2- PRECIOUS

2K 238 34
                                    

Setelah sampai di depan rumahnya, Alissa segera membuka pintu mobil. Namun niatnya itu terhenti karena Harry memanggilnya. "Alissa."

Kontan gadis berambut cokelat gelap ini langsung menoleh. "Ini, kau bisa meneleponku bila ada sesuatu yang terjadi." Ucap Harry memberikan secarik kertas yang berisikan nama dan nomor teleponnya. 

Alissa menerima kertas itu. Lalu tersenyum tipis. "Terima kasih untuk tumpangannya."

"Tidak, mulai sekarang aku yang akan mengantar jemputmu pergi sekolah. Kalau begitu aku pamit dulu, selamat malam."

~~~

Pria berbola mata hijau ini meletakkan tubuhnya di atas ranjang, begitu sangat nyaman dan tenang. Matanya terasa sangat berat sekali untuk dibuka. Sampai tanpa sadar matanya menutup dengan rapat begitu saja.

Harry adalah pria dengan pekerjaan yang sangat mapan, bahkan mungkin semua yang ia inginkan bisa didapatkannya dengan begitu mudah. Namun di dalam lubuk hatinya terdalam, ia adalah orang yang merasa kesepian, kosong, dan hampa.

Ia tidak memiliki seseorang yang berharga di dunia ini. Kedua orang tuanya bercerai dan meninggalkannya begitu saja di panti asuhan. Tidak pernah merasakan sedikit pun kasih sayang sejak kecil.

Mungkin gadis-gadis di luar sana mengira dia adalah pria yang sangat sempurna. Padahal kenyataanya tidak, dia tidak tumbuh sesempurna manusia pada umumnya. Yang ia tahu hanya terus tersenyum dan membantu siapa pun yang ada di sekitarnya.

Tepat jam 4 pagi, tiba-tiba ponsel Harry berdering. Menunjukkan nomor tak dikenal di layar benda pipih itu.

"Halo." Jawab Harry sembari mengucek matanya dan menoleh sekilas ke arah jam yang menempel di dinding.

"Kak! Tolong! Aku sangat takut!"

Sontak mata Harry yang awalnya sayup-sayup langsung terbuka lebar. "Alissa? Ini kau? Ada apa?! Apa yang terjadi padamu?!!"

"Tolong cepatlah kemari! Ada seseorang yang tak kukenal melempari kaca kamarku dengan batu." Bisik Alissa dengan nada sangat panik.

Hal itu kontan membuat Harry langsung meraih jaket dan kunci mobilnya. "Tenang, kau tak perlu takut aku akan segera kesana. Sekarang cobalah untuk berani, laporkan hal ini pada penjagamu."

"Tidak! Aku tidak bisa keluar! Penjagaku ada di luar, aku tidak memiliki nomor mereka. Semua orang-orang yang bekerja di rumahku sedang tidak masuk- kumohon cepatlah aku sangat takut."

"Dia semakin brutal melempari kaca kamarku. Aku takut! Aku sangat takut! Kumohon tolong aku."

Harry terus menancap penuh gasnya, ia tak peduli dengan keselamatannya sekarang. Matanya saling berkutat dengan suasana jalan yang gelap dan sepi. "Jangan matikan telepon ini, tetaplah bersamaku." Ucap Harry pada gadis di ujung sana yang sudah menitikan air mata.

Begitu sampai di depan rumah Alissa. Harry langsung berlari menuju pos penjaga yang letaknya tepat di depan gerbang rumah. "Alissa dalam bahaya! Kalian ini bagaimana?!!"

Penuh emosi, Harry langsung berlari menuju samping rumah, dimana letak kamar Alissa berada. "HEY!" Teriak Harry pada seorang pria misterius menggunakan topi dan masker hitam menutupi wajahnya. Ia langsung melarikan diri begitu cepat.

Tak kalah gesit dua penjaga yang mengikuti Harry dari belakang tadi langsung mengejar pelaku tersebut. Keduanya sampai berlari pergi entah kemana mengejar orang tersebut.

"Alissa! Ini aku! Apa kau disana?" Teriak Harry dari luar kamar Alissa. Tak mendengar balasan apapun, Harry pun memutuskan menerobos masuk lewat jendela kamar Alissa.

Alasan ini ia lakukan karena semua pintu rumah terkunci dan hanya jendela kamar Alissa jalan tercepat.

Begitu masuk di kamar Alissa, Harry tidak menemukan apapun di dalam. Batang hidung Alissa tak terlihat sama sekali di sini.

"Alissa! Dimana kau?! Keluarlah ini aku."

Pecahan kaca bertebaran di lantai kamar ini. Hal itu membuat Harry harus berhati-hati menepakkan kakinya satu persatu. Bahkan belum ada balasan apapun dari Alissa.

"Tak usah takut, aku tau kau di dalam sini."

Harry melangkah mendekat lemari, mendengar suara isak tangis dari dalam sana. Harry langsung membuka pintu lemari itu. Menemukan Alissa yang tertutupi oleh pakaian-pakaian yang menggantung di atasnya, gadis itu meringkuk ketakutan memeluk lututnya sendiri.

"Alissa?"

Tepat saat Harry di depannya, Alissa buru-buru menarik Harry. Membuat pelukan terjadi di antara mereka. Gadis itu diam, tubuhnya bergetar ketakutan. Kedua tangannya melingkar sempurna di tubuh Harry yang lebih besar darinya. Menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang kokoh milik Harry. "Kenapa lama sekali? Aku menunggumu." Suara parau dari gadis itu terdengar tidak begitu jelas.

Awalnya Harry tidak membalas. Semakin erat pelukan itu, membuat tangan Harry perlahan melingkar di tubuh Alissa. Untuk pertama kalinya Harry mendekap erat tubuh Alissa. Dagu Harry berada di atas kepala Alissa. Perlahan tangan kirinya juga ikut bergerak ke puncak kepala gadis itu. Mengusap lembut rambutnya penuh sayang. "Jangan menangis, aku sudah berada di sini."

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PRECIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang