Hingga Larut

207 11 0
                                    

Tak beda dari malam sebelumnya,
malam itupun bulan tak datang menyapa.
Membiarkan langit gelap begitu saja,
tanpa bintang, bulan, juga cahaya mereka.

Tak sama dari malam sebelumnya,
malam itu aku dan temanku asik bercerita.
Menceritakan siapa yang kita suka,
apa saja, kita membahasnya.

Malam itu, dua sosok menjadi topik utama.
Semua mengalir begitu saja dalam obrolan kita.
Aku dengan ceritaku tentang 'dia',
dan temanku bercerita mengenai Tuan pemilik kagumnya.

Tentang 'mereka berdua', itulah yang menjadi bahasannya.
Berawal dari kisah masa lalu mereka,
lalu apa yang mereka suka,
bahkan tak jarang menimbulkan gelak tawa.

Lalu temanku berkata tiba-tiba,
"dua puluh tiga lebih empat puluh tiga."
Refleks aku melihat ponselku yang memang sedang menyala.
Benar saja, sudah larut dan kita masih bisa tertawa.

Ini gila, benar gila!
Mereka menjadi topik utama kita, yang benar saja!
Apa untungnya? :)
Bahkan sekedar nama kita saja mungkin mereka lupa.

Ini gila, sungguh!
Aku lalu bergumam mengaduh.
Tuanku dan tuan pemilik kagum temanku,
maaf kita telah membicarakan kalian di malam yang teduh.

Berlanjut, ada hal yang kita sadari malam itu.
Tuan, aku benar jatuh yang sejatuh-jatuhnya.
Dan Tuan pemilik kagum temanku,
maaf temanku kini tak lagi kagum, tapi suka.

Semesta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang