Bandung, 5 November 2019

470 28 0
                                    

Menjadi seorang istri adalah yang mampu mendapingi suaminya kapanpun dan di mana pun itu. Akan tetapi apakah aku layak disebut sebagai seorang istri. Boleh jadi aku merasa impianku belum terpenuhi dengan sempurna

Radit sama sekali tidak mengekangku harus memenuhi kewajibanku kepadanya dia lebih memintaku untuk mencapai cita-citaku sebagai seorang dokter dan memang tidak bisa ditinggalkan karena aku sendiri sudah terikat oleh sumpah seorang dokter.

Jika dulunya kami makan di tempat terpisah dan terasa dekat melalui panggilan video namun sekarang aku merasa aneh, tersadar seharusnya aku yang menyipakan makanan dan memberikan masakan buah karya tanganku yang terbaik untuknya. Aku merasa sangat menyesal,  merasa bahwa untuk saat ini gagal menjadi istri di mata Radit. Ingin rasanya memperbaiki namun terhalang tugas di Bandung, aku menyesal kenapa aku memilih Bandung sebagai tempat di mana aku menjalani internsip. Jika melihat sebelumnya terjadi konflik atas pindahnya aku dan Mama ke Bandung menyusul Lisa aku merasa bersalah beraikap egois terhadap Radit atas kejadian waktu itu.

Namun aku sadar, sejak pertemuan tadi aku merasa kuasa telah memberikanku cahaya penerangan hati yang membuat berkobarnya api semangatku untuk terus menjalani ini semua sampai akhir. Satu tahun akan berjalan baik-baik saja jika aku sama sekali tidak berusaha menghitung tiap detiknya dari kian hari berlalu. Bukan berarti aku berada jauh dari Radit tidak mampu memenuhi kewajibanku seorang istri, iya meski banyak sekali kendala semoga seterusnya aku mampu menjalani ini semua dengan sepenuh hati.

Sekitar pukul tujuh malam aku, Lisa dan Mama makan bersama. Aku wakty itu sudah berusaha membujuk Radit untuk makan namun dia lebih memilih bermalas-malasan di tempat tidur setelah salat magrib tadi. Hingga akhirnya aku makan dan Radit melanjutkan tidurnya hingga pukul sembilan malam dia meneleponku katanya dia lapar. Andai saja aku di sana pasti akan aku masakkan, akhrinya aku menemani dia makan di warung pecel lele sama halnya aku juga datang ke warung pecel lele di dekat kontrakan rumah tetapi aku tidak memesan makanan hanya minum saja karena aku masih kenyang.

Setelah itu dia memintaku untuk pulang lebih dulu karena masih ada urusan dengan teman-temannya, di samping itu alu memberi batas untuknya keluar sampai pukul sebelas malam, aku rasa dia akan patuh. Aku yakin itu karena tidak ada sejarahnya Radit ingkar janji kecuali saat tahun baru kemarin itu berbeda lagi.

Selama perjalanan pulang aku bertemu sekitar lima anak laki-laki yang kira-kira mereka berumur sembilan tahun sedang mengelilingi salah satu dari mereka yang duduk di atas terotoar sambil menangis. Aku merasa terenyuh dan segera menghampiri mereka awalnya sekadar memastikan apa yang terjadi namun setelah mengetahui bahwa anak kecil yang menagis itu dagunya berdarah. Aku keluarkan tisu kering di dalam tasku membersihkan darah yang mengalir sampai ke leher. Aku berniat mengajak mereka ke kontrakan rumahku namun mereka menolak padahal aku akan mencoba mengobati luka pada dagu anak itu.

Tetapi tidak lama setelah itu seorang pria memberikan kotak obat kepadaku sambil berkata, "Aku ada kotak obat di bagasi mobil siapa tahu bisa membantu."

Tampak banyak bicara lagi aku meraih kotak obat itu dari tangan pria tadi namun kemudian pria itu kembali berkata, "Kamu obati dia di sana saja lebih terang."

Aku menurut dan langsung menyadari bahwa pria yang mengajakku bicara adalah Yudha. Ya, aku terkejut waktu itu tetapi boleh jadi rasa yang aku rasakan sudah berbeda. Tidak menghiraukan keberadaan Yudha aku mulai mengobati anak itu kembali di tempat yang di mintanya tadi. Setelah selesai aku mengusap rambut anak kecil yang kini sudah tidak menangis lagiju mrnasihatinya. Kalau dipikir-pikir sudah terlalu malam bagi mereka untuk bermain. Anak kecil itu dan teman-temannya pun berpamitan untuk pulang, mereka mencium tanganku dan Yudha lalu kermudian berlali menjauh saling susul. Aku juga sempat berteriak kepada mereka agar tidak berlari namun sepertinya mereka tidak mendengarku waktu itu.

Menit berikutknya aku kembalu mengemas kota obat dan segera mengembalikan kepada pemiliknya seraya mengucapkan terima kasih. Dia waktu itu hanya mengangguk dan menerima kotak obat sambil tersenyum ramah kepadaku.

"Habis dari mana?" tanyaku waktu itu sekadar basa basi karena boleh jadi aku merasa ada aura kecanggungan di antaranya.

Dia akhirnya sedikit bercerita bahwa dia telah mengantarkan kekasihnya pulang setelah jalan-jalan ke liling kota Bandung. Cukup menarik dari ceritanya, aku merasakan bahwa sikapnya memang berubah. Aku tidak melihat sikap Yudha yang angkuh dan tidak mau tahu dengan keadaan sekitar. Karena dia juga sedikit bercerita tentang harinya aku pun juga menceritakan hariku bersama Radit, aku tahu dia pasti kebingungan kerena tahu jika Radit sekarang berada di Surabaya namun aku cukup menunjuka  ponselku kepadanya dia pun akhirnya mengerti.

"Hebat, walaupun kalian berdua berada jauh tetapi kewajiban kalian sebagai seorang suami dan istri masih terpenuhi walaupun tidak semuanya."

Aku mengangguk namyn tidak serta merta menerima penyataan Yudha dengan percuma. Aku justru sebaliknya memcoba memahami kata demi kata yang dia lontarka karena di satu sisi aku masih merasa belum sempurnya menjadi seorang istri.

Semakin Yudha berbicara mengenai ketakjubannya dengan hubunganku denga Radit menjadikanku semakin percaya diri bahwa sejatinya janji suci pernikahan ini masih akan tetap kokoh walau jarak memisahkan. Aku yakin pasti ada jalan untuk masalahku ini.

Hingga akhirnya sampai aku menulis ini semua rasanya aku semakin tersadarkan bahwa hubungan suami dan istri yang paling utama adalah atas dasar komunikasi yang baik seperti kata Yudha. Komunikasi adalah hal yang terbaik untuk mempersatukan segalanya. Walaupun sebelumnya dia sempat terlihat murung karena waktu menjalani hubungan denganku komunikasi sangat kurang sehingga akhirnya hubungan itu pun berakhir.

Boleh jadi aku bisa memahami bahwa Yudha mampu memahami arti patah hati yang bisa menuntunya ke jalan penuh kesadaran demi perbaikan untuk dirinya dan orang lain. Seperti kata Rendy dulu bahwa masa lalu yang pantas untuk dikenang namun tidak untuk diulang karena kenangan hanyalah sebuah pengalaman untuk perbaikan di masa depan.

((BERSAMBUNG))

Masa lalu terproduksi dengan sendirinya seiring berjalannya masa depan. Jadi masa lalu adalah jejak di mana kenangan penuh rindu mengantar harapan penuh doa.

Aila dan Radit (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang