andalannya.

"Danu, Radit kenapa nggak masuk sekolah"

Aku bertanya kepada teman sebangkunya, barang kali ia tahu.

"Nggak tahu, paling tuh anak sakit lo tau sendiri kan tukang jagonya gulat habis di bonyok kemarin"

"Oh gitu yah"

Aku segera membetulkan kembali posisi duduk. Aku segera meraih tas lalu mengeluarkan jaket, hari ini aku ingin mengembalikan pada pemiliknya.

Setelah meminta izin, aku segera berjalan menuju kelas Genta yang berada di lantai atas untung saja letak tangga dan kelas ku tidak begitu jauh jadi aku tidak perlu bersusah payah hanya perlu menapaki anak tangga saja.

Sesampai di kelasnya, aku mengintip lewat jendela dengan cara melompat-lompat kecil sampai akhirnya pintu terbuka.

"Hai, kak Bahrun"

"Oh Hai Nay, lo ngapain dimari?"

"Oh itu, kak Genta ada di dalam yah?"

"Genta hari ini nggak masuk sekolah"

"Kok bisa? Genta sakit yah?"

"Nggak, dia nggak sakit. Kemarin dia habis masuk ruang BK dan kena skorsing 3 hari karena habis nge-hajar teman kelas lo"

Aku terkejut, Genta pasti kesal dengan diriku gara-gara aku dia kena skorsing makanya saat bertemu kemarin dia tidak menyapa.

"Kak, minta alamatnya Genta bisa?"

The JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang