3

3.3K 201 0
                                    

Senyum tersungging di wajah Mikayla. Arman, si cowok necis itu membuatnya terkejut dengan sisi lainnya.

Mikayla kembali berdiri dan menatap remeh pada Arman.

"Boleh juga ancaman lo! Kagak nyangka gue kalo lo bisa pake bahasa gaul juga. Not bad! ".

Arman kini memilih diam dan menatap Aditya. Aditya yang membalas tatapan Arman hanya menggelengkan kepalanya.

"Nggak usah berantem lagi! Mendingan makan makanan kamu! Nanti keburu dingin.", ujar Aditya dengan tujuan agar menghindari ketegangan yang sempat tercipta.

Arman mengangguk dan duduk disamping Aditya. Mereka berusaha bersikap tenang dan mengacuhkan keberadaan Mikayla dan ketiga temannya.

Mikayla akhirnya digerogoti rasa kesal. Bersama ketiga temannya, ia keluar dari kelas.

Arman menutup mulutnya karena menahan tawa. Aditya hanya tersenyum kecil.

***

Aditya kini berada di rumahnya, lebih tepatnya berada di kamarnya. Ia nampak sibuk melihati kakinya yang kini lumpuh.

Seutas senyum getir menghiasi wajah tampan Aditya. Ia merasa sedih karena kekasihnya meninggalkannya karena keadaannya sekarang. Bukannya ia menyesal. Aditya sadar betul bahwa inilah kehidupan yang harus ia jalani. Tuhan memberi pelajaran hidup yang tak ternilai harganya bagi Aditya.

Aditya yakin, inilah salah satu cara Tuhan menyadarkannya bahwa orang yang dulunya ia pertahankan, belum tentu baik untuk terus ia perjuangkan. Suatu saat akan ada orang yang mencintainya dengan setulus hati, tidak peduli dengan kondisi fisiknya sekarang.

"Adit, ada teman kamu, nih!"

Panggilan mamanya membuat Aditya kembali tersadar. Pelan tapi pasti, Aditya menggerakkan kursi rodanya agar segera menuntunnya menuju ke tamu yang saat ini telah menunggunya.

Aditya kini tiba di ruang tamu. Matanya menangkap sosok Arman yang asyik mengobrol dengan mamanya.

"Arman!", panggil Aditya.

"Hai!", ujar Arman melambaikan tangan pada Aditya.

Aditya menggerakkan kursi rodanya agar bisa berbicara pada Arman.

"Maaf yah saya datang ke rumah kamu tanpa bilang dulu ke kamu!", ujar Arman membuka obrolan.

"Nggak papa. Ini kan rumah teman kamu, jadi kamu bisa kapan saja datang kesini. Anggap saja rumah sendiri."

Marissa, sangat bahagia dengan kedatangan Arman. Ia juga bahagia karena kini Aditya tidak lagi sendiri, ada Arman yang telah menjadi temannya.

"Adit, lanjutkan obrolannya sama nak Arman. Mama ke dapur sebentar.", pamit Marissa. Aditya dan Arman mengangguk dengan seutas senyum tipis.

Arman dan Aditya berbincang dalam suasana yang cukup hangat. Hingga waktu berjalan begitu cepat sampai mereka lupa bahwa hari semakin senja.

***

Mikayla merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang besar dengan kasur empuk. Mata Mikayla memandang kamarnya yang didominasi dengan warna putih dan abu-abu itu.

Tatapan matanya begitu kosong. Seklumit masalah silih berganti mendatangi kehidupannya. Ia tak mengerti apa maksud Tuhan memberinya begitu banyak ujian. Bahkan, ia merasa tak memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupannya seperti apa yang selama ini ia idam-idamkan.

Mikayla dan AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang