19 - Titik jenuh penantian

440 19 2
                                    

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hingga hari, minggu, bulan, tahun demi tahun telah terlewati. Tak terasa waktu penantian Sarah telah melewati batas yang dijanjikan calon imamnya, Andra. Laki-laki itu telah tujuh tahun meninggalkan Sarah dengan segala rasa harapnya. Laki-laki yang telah melanggar waktu yang dijanjikannya, empat tahun, dia hanya meminta Sarah untuk menantinya dalam waktu empat tahun, namun kenyataanya tidak seperti yang dijanjikan, pada awalnya Sarah mencoba berfikir positif, tapi seorang manusia mempunyai titik jenuhnya akan suatu hal, dan Sarah takut jika ia sampai pada titik jenuh akan penantiannya itu, ditambah hilangnya kabar dari Andra selama empat tahun terakhir, apa Sarah pernah mengeluh, tidak!. Karena ia yakin Andra pasti akan kembali kepadanya. Dalam kurun waktu tujuh tahun itu tidak sedikit lelaki yang mencoba mengkhitbah Sarah, namun Sarah menyampaikan kepada Abi Hajar jika ia akan tetep menanti Andra. Jika dipikir siapa laki-laki yang tidak melirik Sarah, wanita sholehah yang berprofesi menjadi guru di sekolah ternama tempatnya dulu menimba ilmu di jenjang SMA, memang baru beberapa bulan Sarah mengajar disana, namun sudah cukup banyak guru muda yang datang mengkhitbah Sarah, Sarah pun sempat heran, kenapa banyak sekali laki-laki yang mendekatinya, entah modus di sekolah atau mencoba terang-terangan datang ke rumah Sarah hingga pondok pesantren Abi Hajar.

Seperti malam ini, ada seorang laki-laki yang tengah mencoba melamar Sarah, tak segan-segan ia sudah membawa kedua orang tuanya, Sarah pun sudah paham betul siapa orang itu, dia adalah Fatan Azzikri, seorang dokter muda yang tinggal tak jauh dari sekolah tempat Sarah mengajar, sudah sering Sarah menolak pinangan Fatan secara halus namun nyatanya malam ini Fatan malah nekat membawa orang tuanya.

" Begini pak Hajar dan Ibu Fatimah, saya kesini ingin meminta ananda Sarah Assyifa sebagai pendamping hidup anak saya Fatan Azzikri " ucap laki- laki setengah baya yang duduk disamping Fatan.

Abi Sarah pun melirik ke arah Sarah yang sedari tadi hanya menundukan kepalanya, semalam Sarah sudah memberi tahu kepada Abi nya jika ia akan tetap menunggu Andra.

" Saya sangat menghormati niat baik Bapak Fahri dan Ibu Ana, namun sebelum kedatangan nak Fatan dan keluarga, sudah ada lelaki yang mengkhitbah Sarah anak saya, dan itu sudah diterima oleh Sarah dan saya sendiri " jelas Abi Hajar membuat kelurga di depannya membeku, pasalnya anak mereka, Fatan sama sekali tidak pernah mengatakan jika wanita yang ingin ia khitbah sebelumnya telah dikhitbah oleh lelaki lain.

" Permisi, tapi saya tidak pernah sekalipun melihat Sarah dengan lelaki manapun, dan tidak ada cincin di jari Sarah " ucap Fatan menyela, mebuat ibunya-bu Ana menyikut pelan anaknya itu.

" Begini tujuh tahun yang lalu, ada seorang lelaki yang telah mengkhitbah Sarah, dia adalah anak dari sahabat baik saya, sekarang dia tengah menimba ilmu di Kairo, masalah cincin, memang waktu itu tidak memakai cincin untuk menghitbah Sarah namun kalung " ujar Abi Hajar mencoba memberikan pengertian, seringkali hal seperti ini terjadi, dimana orang yang mencoba menghitbah Sarah tidak terima jika Sarah sudah dikhitbah orang lain, jadilah Abi Hajar harus menjelaskan seperti sekarang ini.

" Maafkan atas kelancangan putra kami, untuk jawabanya kami sudah menyimpulkan bahwa niat kami ini ditolak " ucap Pak Fahri sarat akan kekecawaan.

" Saya pun meminta maaf karena tidak bisa menerima niat baik bapak, namun saya harap hal ini tidak mempengaruhi tali silaturahmi yang ada " ucap Abi Sarah meminta maaf.

" Jangan khawatir pak Hajar, kalau begitu saya dan keluarga pamit " ujar pak Fahri sembari beranjak bersama keluarganya, dengan Fatan yang masih menunduk kecewa karena sudah tidak ada harapan lagi untuk meminang Sarah, awalnya ketika Sarah yang menolaknya dan berkata sudah ada yang mengkhitbah Sarah, Fatan berfikir jika itu hanya kebohongan Sarah, namun ternyata itu semua benar adanya.

" Assalamuallaikum " ucap keluarga pak Fahri.

" Waalaikumssalam " ucap keluarga Sarah.

Setelah acara lamaran gagal itu, Sarah pamit berlalu meninggalkan umi dan abi nya ke kamar, Sarah bimbang akan hatinya, disini Sarah merasa tak enak sudah menolak banyak lelaki baik-baik yang melamar Sarah, namun apakah Andra masih mengingatnya?.. Entahlah jika dihitung kini usia Sarah sudah 23 tahun, yang berarti disana Andra sudah berusia 25 tahun, setiap hendak tidur Sarah membayangkan, bagaimana kan Andra sekarang, masih samakah seperti Andra tujuh tahun lalu, disini Sarah sudah menyelesaikan kuliah nya dengan nilai IPK sempurna dan langsung ditawari mengajar di SMA nya dulu, sembari menyelesaikan S-2 nya. Tidak berat bagi Sarah untuk mengajar sekaligus kuliah, karena Sarah yang pandai mengatur waktu dan otaknya yang tidak perlu diragukan lagi. Dan sekarang bagaimana kabar Andra disana? Bekerjakah? Atau masih menimba ilmu dan memperdalam agamanya, entahlah Sarah pun ragu, memang dua tahun pertama kepergian Andra, Andra selalu mengabari Sarah namun memasuki tahun ke tiga, empat, lima, enam hingga tahun ke tujuh ini tak ada kabar sedikitpun dari Andra bahkan papanya, Dirgan pun tak ada kabar.

Tok tok tok.

Terdengar suara ketukan pintu yang membuyarkan lamunan Sarah, tak lama kemudian masuklah wanita paruh baya yang sangat Sarah sayangi lebih dari siapapun.

" Sarah.. " panggil Umi Fatimah setelah duduk di tepi ranjang Sarah, diusapnya kepala sang putri yang masih tertutup hijab itu.

" Iya mi.. " jawab Sarah.

" Sabarlah sebentar lagi Sarah, umi yakin Andra akan pulang kembali kepadamu " ujar umi Fatimah, mencoba menguatkan Sarah, ia tau, meskipun Sarah nampak biasa saja dari luar, namun hatinya sudah akan menemui titik jenuh penantiannya.

" Entahlah Umi, Sarah tak yakin akan perasaan dan apa yang Sarah pikirkan tentang ka Andra " ucap Sarah, tanpa sadar air matanya pun sudah mengalir, siapa yang mau diposisi Sarah? Seorang wanita yang bertahun-tahun ditinggal sang kekasih hati, tanpa kabar, tanpa kepastian akan kepulangan, akan janji-janji yang dulu terucap, terdengar begitu manis.

" Sudahlah nak, lebih baik kamu istirahat, ingat besok masih ada pekerjaan yang harus kamu selesaikan, kuatlah Sarah " ucap Umi Fatimah sembari menghapus air mata Sarah.

" Terima kasih Umi " kata Sarah yang dijawab anggukan dan senyum Uminya.

Sepeninggal Umi Fatimah, Sarah berbenah untuk berlabuh kepulau mimpi, berharap disana Andra akan sudi menemuinya, setidaknya itu akan menjadi obat rindu barang sejenak.

" Pulanglah calon imamku, jangan biarkan aku tertelan titik jenuh penantian akan dirimu "
- Sarah Assyifa

Dudududuuu~~
Author come back😍
Maaf ya kalo selama ini author bikin cerita yang banyak typonya.
Tapi tetep jangan lupa vote sama commentnya, lumayan.. Bisa bikin author semangat nulis💪🤓👍

NB : sekedar info aja kalo cerita author yg judulnya 'Cahaya Senja' bakalan author rombak, tapi tetep sama ko jalan ceritanya, Insha Allah akan author update sekalian beberapa chapter.

Jangan lupa baca kelanjutan Hijrah Cinta ya, buat ending sama epilognya author private, jadi follow author dulu kalo mau baca. Di chapter2 sebelumnya juga udah ada dua chap yg author private acak, nanti juga ada yang bakalan author private lagi. Maaf ya.. Author ngga mau cerita hasil pikiran author sendiri, kena plagiat dan sebagainya, makannga author private.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya🖐

 Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang