85

1.3K 77 12
                                    

Tak terasa hari Sabtu sudah tiba. Dihari ini pula semuanya akan segera diluruskan, akan segera diselesaikan.

Dengan sabar Mikayla menunggu kedatangan Aditya. Ada rasa takut yang menghampiri gadis itu.

Langit sudah gelap, apalagi ia menunggu seorang diri. Walau ada lampu jalan yang menerangi jalan, tapi itu tak mengurangi rasa takutnya sama sekali.

Hingga sebuah mobil terparkir tak jauh dari lokasi halte. Pintu mobil itu terbuka dan menampilkan sosok Aditya yang tengah berjalan ke arah Mikayla.

Tanpa mengucapkan kalimat apapun, Aditya duduk disebelah Mikayla.

Keduanya memilih diam. Mereka ingin sekali membuka obrolan lebih dulu. Tapi suasana canggung seperti ini sungguh tak bisa dihindari.

"Ka, kamu mau bicarain masalah kita, kan? Aku siap dengerin!" Mikayla berusaha membuang perasaan canggungnya. Berdua bersama Aditya rasanya ia ingin menangis.

Aditya mendongakkan kepalanya menatap langit malam. Masih diam tak bersuara.

"Dit?"

"Apa kamu mau datang ke acara pertunangan aku dan Tisha?"

Mikayla menoleh cepat pada Aditya. Tak percaya jika Aditya mengajaknya kesini, hanya untuk menunjukkan jika ia sudah sangat yakin bahwa perasaannya dengan begitu mudah ia lepaskan.

"Pertunangan kami akan dilaksanakan 3 hari lagi." Lagi-lagi Aditya mengeluarkan kalimat yang menyakitkan seperti itu. Tujuannya apa?

"Jadi, ini yang mau kamu bicarakan? Menunjukan bahwa kamu sudah siap melepas segalanya?"

Tanpa melihat Mikayla, Aditya mengangguk mantap. "Pilihannya cuma ada dua. Kalau kamu masih memiliki perasaan yang sama besarnya dengan perasaan aku, datang dan batalkan acaranya. Jika kamu memutuskan untuk tidak datang, berarti tak ada lagi yang harus kita perjuangkan."

Mikayla tertawa sumbang. "Kamu mau aku membatalkan pertunangan kalian? Jangan pikir aku akan melakukannya, Dit! Gimanapun besarnya rasa cinta aku, aku nggak akan pernah mau merusak kebahagiaan orang lain, sekalipun itu Tisha."

"Ini sifat kamu yang membuat aku susah lupain kamu. Kamu begitu tulus menyayangi orang lain."

Keduanya kembali terdiam, berkutat dengan pikiran mereka sendiri.

"Boleh aku peluk kamu, untuk kali ini aja?"

Kembali Aditya lontarkan kalimat mengejutkan. Belum sempat Mikayla menjawab Aditya sudah memeluknya erat.

"Dit....."

"Biarkan aku meluk kamu, sebentar....aja."

Mikayla pasrah. Tangannya bergerak mengelus punggung Aditya. Aditya meletakkan kepalanya dipundak Mikayla.

"Mika!", panggil Aditya yang enggan melepaskan pelukannya.

"Kenapa, Dit?", balas Mikayla pelan.

"Maaf soal kejadian di taman belakang sekolah waktu itu. Aku bertindak karena terlalu emosi."

Mikayla tersenyum tipis. "Tidak masalah."

"Jadi, kamu akan datang, ke acara pertunangan kami?", tanya Aditya hati-hati.

Mikayla dan AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang