"Tumben disini" Satu tepukan halus mengalihkan Jimin yang sedari tadi sibuk dengan laptop di hadapannya. Wajahnya menampilkan senyum ketika wajah manis yang menepuknya menorehkan senyuman terlebih dahulu,
"Cafe Taehyung tutup, jadinya aku disini. Apa yang kau lakukan disini, Taemin?" Seseorang bernama Taemin mendudukkan tubuhnya pada kursi di hadapan Jimin, mengangkat tangan memanggil waitress untuk sekedar memesan sesuatu
"Sendirian?"
"Kau lihat aku bersama orang lain selain kau disini?"
"Tidak" Senyumannya mengembang ketika Jimin memulai tawanya lebih dulu, kebiasaan lama.
Lee Taemin, teman semasa putih abu-abu. Rambutnya yang masih berwarna coklat keemasan masih mencuri pandangan mata, senyumannya yang mengangkat kedua tulang pipinya melengkung indah pun masih sama.
Dia masih Lee Taemin yang sama, hanya saja ada rasa yang mengganjal pada saat mengingatnya.
Dia mirip seseorang? Tapi siapa?
"Aku dari sana, Menjenguk Minho." Pandangan Jimin beralih ke arah tangan Taemin menunjuk, Anggukan jadi jawaban
"Sakit?"
"Jatuh dari tangga, berakhiran dijatuhin rak sepatu beserta isinya. Tulang tanggannya patah, tapi katanya udah mulai membaik" Jimin nepuk dahinya sambil tertawa geli,sementara Taemin minum Americano nya santai, sesekali Taemin memperhatikan ponsel Jimin yang memunculkan satu notifikasi
"Pacar?" Tatapan yang awalnya melekat pada ponsel beralih menatap mata indah di depannya, sebuah senyum terpatri indah di wajahnya. Taemin tau, Jimin jatuh cinta.
"Bukan"
"Wajahmu tidak bisa berbohong Park, Mungkin jawaban yang tepat itu belum" Jimin terkekeh, ponsel yang awalnya ada dalam dekapan tangan beralih kembali ke atas meja.
"Dia sudah punya kekasih, jangan bercanda. Kami hanya berteman" Taemin mencebik, kebiasaan Jimin tetap tidak berubah. Mundur ketika bahkan belum berani membuktikan, cari aman.
Mengingatkannya akan masa lalu.
"Kau yakin?"
"Masih asumsi"
"Kenapa tidak mencari tau? Kau menyerah? Cemen sekali Park" Sekali lagi kekehan lepas dari wajahnya, Jimin tau kalau Taemin lagi mengejeknya.
Tapi apa daya? Untuk apa mengelak? Kan memang benar
"Mencari taulah sebelum menyesal Park, jangan mengulang kesalahan yang sama" Jimin tertegun sejenak.
Kesalahan yang sama? Maksudnya?
"Cari tau dulu, siapa tau ada jalan kan?" Taemin meminum Americano miliknya santai, mengabaikan wajah Jimin yang menuntut penjelasan lebih tapi memilih bungkam karena masih merasa ragu
"Aku mengajaknya keluar hari ini, tapi dia bilang dia sibuk. Langkahku sudah benar kan?" Taemin mengendikkan bahu acuh sembari menyesap lagi minuman berkafein itu, sedangkam Jimin mulai mengetikkan beberapa balasan chat yang kita tau dari siapa
"Jangan pesimis dulu sebelum-"
Kata Taemin terhenti ketika melihat tatapan Jimin yang mulai terlihat gelap. Tangannya mengepal tapi wajahnya masih menyunggingkan senyuman, tatapan yang awalnya terlihat tenang kini menjadi sendu
Dan Taemin tidak akan lupa ketika dia turut melihat apa yang diperhatikan Jimin
"Dia bilang sedang sibuk dan aku mengerti. Dia bertindak seolah tidak ingin aku pergi, tapi kenapa dia terus melonggarkan ikatannya? Aku harus apa Taemin?" Taemin tertegun. Pandangan Jimin kali ini benar-benar sendu, ada kilatan luka disana dan senyuman yang kini dilihatnya adalah palsu
Yoongi ada disana, memasuki rumah sakit bersama lelaki yang masih sama dengan yang waktu itu dilihat Jimin. Mereka tertawa sambil sesekali lelaki itu mengusak rambut Yoongi lembut. Bayang mereka kian menghilang ditelan pintu rumah sakit itu, tapi lukanya masih tersayat di ingatan Jimin
"Dia sibuk ya?"
.
KAMU SEDANG MEMBACA
PJM's - my
Fanfiction"Rasanya tidak asing; Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"