Blue And Grey;

257 27 21
                                    

Apa yang akan kau lakukan, jika kenyataan menamparmu disaat yang tak pernah kau duga? Disaat bahagia terlihat enggan berganti menjadi lara, tetapi kenyataan memaksakanmu untuk menelan pil pahit yang bahkan tak ingin kau kecap pada indra perasamu.

Apakah menjadi bahagia itu adalah sebuah dosa besar yang tak patut dipinta?

;

Hari kedelapan belas di penghujung tahun dan dia masih tetap duduk di depan jendela kamarnya yang dibiarkannya terbuka sedikit; dengan baju putih yang terlihat sedikit lecek, semilir angin yang mengelus surai yang agak berantakan dan tatapan kosong yang tak kunjung menampilkan cahaya nya.

Bibirnya tertutup rapat seakan enggan mengucap kata, bahkan untuk beranjak dari tempat itu pun rasanya tidak ingin. Nampan berisi makanan kesukaannya pun dibiarkan dingin berteman sepi, sesekali pergerakannya hanya sekedar memeluk kedua kakinya yang dibawa dekat dengan dada.

' Aku akan pulang, aku berjanji. '

Anggukan kosong jadi jawaban; hatinya terasa kembali tercabik hingga tak berbentuk, tangisan diam itu kembali pecah namun tak ada yang mendengar. Terlalu kosong, bahkan untuk dikatakan hidup.

' Hal pertama yang akan kulakukan ketika pulang yaitu, menikahimu dan hidup berbahagia hingga maut memisahkan.'

Kadang, pembunuh utama diri bukan penyakit melainkan pikiran.

;

"Dia tidak memakannya lagi?" Anggukan jadi jawaban dan dibalas dengan helaan nafas berat serta usakan pada surai. Jika bisa dikatan sulit, ini memang sangat sulit jika diingat sudah seminggu Yoongi tidak menyentuh makanan yang disajikan oleh Seokjin.

Pintu kayu itu dibuka, menampilkan postur tubuh kecil yang nampak tenggelam dalam balutan kemeja putih yang senada dengan warna ruangan itu. Namjoon mulai melangkahkan kakinya mendekat , meraih pundak yang kian mengecil itu hingga si empunya sedikit terkejut dan menolehkan pandangan yang awalnya menatap langit kini menatap kedua netra yang sejajar kini dengan kedua matanya ; namjoon mensejajarkan tinggi mereka.

"Hyung."


"Aku tidak berselera, Namjoon." Tangannya dikepal pelan, yoongi memang keras kepala dan Namjoon tau jelas itu.  Dia bahkan tidak perlu bertanya agar mendapatkan jawaban seakan Yoongi tau itu yang akan dia lontarkan padanya

"Apa kau akan seperti ini terus? Jika Jimin melihatmu seperti ini dia pasti-"

"Jika hal ini bisa membawanya kembali, aku tidak masalah. Ini sudah seminggu Namjoon.. " Mata yang awalnya sembab itu kembali mengeluarkan buliran yang bahkan dapat dirasakan kesakitannya , Yoongi kembali terisak.

"Sudah seminggu sejak kecelakaan itu terjadi dan mereka sama sekali belum menemukannya! Bagaimana jika dia selamat? Bagaimana jika sekarang dia ada dan terluka parah sedangkan aku disini tidak melakukan apa apa.." tangan kecil itu kini digenggam, berniat menenangkan lelaki manis di hadapannya.

Kehilangan memang bukan hal yang mudah, tidak akan pernah.

"Beberapa korban sudah ditemukan, tapi kenapa?" Tangan yang tak tergenggam kini berada pada dadanya , memukulnya pelan seakan jantung pada tubuhnya kehilangan fungsi. "Kenapa Jimin tidak , Namjoon?"

"Yoongi-Hyung."

"Kenapa? Kenapa mereka tidak bisa menemukan Jimin? Kenapa-"

Genggaman dieratkan, kini tangan Namjoon beralih memegang kedua pundak kecil itu. Menatapnya dalam dan penuh amarah,

"Sadarlah, Yoongi-Hyung! Kau bahkan ingat apa kata tim yang berada disana kan? Tidak ada yang selamat, mereka hanya menemukan sisa barang yang dapat diidentifikasi. Ledakan itu menghancurkan seluruh isinya hyung.." suaranya melemah, isyarat bahwa emosinya pun luluh akan kesedihan yang dirasakannya

Namjoon pun sama, ini tidak mudah baginya. Bohong jika dibilang amarah yang dikeluarkan Namjoon hanya semata emosi belaka.

Ruangan putih yang tadinya hanya berisi suara semilir angin kini berganti menjadi nyanyian penuh pilu dan air mata, menyisakan dua manusia yang saling berbagi rasa sakit dan amarah yang dirasakan. Karena berharap pada harapan yang bahkan tidak ada itu sama saja dengan ikut membunuh mereka yang masih ada.

"Yoongi-Hyung, if you love him... " Ada hentian di pertengahan kalimatnya, ragu mulai menggerogoti indra dan hatinya.
"You should let him go. He's already gone, gone from our side."




-------------------------------------

It's been 3 years since the latest updated, lol
Yang sebelumnya masih anak kuliahan semester akhir kini udah kerja , time does flies so fast, isn't?
Ini karya lama yang udah lumutan kalau bisa sih, baru kelanjut sekarang haha..
Sedikit lagi ceritanya bakal selesai,
Buat dukungan dan votenya dan bahkan yang masih nambahin cerita saya ke listnya, terima kasih.

Best regards,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PJM's - myTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang