꒰ ☁️ ꒱
✧ ཻུ۪۪⸙͎⋆*
pagi ini, langit tak secerah senyumnya radith —temen sekelasnya altha— soalnya udah hampir jam 7, tapi masih gelap aja.
tak lupa pula mulut arsen tak henti-hentinya komat-kamit.
bukan, bukan sedang belajar rap ataupun mantra-mantra.
tapi mengomel karena sang adik yang kelamaan.
"ke sekolah doang padahal. percuma juga sih dandan, dia kan jomblo"
kurang ajar emang mulutnya. minta ditabok.
arsen terus saja mengomel tidak jelas. sampai akhirnya bunda nyamperin,
"lagi ngapain sih kamu ? daritadi bunda liat komat-kamit mulu," tegur bunda.
"biasa bun, si nyai lama bener. mana mendung lagi bun," lapor arsen.
"tumben, biasanya ata jam segini udah turun kok. coba cek sana," suruh bunda
arsen menghela napas.
ya gimana ya ? ini sepatu udah pewe di kaki. masa iya di buka lagi ?
tapi karena bunda yang nyuruh, it's ok, bun. I'm fine.
tanpa mengetuk, arsen lansung memutar kenop pintu dan mendorongnya dengan cara yang tidak selaw.
"YA ALLAH DEK. GUE LUMUTAN NUNGGUIN LO DAN LO MASIH MOLOR ?!" heboh arsen saat melihat altha masih tergulung selimut.
altha membuka matanya pelan karena arsen teriaknya gak pelan-pelan. namun, ditutup lagi.
"Dek lo tuh ya bener-bener—" arsen melangkah masuk dan membangunkan altha.
tidak seperti biasanya yang jika dibangunkan oleh arsen maka altha akan ngamuk dulu, kali ini hanya bisa pasrah dan terduduk lemas.
"Lah dek"
arsen yang cemas dengan perubahan altha segera mengecek suhu tubuhnya. lumayan hangat.
"lo sakit kok gak ngomong sih ?" nada bicara arsen melembut.
altha menggeleng, "gak kok bang. lemes doang."
"bentar ya, gue panggilin bunda"
altha kembali terbaring lemas. altha menyalahkan dirinya karena kemarin ngotot pulang naik gojek daripada nungguin arsen yang kelamaan rakernya. karena pada dasarnya emang lagi musim hujan, keguyurlah altha bersama dengan om gojek.
so sweat banget gak sih ? ehe.
arsen kembali dengan obat dan teh hangat. disusul bunda dengan plaster demamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SG ⸙ 𝙛𝙞𝙣
Short Story[ ! BEING REVISED ] ketika lo pengen punya abang yang kalo ngupil aja aesthetic, tapi realita tak selalu seperti ekspektasi. Story lokal, cast international.