Masa Lalu

538 69 8
                                    

Kim Seokjin merupakan guru biologi. Tidak ada yang menyangka bahwa ia akan dengan mudah diterima untuk mengajar di sekolah elit tersebut. Usianya masih belia, kira-kira ia berumur 24 tahun saat itu.

Seorang guru yang disebut berpotensi dikarenakan para murid sangat mencintainya. Mereka menyukai caranya mengajar, bahkan di luar kelas pun, Seokjin tidak menarik garis batasan antara dirinya dengan murid-murid. Dengan kehadirannya di tengah ruangan, suasana di dalam ruangan terasa lebih ringan, lebih mudah untuk dinikmati walaupun waktu terasa melambat.

Dalam tahun keduanya mengajar, ia bertemu dengan seorang wanita. Guru yang bertugas di perpustakaan, bergulat dengan tumpukan buku tua dan rapuh serta para murid yang membuat terlalu banyak suara di ruangan tersebut membuat Seokjin merasa aneh setiap kali melihatnya. Perutnya seperti sedang melakukan atraksi jungkir balik setiap kali wanita tersebut tersenyum ke arahnya. Setidaknya, Seokjin kali ini mempunyai alasan untuk tetap tinggal di perpustakaan dibandingkan di ruang guru saat ia sedang bebas dari tugas.

Beberapa kali Seokjin mencoba untuk berbicara dengannya saat ia menunggu wanita tersebut memberikan cap di kertas peminjaman bukunya. Terkadang balasan singkat, terkadang balasan yang cukup panjang yang membuat Seokjin dapat menikmati suaranya lebih lama, tapi juga tak jarang wanita tersebut hanya tertawa.

"Siapa namamu?" Tanya Seokjin.

Lucu memang, di saat mereka sudah saling berbicara dan bertukar informasi dna pengetahuan, tapi di sisi lain mereka belum pernah saling bertukar nama.

"Namaku Min Yoonji,"

"Yoonji? Nama yang indah. Namaku Kim Seokjin,"

"Apakah kau selalu bersikap seperti ini? Berdiam di perpustakaan hingga sore kemudian datang untuk merayu petugas perpustakaan?"

"Hanya pada wanita yang berhasil menarik perhatianku untuk pertama kalinya," ucap Seokjin lembut.

Ya, Min Yoonji tertawa seraya menyibakkan rambut sebahunya yang hitam pekat dan bersinar. Sikapnya sangat manis, walaupun terkadang tatapannya menjadi menyebalkan dan sinis, tapi itu sudah hal biasa. Seokjin tertarik pada Yoonji sepenuhnya.

Pemuda tersebut menghabiskan waktunya bersama Yoonji, rasanya dunia milik berdua. Bila ia diperbolehkan untuk menetap di perpustakaan bersama Yoonji, bahkan untuk menyampuli buku-buku di perpustakaan, ia pun tak masalah. Selama ada Yoonji, ia akan menerima apa pun.

Selama ada Yoonji, ia akan merasa bahagia. Selama bersama dengan Yoonji, ia akan selalu merasakan cinta.

Hingga ia melihat seorang guru baru, pemuda muda dengan penuh pesona, yang ternyata hendak merebut Yoonji darinya. Ia benci. Benci pada guru baru tersebut, benci pada perhatian Yoonji yang lebih banyak diberikan pada pemuda tersebut—bukan pada Seokjin—, benci pada dirinya sendiri karena ia sudah bersusah payah untuk memikat Yoonji. Semuanya gagal dan hancur.

Setiap kali ia melihat Yoonji tertawa dengan guru baru tersebut, keinginan Seokjin untuk menghancurkan hubungan mereka semakin kuat. Bila membunuh orang bukanlah sebuah dosa, maka Seokjin tidak akan segan untuk melakukannya. Ia masih ingat dosa.

Amarahnya tidak dapat terbendung lagi saat ia mendengar rekan-rekan kerjanya memberikan selamat bagi guru baru brengsek tersebut karena telah memulai hubungan baru dengan Yoonji. Yoonji tampak berbunga-bunga, tapi Seokjin tidak menyukainya. Bila alasan Yoonji senang bukan karena dirinya, maka Seokjin tidak berhak untuk merasakan hal yang sama.

"Pak Seokjin, caramu mengajar sangat disukai oleh kepala yayasan. Kebetulan, tahun ini kepala sekolah akan pensiun, maukah kau menjadi penggantinya? Kami sudah merekomendasikan kinerja anda kepada kepala yayasan, dan ia pun menyetujui usulan kami untuk mengangkatmu sebagai kepala sekolah selanjutnya,"

You're My Hermes and I'm Your Heracles ; m.yg + j.jkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang