"Tenang Nay"
Genta mengelus puncak kepalaku berusaha menenangkan segala yang berkecamuk dalam hatiku. Genta membawa mobil dan untung saja hari ini sedang tidak macet jadi kami bisa segera sampai di bandara tanpa memakan waktu yang lama.
Aku dan Genta segera menuju ke bagian departure untuk mencari Radit, kami mengelilingi bahkan berpencar satu sama lain tapi nihil kami sama-sama tidak bisa menemukannya.
Aku putus asa, aku mendudukkan diri pada salah satu bangku, Radit sudah pergi dan kami bahkan tidak bisa mengucapkan salam perpisahan atau sekedar saling melempar senyum.
"Nay ikut aku"
Genta membawa ku ke sebuah antrian dan orang yang ku cari ada di antara antrian penumpang.
"Radit!!!"
Teriakku berusaha memanggilnya
"Radit!!!"
Semua orang menoleh termasuk Radit, ia memasang tampang keheranan lalu berjalan menghampiri ku.
"Lo kok bisa sampai kesini?"
Aku memukul dadanya.
"Kamu yang jahat! Bisa-bisanya pergi cuman nitip surat"
Radit tersenyum menghiraukan diriku yang sudah menangis, oh Tuhan kenapa aku secengeng ini?
"Hey gua cuman mau ke London bukan ke alam baka, nggak usah nangis gitu lo makin jelek tau nggak"
Dia tertawa tapi aku tahu tawa yang keluar itu palsu.
Dia mengankat wajahku dan menatap ku cukup lama.
"Nay boleh nggak lo ngabulin satu permintaan gua anggap aja hadiah lo ke gua"
"Apa?"
"Bisa meluk gua?"
Ia meretangkan tangannya, aku melirik ke arah Genta dan matanya menyiratkan kalau ia membolehkan, aneh saja kenapa aku harus meminta izinnya dulu? Genta siapa bagiku? Aku siapa bagi Genta?
Aku segera memeluk Radit, pelukannya terasa hangat dan ia membisikkan sesuatu dengan lirih dan hampir tak terdengar.
"Jaga dirimu baik-baik Nay"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey
Ficção AdolescenteAkan ku kenalkan kalian pada Genta ku asal janji jangan jatuh cinta padanya karena dia milikku meski semesta tak mendukung