Terima Kasih, Alkohol!

685 73 8
                                    

(Early) A/N: bagian cerita ini mengandung unsur dewasa, mohon jangan dibaca bagi yang belum berumur 18 tahun atau pun yang merasa tidak nyaman dengan hubungan badan antara laki-laki dan laki-laki.

Terima kasih!

--

Lengan yang merangkul pundak Yoongi terkadang melorot, menambah beban bagi pemuda bertubuh pendek tersebut. Kakinya terseret, berusaha untuk berjalan dengan baik agar ia tidak jatuh bersama dengan Jungkook. Pada saat ini juga, keinginan terakhir Yoongi adalah terjun dan mencium aspal kasar atau lebih buruk lagi, terjun dan mencelupkan diri sendiri ke dalam selokan.

Beberapa kali ia memukul Jungkook yang tidak dapat diam dan terus-terusan mengoceh dan merengek. Bila Hoseok dalam versi mabuknya ia akan menangis dan menjadi emosional dan saat Namjoon sedang dalam kondisi yang sama, ia akan menjadi orang yang pendiam dan berpikir di dalam otaknya sendiri mungkin sedang memikirkan teori matematika terbaru, entah apa, Yoongi tidak ingin tahu.

"Sekarang, bantu aku dalam mengenali rumahmu," ucap Yoongi.

"Jangan berkenalan dengan rumahku! Kau sudah punya aku, untuk apa kau berkenalan lagi dengannya?" Rengek Jungkook.

"Bukan berkenalan dalam konteks berinteraksi, Jungkook. Aku ingin mengembalikanmu ke dalam rumahmu,"

"Oh." Jungkook tertawa meringis. "Yang berdinding putih dengan pagar kayu."

Yoongi mengangguk, dengan cepat ia menemukan rumah yang ditujunya. Rumah mungil yang tampak dirawat dengan baik, tidak seperti rumah milik Yoongi dan Kihyun yang sebenarnya hanya dirawat oleh Kihyun. Dalam hati, Yoongi meminta maaf pada temannya.

"Apakah keluargamu tinggal di sini juga?" Tanya Yoongi.

"Uh, ya," jawabnya ragu, "bukan keluarga, namanya Yugyeom,"

"Berarti senasib denganku, ya? Kita berdua sama-sama tinggal bersama dengan teman kita,"

"Ya, tapi kurasa ia sedang pergi berpesta sekarang,"

Yoongi terdiam, menunggu Jungkook mengeluarkan kunci rumahnya dan memasukkannya ke dalam lubang kunci. Tangannya gemetaran, efek alkohol, tetapi dengan beberapa omelan yang dilontarkan Jungkook kepada kunci bodoh  yang menyulitkan dirinya, akhirnya ia sukses.

"Selamat datang ke kediaman Kim Yugyeom dan Jeon Jungkook, Tuan Min," tawa Jungkook.

"Betapa formalnya," canda Yoongi.

"Uh, ini belum formal karena sejujurnya aku ingin sekali merasakan bibirmu pada bibirku," ucap Jungkook, wajahnya memerah, "ingin sekali rasanya aku menyentuh bibir hyung,"

Yoongi yang telah melangkahkan kakinya di dalam rumah Jungkook, seketika melongo. Jungkook hanya tersenyum, tentulah ia mabuk.

"Aku sangat mencintai Yoongi hyung." Perlahan, Jungkook mendekati Yoongi, mengapitkan Yoongi di antara dirinya dan pintu. "Bawa aku agar aku bisa merasakanmu, hyung."

"Jungkook, kau mabuk,"

"Aku mabuk akan dirimu, hyung. Kau bagaikan obat-obatan terlarang yang membuatku selalu menginginkanmu,"

"Uh, kuharap kau bersih dari narkoba karena aku yakin itu bukanlah sesuatu yang baik bagi tubuhmu,"

"Yoongi, ini hanyalah pengandaian." Jungkook memutar matanya, melupakan panggilan sopan bagi Yoongi yang biasanya bergulir di lidahnya. "Aku tahu kau mencintaiku juga, maka dari itu, cium aku."

Dengan gemetar, Jungkook meraih kerah kemeja Yoongi, menariknya dengan ceroboh, membuat bibir mereka saling menempel dengan canggung. Lumatan demi lumatan bergantian dilakukan oleh masing-masing dari mereka. Tangan Yoongi menjalar ke bawah kemeja guru muda tersebut, merasakan kulit lembut yang memanas di bawah sentuhan Yoongi. Ia secara spontan menggenggam pinggang mungil Jungkook dengan terlalu erat saat dirasakannya lidah Jungkook mencoba untuk merasakan kehangatan mulut Yoongi.

You're My Hermes and I'm Your Heracles ; m.yg + j.jkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang