51

1.3K 102 1
                                    

Setibanya di sekolah, Mikayla tak langsung berjalan ke arah kelasnya. Ia memilih menuju kantin terlebih dulu, agar bisa menitipkan barang dagangannya, yakni nasi uduk.

Mikayla hanya bisa tersenyum sekarang. Ia sungguh tak pernah menyangka, hidup begitu mudah berubah.

Dulu, ia adalah gadis yang memiliki hidup yang berkecukupan, ke sekolah naik mobil, dan uang jajan yang banyak, bisa membeli makanan dan minuman yang ia mau.

Hingga nasib membawanya bertemu dengan Aditya, dan menjadi pembantu di rumah cowok itu. Dan sekarang, ia tinggal di kontrakan yang baru, dan berjualan nasi uduk untuk menyambung hidup.

Hidup terkadang begitu sangat lucu, dan tak bisa diterka dalam waktu yang bersamaan. Memang benar jika hidup diibaratkan dengan roda, yang akan terus berputar. Entah menaruh kita diposisi teratas, ataupun menerjunkan kita diposisi terbawah.

Keadaan kantin saat ini belum cukup ramai. Terbukti terdapat beberapa siswa yang nampak menyantap sepiring nasi goreng ataupun memakan roti di kursi yang tersedia.

Mikayla menghampiri meja ibu kantin. "Bu!", ujarnya.

"Iya, nak? Mau beli apa?", tanya ibu kantin ramah.

"Bu, apa boleh saya menitip jualan nasi uduk saya disini?"

"Boleh, nak! Jumlah nasi uduknya ada berapa, harga sebungkusnya berapa?"

"Ada 20 bungkus, bu! Satu bungkus harganya Rp 5000."

Ibu kantin mengangguk, lalu membantu Mikayla menata nasi uduk ditempat jualan. "Terima kasih, bu!", ucap Mikayla pada ibu kantin.

"Sama-sama."

"Bu, kalo gitu saya ke kelas dulu."

Mikayla melangkah keluar kantin, dan segera menuju ke kelasnya.

***

Aditya tak hentinya menatap kearah pintu, hingga Arman yang duduk disebelahnya sampai dibuat bingung. "Liatin apa sih, Dit? Serius amat kayaknya!"

"Eh, nggak kok, Man!", dusta Aditya.

Arman hanya mengedikkan bahu sekilas, kemudian melanjutkan kembali aktivitas membaca komik yang sempat tertunda.

Mata Aditya berbinar, saat orang yang sejak tadi ditunggunya telah datang. Mikayla.

Mikayla langsung duduk ditempatnya. Ia tak sadar Aditya melangkah menuju tempat duduknya. Aditya mengambil posisi duduk disebelahnya.

"Mika!"

Kaget, satu kata yang melambangkan keadaan Mikayla saat ini. Ia tak sadar Aditya sudah duduk disebelahnya.

"Loe! Bikin kaget gue aja!", ujar Mikayla dengan mata melotot, lalu tak lama terkekeh sebab perbuatan Aditya itu.

"Maaf.", jawab Aditya singkat, dengan senyumnya yang menawan. Jantung Mikayla sudah menggila lagi. Sebuah senyum saja sudah bisa memporak-porandakan perasaannya dalam sekejap. Haruskah ini disebut sebagai 'The Power of Aditya's Smile?', ataukah 'The Miracle of Aditya's Smile?'

Memikirkannya saja Mikayla sudah ingin tertawa sendiri. Namun, mengingat teman sekelasnya ada disini, Mikayla mati-matian menahan tawa gelinya.

"Ada apa? Ada yang perlu gue bantu?", tanya Mikayla tepat pada intinya.

Aditya langsung mengangguk. "Iya, aku mau minta bantuan. Aku mau minta alamat kontrakan kamu.", jelas Aditya.

Mikayla dan AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang