Semakin Dalam

166 7 0
                                    

Apakah kamu menyukai biru tuanya langit berhiaskan bulan juga ribuan bintang di malam hari? Atau sinar mentari yang terik di atas kepala lebih membuatmu tertarik? Apapun yang kamu pilih di antara keduanya, pasti itu berdasar dengan alasan.

Seperti aku, yang menyukai fajar di ufuk timur ketika pagi hari dan senja di kala petang yang akan kembali ke peraduan. Aku menyukai kedua momen ini, tapi di antara keduanya, aku jauh lebih menyukai senja. Entah kenapa, setiap kali melihatnya, membuatku teringat akanmu.

Seperti senja, kamu hanya bisa kupandangi saja. Hanya bisa kutulis dengan rangkain kata bermakna, tanpa bisa kugapai pada nyatanya.

Jika pada senja yang kusukai warna jingganya, padamu, aku menyukai segalanya. Sifat-sikapmu, cara berpikirmu, cara berbicaramu, suaramu, tawamu, senyummu, lesung pipi yang terlihat ketika lengkungan manis itu tercipta, segalamu.

Dan kamu, mendominasi pikiran di setiap waktu, setiap detiknya. Aku sampai kehabisan cara untuk menyisihkan tentangmu barang sebentar dari pikiranku. Tapi tidak bisa, kamu begitu melekat, di pikiran pun di hati.

Dan aku, sudah cukup senang hanya dengan melihat keberadaanmu, sangat nyaman menikmati senyum itu. Kamu sudah menjadi candu, yang membuatku selalu dilanda rindu ingin bertemu, meski itu tanpa sapa sekalipun.

Tapi tidak dengan memandangimu, aku tidak nyaman. Bukan karena tidak ingin, tapi degupan itu semakin cepat jika aku terus memandangimu. Aku tidak bisa memandangmu lama-lama, tidak juga saat kamu sedang berbicara dan menjadi fokus semua orang. Tidak, aku tidak bisa memandangmu dalam waktu yang lama.

Tuan, jatuhku semakin dalam,
dan aku tidak menyesal mencintaimu dalam diam.

Semesta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang