10 - Kawan lama

561 21 2
                                    

Masa lalu kita yang tak menyenang kan atau telah menimbulkan luka, pernah membuat kita terpuruk dalam beberapa waktu serta meninggalkan bekas di hati, terkadang membuat kita enggan untuk mengingat masa lalu itu meskipun dalam masa lalu itu, ada bagian yang membahagiakan tetapi tetap saja ego lah yang memenangkan hati dan membuat kita menjauhi, mengindari segala yang berhubungan dengan nya.

Author pov

Setelah satu jam berlalu terdengar deru mobil berhenti di halaman rumah Sarah, yang tak lain tak bukan ialah Dirgan-papa Andra yang tengah berjalan ke arah pintu rumah Sarah, ketika pintu akan diketuk, munculah Hajar membukakan pintu beserta Fatimah dibelakangnya. Mereka berdua sama-sama menatap sendu ke arah Dirgan, wajar saja setelah hampir 18 tahun mereka tak bertemu, sekarang orang itu tengah berdiri di hadapan mata mereka. Dalam hati Hajar dan Fatimah tak henti-hentinya berucap syukur masih bisa diberi kesempatan untuk bertemu kawan mereka itu.

Hajar pun tersenyum ramah sambil menepuk pelan bahu Dirgan dan memeluknya "Aku sangat bersyukur bisa bertemu denganmu lagi kawan " ucap Hajar sendu, lalu merasakan pelukannya dibalas oleh Dirgan.

" Aku juga " balasnya lalu menguraikan pelukan mereka " Ngomong-ngomong dimana anakku? " tanya Dirgan to the point.

" Kau memang masih sama seperti dulu Gan " ucap Hajar lalu mereka berdua sama-sama terkekeh.

" Sudah dulu kangen-kangenannya, ayo masuk ke dalam " Ucap Fatimah mempersilahkan.

Mereka berdua pun tersenyum " Mari Gan. sekarang mungkin dia sedang tidur " ajak Hajar, sambil mempersilahkan duduk.

" Memangnya kenapa dia? Ngga biasanya tidur jam segini " tanya Dirgan heran. Pasalnya setau Dirgan anaknya itu bukan tipe orang yang suka tidur siang.

" Sedang tidak terlalu baik kondisinya " tutur Hajar yang membuat raut wajah Dirgan seketika khawatir " tapi tenang saja, tidak terlalu parah " lanjutnya.

" Boleh tunjukan kamarya saja Haj, sudah hampir setengah tahun aku tak bertemu dengannya " ucap Dirgan sambil tersenyum, berusaha menghilangkan kekhawatiran pada putra semata wayangnya itu.

" Tentu " jawab Hajar.

" Kalo begitu umi mau nyusul Sarah nglanjutin masak buat makan siang dulu " pamit Fatimah lalu beranjak dan pergi membantu Sarah yang tadi ia tinggal di dapur setelah selesai membereskan rumah.

" Mari " ajak Hajar lalu bejalan diikuti Dirgan dibelakangnya, memuju ke kamar tamu yang ada di lantai bawah, bukan ke kamar Andra kemarin yang berada di lantai atas, sebab kaki Andra yang masih sulit untuk berjalan maka ia pindah ke kamar bawah yang tak jauh dari ruang tamu.

Ceklek

Hajar pun membuka pintu kamar Andra dan mempersilahkan Dirgan masuk, di kamar tersebut terdapat Andra yang tengah bermain game online sembari duduk berselonjor dengan selimut memutupi kakinya.

" Papa!? " panggilnya agak terkejut.

Dirgan pun tersenyum " Iya nak, ini papa, katanya sakit ko malah main game terus sih? Ngga takut papa sita tablet kamu " katanya bernada dramatis sekaligus mengancam lalu berjalan ke arah Andra dan membawa Andra ke dalam pelukannya.

" Ck ck ck ngga usah lebay deh pa " kata Andra sambil memutar bola matanya, jengah akan sikap papanya yang berlabihan.

Dirgan pun melepas pelukannya lalu mebeliti bagian tubuh anaknya, mulai dari kepala, tangan, perut, punggung semuanya dibolak-balik, sedangkan Andra hanya diam tak mau membantah papanya, percuma, jika papanya sudah khawatir seperti ini jika Andra membantah malah akan kena sembur ataupun ceramah berkepanjangan.

 Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang