15 - Ungkapan perasaan

513 27 3
                                    

Ternyata keadaan jalanan di kota metropolitan ini tidak sesuai perkiraan Andra yang mengira jalanan malam ini akan lancar, ternyata tidak. Dalam hatinya ia merasa tidak enak dengan papanya dan juga orang tua Sarah yang pasti sudah menunggu mereka untuk makan malam namun di sisi lain ia juga merasa memperoleh keuntungan dapat lebih lama berduaan dengan Sarah, saat itu juga Andra kembali merasakan perasaan yang sama yang hanya ia miliki ketika bersama Sarah entah apa yang ada di pikiran Andra tepi ia merasa tidak mampu jika harus berjauhan dengan Sarah nanti apalagi ketika ia harus mengikhlaskan Sarah untuk dimiliki orang lain kelak, ketika memikirkan hal tersebut Andra teringat akan perbincangannya dengan Dirgan-papanya.

Saat itu Andra sepulang dari mengantarkan Sarah ke rumahnya. Sesampainya di rumah Andra berniat mengistirahatkan tubuhnya namun ia urungkan ketika mendengar ketukan di pintu kamarnya.

Flasback on

Tok. Tok. Tok

" Andra... " panggilan itu terdengar dari balik pintu kamar Andra, sudah jelas siapa memilik suara itu, Dirgan papanya.

" Masuk aja pa... " sahut Andra yang tengah mengeringkan rambutnya seusai mandi.

" Ndra.. Ada yang mau papa omongin sama kamu nak.. " ujar Dirgan to the point.

" Ya tinggal ngomong aja kali pa.. " jawab Andra sambil berlalu untuk duduk di sofa kamarnya disusul oleh Dirgan yang duduk di sampingnya.

" Apa kamu mencintai Sarah nak..? " tanya Dirgan membuat kedua alis Andra menyatu. 'ngapain papa nanyain begituan, perasaan papa ngga pernah ikut campur urusan percintaan gue deh' ucap dewi batin Andra heran.

" Besok aja ya pa, kita bahas lagi... Lagian ngga penting ini.. " jawab Andra sok acuh.

" Besok pagi papa udah harus pulang ke Inggris jadi kita selesaikan sekarang " kata Dirgan membuat Andra membulatkan matanya, baru saja ia akan menjawab ucapan papanya itu, Dirgan kembali menyambung kalimatnya.

" Dan ini masalah penting Ndra.. Keputusan apa yang kamu ambil saat ini, itu akan menjadi masa depan kamu " lanjutnya.

" Kenapa begitu mendadak pa.. Berapa bulan lagi juga Andra ujian, papa ngga mau dateng ke perpisahan Andra...? " ujar Andra mencoba mengalihkan pembicaraan dan Andra juga bukan orang bodoh yang tidak paham arah pembicaraan papanya itu.

" Jangan mengalihkan pembicaraan Andra.. Kamu tau papa banyak urusan di Inggris dan opa mu juga sudah tua dan tidak mungkin papa menyerahkan semua pekerjaan di sana, sedangkan masalah ujian dan perpisahan, kamu sudah tau kan, papa pasti akan pulang untuk saat itu " jawab Dirgan membuat Andra diam " jadi apa kamu mencintai Sarah? " tanyanya sekali lagi.

Andra menghela nafas lelah, karena pada akhirnya ia harus jujur tentang perasaanya kepada papanya itu " entahlah, tapi Andra rasa Andra memang mencintai Sarah "

" Kita memang tidak jauh berbeda nak " ujar Dirgan sambil menepuk pundak putra semata wayangnya itu.

" Maksudnya? " tanya Andra cengo.

" Dulu papa mencintai mama mu, dan kami berbeda keyakinan sama sepertimu dan Sarah, dari segi perawakan Sarah juga sangat mirip dengan mendiang mama mu nak.. " jawab Dirgan sembari tersenyum, mengingat kembali masa-masa bahagianya dengan Maryam.

" Jadi Andra harus bagaimana pa? Andra bingung.. Apa Andra harus seperti papa? " tanya Andra.

" Terserah kamu Ndra, jika kamu ingin berpindah keyakinan, jangan seperti papa yang hanya karena mencintai mama mu lalu berpindah agama, jika kamu ingin, maka bersungguh- sungguhlah dan kamu harus tetap berpegang teguh pada pendirianmu kelak " nasihat Dirgan.

 Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang