39

1.5K 100 2
                                    


"Nikmati saja hari-hari kamu yang membahagiakan! Sebelum saya merampas kebahagiaan kamu!"

Mikayla hanya bisa menghela napas dengan ulah si peneror ini. Yang entah apa maunya, kelakuannya tiap hari makin menjadi. Memunculkan batang hidungnya saja ia tak mau. Lantas, bagaimana Mikayla tahu dimana letak kesalahannya, sehingga orang ini punya dendam yang besar padanya?

Mikayla sempat berpikir, jika ia menanggapi orang ini dengan amarah, pastinya orang ini akan senang, sebab ia tahu bahwa Mikayla merasa terusik.

"Baik, saya ikuti permainan kamu! Kamu mau bikin saya kesal, kenapa saya juga nggak mencoba membuat kamu kesal?!"

Dengan seringaian tipis diwajahnya, Mikayla perlahan merobek kertas berisi ancaman itu, dan lalu membuangnya ke tempat sampah. Usai melakukan semua itu, Mikayla menepuk-nepuk tangannya.

Ditempat lain, seseorang yang memakai pakaian serba hitam menatap kesal pada seorang gadis, yang tak lain dan tak bukan adalah Mikayla. Rahangnya mengeras, giginya menggeretak menahan kesal. "Kamu berani mengabaikan ancaman saya?! Tunggu saja, kejutan itu sebentar lagi akan tiba, rasa sakit yang seharusnya kamu dapatkan bertahun-tahun lalu akan kamu dapatkan, segera!"

***


Sudah menjadi kebiasaan bagi Amel dan Mikayla makan bersama selama jam istirahat. Selama mereka berdua berteman, salah satu aktivitas favorit mereka, dan taman belakang sekolah menjadi tempat kesukaan mereka.

"Kak!", ujar Amel tiba-tiba.

"Hm...", sahut Mikayla karena masih mengunyah makanan didalam mulutnya.

"Kakak tau, nggak?", tanya Amel kembali.

"Nggak!"

Bibir Amel mengerucut. "Ihh, kak Mika! Amel belum selesai ngomong, tau!"

Mikayla menghembuskan napas pelan. "Makanya jangan ngomong setengah-setengah! 'Kan nggak semua orang bisa ngerti kalo loe ngomong setengah-setengah kayak gitu!"

Amel malah nyengir. "Hehehe, maaf yah kak! Amel lanjut, yah! Kakak tau, kalo ada murid baru yang bakalan masuk ke sekolah ini?", ujar Amel heboh.

Wajah Mikayla nampak biasa saja. "Oh, baguslah kalo gitu! Tandanya sekolah ini memang sekolah dengan predikat yang baik, jadi murid baru nggak segan mendaftar kesini!"

"Iya, bener banget, kak! Katanya, murid baru itu cantik banget loh, kak! Katanya anak kelas X juga, sama kayak Amel!"

Mikayla hanya mengangguk mendengar ucapan Amel. Lebih baik ia menjadi pendengar saja, sebab jika ia ingin membicarakan apapun, Mikayla juga bingung sendiri. Pasalnya selama ini tak ada kejadian menarik yang ia alami, apalagi jika berada di sekolah.

"Kak, gimana sama kak Adit?"

Tiba-tiba Amel ingin saja menanyakan hal itu pada Mikayla. Bagi Mikayla pertanyaan itu mungkin terdengar biasa saja, tapi bagi Amel jaub disudut hati Mikayla yang paling dalam ada perasaan menimbang-nimbang tentang keputusan untuk meninggalkan rumah Aditya.

Mikayla mengendikkan bahu. "Menurut gue, mungkin Adit berusaha menerima keputusan gue. Oh iya! Gue sampai lupa, Adit 'kan sebentar lagi bakalan bisa jalan dengan normal."

Mulut Amel sedikit menganga, menatap Mikayla tak percaya. Ia senang bukan main mendengar berita baik ini. "Wah! Seriusan?! Bentar lagi kak Adit udah bisa jalan! Kak, kalo boleh jujur, setelah kak Adit udah bisa jalan dengan normal, Amel yakin, dia pasti bakalan jadi mostwanted di sekolah. Kak Adit itu ganteng banget sih kalo menurut Amel! Mukanya yang blasteran itu, wuih! Bikin iman goyah!"

Mikayla dan AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang