Surat Cinta?

684 109 27
                                    

Murid-murid Yoongi satu persatu mulai meninggalkan gedung olahraga, menyisakan Yoongi bersama dengan Jungkook yang sedang membereskan segala perlengkapan yang digunakan untuk pembelajaran barusan. Sesekali, mereka berbicara membahas hal-hal kurang penting, tapi sebagian besar waktu mereka dihabiskan hanya dengan mendengar siulan merdu Jungkook. Sebenarnya, kecanggungan benar-benar menyelimuti kedua orang tersebut. Suasananya terasa berat dan mencekam, entah apa yang harus dilakukan untuk mencairkan suasana.

"Oh, hyung,"

"Hm?"

"Apakah kau sudah selesai?"

"Sudah, ada apa?"

"Aku harus pergi untuk menemui Hoseok hyung,"

Yoongi memutar badannya yang dari tadi membelakangi Jungkook. Ia menyipitkan matanya, tampak curiga dengan pernyataan Jungkook.

"Untuk apa?"

"Aku mulai tertarik dengan sastra dan kebahasaan, jadi kukira aku akan belajar lebih banyak hal dengan Hoseok hyung,"

"Kau bercanda?"

"Kurasa tidak,"

"Aku tidak ingin dikelilingi oleh orang dramatis seperti Hoseok, tapi lihat sekarang! Kau pun mengikuti jalan hidupnya!"

"Aku hanya ingin belajar sastra, bukan belajar menjadi seorang aktor dramatis sepertinya," gumam Jungkook, "lagipula kemampuan akting Hoseok hyung jauh di atas rata-rata, bahkan kurasa ia berhak mendapatkan piala ajang penghargaan bergengsi di dunia,"

"Bila kau berani mengatakan hal itu di depan hidungnya, aku bersumpah, aku akan mematahkan lehermu,"

"Hei, itu kejam,"

Yoongi mengangkat kedua bahunya, kemudian menghela napas. "Aku hanya ingin menyelamatkan telingaku dari teriakan-teriakan Hoseok yang memperburuk polusi suara."

Jungkook ingin sekali tertawa, tetapi ia tidak ingin membuat Yoongi semakin kesal. Bahkan hanya dengan mendengar keputusan Jungkook untuk memelajari sastra saja sudah cukup membuat enosinya memuncak.

"Mengapa kau marah sekali saat mendengar kata 'sastra'?" Tangan Jungkook terangkat dan jarinya membuat tanda petik.

"Sudah kubilang, aku tidak ingin telingaku yang malang terpapar suara melengking Hoseok." Yoongi membelai telinganya. "Mendengarnya bernapas saja sudah cukup membuatku naik pitam."

"Naik pitam?"

"Ya,"

"Bukankah itu lagu sebuah group laki-laki yang sedang terkenal saat ini? Naik pitam nun mul?"

Yoongi menatap Jungkook. Dilihatnya pemuda yang lebih muda daripadanya tersenyum dengan sombong. Alhasil, Yoongi ikut tersenyum dengan tingkat kesombongan yang sama.

"Ya, naik pitam nun mul, tentu saja," ucap Yoongi, "aku rasanya ingin sekali menghapus keberadaanmu dari muka bumi ini,"

Jungkook tertawa terbahak-bahak, tidak peduli dengan ancaman Yoongi yang ditujukan padanya secara istimewa.

"Kau tahu, mungkin suatu saat nanti bila aku sudah menjadi seorang ahli di bidang sastra seperti Hoseok hyung, aku bisa menggoda guru lain dengan kemampuan sastraku," Jungkook bergumam dengan bahagia.

"Lakukan apa yang kau mau, nak," balas Yoongi, kini tangannya merangkul pundak Jungkook, "tapi, ingatlah satu hal,"

Jungkook mengangkat salah satu alisnya, menundukkan kepalanya sedikit agar bisa melihat Yoongi yang lebih rendah daripadanya.

You're My Hermes and I'm Your Heracles ; m.yg + j.jkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang