Semarang, 29 September 2017

585 42 0
                                    

Kilauan cahaya senja berwana merah muda tampak cantik di langit kota Semarang, sama halnya benda berkilau di jari manisku. Dalam waktu lima bulan aku mengenalnya dan sekarang sudah ada pengikat kuat diantaranya. Terimakasih atas pembuktianmu tadi siang di tempat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Seperti biasa runtinitasku di pagi hari, hanya sekarang sudah beralih ke stase anak. Walau tidak ada yang menyulitkan akan tetapi banyak yang harus diperhatikan tidak serta-merta bahwa stase ini dianggap mudah dan itu salah besar seperti yang pernah aku tulis sebelumnya. Akan tetapi aku kali ini sedikit terhambat karena hasil anamnesis akan dipresentasikan setelah dokter konsulen datang ke ruangan.

Menunggu bukan urusan gampang, hari ini bertepatan dengan wisuda S2nya Radit, sangat tidak mungkin aku meninggalkan rumah sakit sebelum urusanku selesai dan sangat tidak bisa terbayangkan olehku bahwa aku tidak hadir dalam acara wisuda. Jika kembali ke masa wisudaku dulu aku sangat kesal ketika tahu bahwa Yudha tidak datang pada acara wisuda dan atau mungkin sekarang Radit juga akan kesal terhadapku jika aku tidak hadir dalam acara wisudanya.

Kau tahu, semakin berjalannya waktu jam dinding di dalam ruangan terus saja mengejekku bahwa aku tidak akan tiba di sana sampai acara selesai. Aku menyadari jika memang ini sudah takdir, jika ini memang karmaku kerena pernah bertindak egois. Boleh jadi aku membenci diriku sendiri sembari membayangkan dan sekadar mengingat bahwa aku marah, kecewa dan benci ketika Yudha tidak datang beretepatan dengan membayangkan wajah Radit yang penuh dengan rasa kecewa. Walaupun sebenarnya aku tidak bisa membayangkan bagaimana wajah Radit sekarang sedangkan jika aku diposisinya mungkin akan menyiksa boneka beruang cokelat ketika sudah berada di rumah untuk melampiaskan kemarahanku.

Baiklah sekarang sudah pukul sebelas harapanku untuk datang ke acara itu sudah pupus dan tidak akan terwujud. Aku tahu waktu itu jika pembawa acara sudah mulai menutup acara dengan bahagia atau mungkin sekarang Radit sudah meninggalkan gedung dan berfoto dengan teman-temannya, bisa jadi dia tidak jadi memperkenalkan aku kepada teman-temannya. Baiklah aku hanya mampu mengembuskan napas sambil terjebak di ruangan dengan tatapan para konsulen dan beberapa penguji yang lain.

Sekitar pukul dua siang akhirnya urusanku di rumah sakit telah selesai serta tidak ada jaga poli atau jaga malam dan diperkenankan untuk pulang. Akhirnya! Kau tahu dengan sigap tanpa menunggu lama lagi aku menyambar tasku di ruang poli lalu pergi menuju gedung di mana acara wisuda S2nya Radit digelar menggunakan ojek. Sebelumnya aku sempat bertanya posisi keberadaan Radit dan tenyata dia masih di gedung. Bermaksud memberika kejutan dan tenyata? Kau tahu!

Sudah bisa ditebak ketika aku datang ke gedung itu. Sepi dan hampir tanpa ada orang yang duduk di deretanbkursi yang terjajar rapi. Hanya ada petugas kebersihan dan beberapa petugas yang membersikan alat-alat panggung. Aku tidak tahu waktu itu hendak berbuat apa jas putihku yang terlihat usang serta wajahku yang kusam karena debu dan polusi membuatku ingin mengikuti tawaran iklan pembersih wajah agar wajahku tampak bersinar, putih, bening, alami. Huft!

Kau mungkin tahu, wajahku sudah bisa ditebak seperti sprei indekos yang kusutnya tidak tertolongkan. Seraya membayangkan siluet-siliet kehidupan yang fana saat di mana Radit menaiki panggung, saat pita wisuda di pindahkan dari sisi yang lain dan saat di mana Radit menanti diriku berdiri pintu masuk gedung. Dengan lemah aku duduk di salah satu kursi dan enggan untuk meninggalkan gendung karena lebih baik aku menikmati siluet-siluet itu daripada aku pulang ke rumah dan menyiksa boneka beruangku lagi dan lagi menyesali sesuatu yang sudah menjadi keadaan hidupku.

Terhanyut dalam lamunan, tiba-tiba seseorang menepuk pundaku. Aku sempat tersentak waktu itu dan siluet-siluet yang tersaji di depanku seketika menghilang tergantikan oleh sosok pria yang bertugas membersihkan gedung. Aku masih ingat ketika pria itu mengatakan bahwa acaranya sudah selesai. Boleh jadi waktu itu aku berpikir bahwa pria itu menganggapku tertidur saat acara berlangsung. Huft! Tidak apa memang faktanya aku sempat terlelap waktu itu karena terlalu asik melihat siluet-siluet yang aku buat sendiri.

Aila dan Radit (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang