Dua Dukungan + Satu Penolakan

564 71 7
                                    

Hoseok menatap Jungkook kebingungan. Melihat guru muda tersebut merapikan barang-barangnya dengan terburu-buru, membuat Hoseok tak dapat menahan dirinya untuk menyikut pinggang Namjoon dan memaksanya untuk berhenti mengecek ulangan murid-muridnya.

"Jung Hoseok, sudah lima kali aku ucapkan padamu, aku sedang si—!" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, mulut Namjoon sudah terlebih dahulu ditutup oleh tangan Hoseok.

"Tidak bisakah kau lihat? Jeon Jungkook sedang merapikan barang-barangnya!"

"Lalu? Mungkin saja ia sedang ingin merapikan mejanya!"

"Dasar manusia tidak peka! Aku akan bertanya padanya sendiri." Hoseok meninggalkan Namjoon. "Jungkook!"

Dengan terkejut, Jungkook mengangkat kepalanya, menatap Hoseok. Mejanya sudah hampir bersih, buku-buku sastra yang ia pinjam dari Hoseok disusun secara rapi dari yang terbesar hingga terkecil.

"Hyung, ini buku-bukumu, ambillah kembali,"

"Jungkook, berhenti sebentar, kumohon," cegah Hoseok, "mengapa kau terburu-buru seperti ini?"

"Aku ingin menemui Yoongi hyung," jawab Jungkook tiada ragu.

"Untuk apa?" Tanya Namjoon yang tiba-tiba muncul di belakang Hoseok.

"Aku sudah menetapkan bahwa aku juga akan mengundurkan diri dari neraka ini,"

Namjoon melongo, mata Hoseok membelalak, siap meloncat keluar. Untuk beberapa detik, tidak ada satu pun dari mereka yang berani bergerak. Semuanya terkejut.

"Kau bercanda. Kami tidak ingin kehilangan rekan kami lagi, biarkan Yoongi menjadi yang pertama dan terakhir, Jungkook. Aku tidak ingin kau mengikuti jalannya," larang Namjoon.

Beberapa kali terlihat pemuda tersebut menarik-narik helai rambutnya, mencoba untuk melancarkan pikirannya. Kacamatanya melorot, menunjukkan betapa lelahnya ia ditambah dengan masalah yang baru ia hadapi sekarang.

"Maafkan aku, tapi aku benar-benar tidak tahan, hyung. Aku mencintai Yoongi hyung. Tidak ada gunanya aku menetap di sini, bahkan bila aku mendapatkan kenaikan gaji, bila kebebasanku untuk mencintai seseorang dikekang habis-habisan," ucap Jungkook.

Mata bulat Jungkook berkaca-kaca, dengan susah payah membendung air mata yang tidak ingin dibiarkannya jatuh begitu saja. Ucapannya yang terdengar tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam membuat Hoseok menutup mulutnya. Ia menatap Namjoon sesekali, kemudian menatap Jungkook lagi. Begitu seterusnya. Ia kagum dengan keberanian Jungkook untuk melawan Namjoon—bahkan Seokjin—dan menyatakan perasaannya yang sebenarnya.

"Hoseok hyung, bagaimana menurutmu? Apakah kau juga akan menentang pernyataanku?" Tanya Jungkook.

Mendengar namanya disebut, Hoseok tersentak. Kelopak matanya berkedut, jarinya gemetaran. Dilihatnya Namjoon sedang berkacak pinggang, bukan karena marah, tapi karena bingung pula.

"Aku," gumam Hoseok, "aku tidak berani terlalu banyak berkomentar. Ini adalah keputusanmu, bagaimana pun aku tidak dapat menahanmu untuk tetap di sini, bila kau sendiri tidak merasa nyaman. Lagipula, aku percaya, Namjoon juga tidak bermaksud untuk menentang pernyataanmu, tetapi ia tidak ingin kau menyesali keputusanmu di masa mendatang,"

Namjoon mengangguk, kali ini membuat Jungkook yang terdiam. "Aku tidak pernah bermaksud untuk melarangmu mencintai Yoongi hyung seperti yang telah dilakukan Seokjin padamu. Bila menurutmu ini adalah jalan keluar terbaik bagimu, maka siapakah aku untuk membentengimu dari pilihanmu sendiri? Aku akan mendukungmu dengan syarat kau harus yakin dengan keputusanmu saat ini."

Sudut-sudut bibir Jungkook terangkat, membentuk bulan sabit yang bersinar di malam gelap. Matanya kali ini lebih berkaca-kaca, beberapa bulir air mata mulai turun ke pipinya, tapi dengan sigap diusapnya agar tidak membekas di sana. Jungkook tahu ia tidak pernah salah untuk memercayai Namjoon dan Hoseok dalam setiap masalahnya setelah Yoongi tidak ada di sampingnya. Sebuah figur sahabat, kakak, dan pendamping yang ia dapatkan di sekolah tersebut memang membuatnya berpikir dua kali untuk keluar. Bukan, bukan hanya dua kali, namun ratusan kali!

You're My Hermes and I'm Your Heracles ; m.yg + j.jkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang