20- PRECIOUS

1.2K 167 14
                                    

dabel apdet ya, soalnya aku mau namatin ff ini hehe. jangan lupa buat tinggalkan vomment

*****

"Sepertinya ini akan memakan waktu cukup lama, tapi tak usah khawatir aku sudah menghubungi anak buahku untuk menjemput kita." ujar Harry yang kini duduk tepat di depan Alissa.

Harry duduk menyilangkan kedua kakinya, sementara Alissa saat ini meluruskan kedua kakinya dengan posisi sedikit menyerong ke kanan agar tidak mengenai Harry.

"Terima kasih, aku berhutang budi banyak padamu." ujar Alissa menyenderkan kepalanya ke dinding, tersenyum kecil ke arah Harry.

Harry menghela napas sembari membalas menyunggingkan senyum. "Kau salah, justru aku yang berhutang budi banyak padamu, ayahmu dulu sangat baik padaku."

Harry mendekatkan posisi duduknya pada Alissa, merubah posisinya menjadi duduk di sebelah Alissa dan ikut menyandarkan punggungnya ke tembok. "Ingin mendengar ceritaku?" tawar Harry menyunggingkan senyum manisnya pada gadis di sampingnya.

Sedikit ragu Alissa menganggukan kepalanya pelan.

Ada jeda beberapa detik untuk Harry sebelum memulai ceritanya.

"Sebenarnya dulu aku sudah lama bertemu denganmu, kau masih sangat kecil saat itu. Usiaku juga saat itu masih 15 tahun, kau berlari dan bersembunyi di balik tubuhku sambil menggenggam erat tanganku, kalau tidak salah kau takut ayahmu marah karena telah mencoret-coret kertas penting miliknya."

Harry menyunggingkan senyum kecil mengingatnya, "Tak terasa kau sudah tumbuh besar sekarang." Alissa yang mendengarnya ikut tersenyum, walaupun ia tak ingat sama sekali oleh kejadian itu. Tapi ia bisa rasakan betapa ramainya suasana rumah pada saat itu.

Alissa memalingkan wajahnya pada Harry. "Berarti Kak Harry pernah tinggal dengan keluargaku?"

"Pernah, hanya untuk beberapa minggu saja. Kemudian ayahmu memasukkanku ke sekolah asrama." Jawab Harry.

"Sepertinya cerita hidupmu sangat menarik untuk diketahui." Balas Alissa mengangkat kepalanya dari sandaran. Beralih merubah posisinya menjadi duduk tegak.

"Tak ada yang menarik dari kisah hidupku, justru menurutku itu sangat menyedihkan."

"Tidak, menurutku kau adalah orang yang hebat, bisa bertahan hingga sekarang tanpa orang-orang tersayang di sampingmu. Seharusnya aku belajar darimu, tidak sepertiku yang terus mengeluh dan merasa paling menyedihkan."

Harry kembali menyunggingkan senyum, merubah posisinya menjadi duduk tegak menghadap pada Alissa. Menarik kakinya dan melipatnya, kembali persis seperti posisi awal. "Kau juga hebat Alissa," balas Harry mengacak puncak kepala Alissa gemas dibarengi oleh kekehan.

"Kau tahu apa kehebatanmu?" Tanya Harry masih menyunggingkan senyum khas miliknya yang sangat manis.

Alissa menggendikkan bahunya sembari menatap serius wajah pria di depannya yang berhasil membuatnya berpikir keras.

"Kau berhasil membuat satu orang pria terus tersenyum hanya karena saat melihatmu," jawab Harry.

Alissa mengerutkan dahinya, "Siapa pria itu?"

"Kau tak perlu tau, jika aku memberi tau padamu bisa-bisa dia akan memotong semua rambutku, dan setelah itu kau tau apa selanjutnya? Ketampananku bisa hilang jika aku botak." Kata Harry merubah nadanya menjadi sok imut di akhir kalimat, menempelkan kedua tangannya di pipi sembari memanyunkan bibirnya.

Berusaha menirukan gaya imut untuk membuat Alissa tertawa.

Usahanya itu ternyata tak sia-sia, Alissa melihat pemandangan konyol itu kontan terkekeh, jarang-jarang ia bisa melihat Harry yang biasanya selalu bersikap kaku padanya kini bisa bersikap konyol seperti itu.

Sudut bibir gadis itu tertarik lebar, tertawa lepas menyaksikan tingkah konyol Harry yang berhasil menggelikan perutnya.

"Aku suka."

Tanpa sadar kalimat singkat yang bermakna ambigu itu keluar dari mulut Alissa. Membuat Harry kontan berhenti tertawa dan mengernyitkan dahi heran.

"Suka?" Tanya Harry membuat tawa Alissa langsung perlahan mereda, "Aku suka kau bersikap konyol seperti ini, dibandingkan sikap Kak Harry yang biasa." Jawab Alissa terselip senyuman kecil.

Sebuah senyuman lebar terbit di bibir Harry. Senang mendengar Alissa mengatakan itu padanya.

"Baiklah, mulai sekarang aku akan terus bersikap konyol." Ujar Harry menampilkan senyum manisnya, terselip rasa bahagia dibalik senyuman itu.

Selanjutnya tanpa aba-aba Harry mencondongkan tubuhnya ke depan, sangat dekat hingga membuat Alissa tersentak kaget. Alissa kontan mematung tak bisa bergerak sama sekali dengan posisi seperti itu. "Aku ingin bertanya padamu."

"Menanyakkan apa?" Balas Alissa mendongakkan kepalanya menatap Harry, posisinya sudah stuck tidak dapat mundur lagi, punggungnya sudah bersentuhan dengan tembok.

Degupan jantung Alissa sangat kencang hingga membuatnya sangat sulit untuk bernapas.

Demi apapun sebelumnya ia tak pernah sama sekali merasakan perasaan ini, rasa gugup serta berdebar itu bercampur aduk menjadi satu. Tak jarang hal ini sering terjadi disaat Harry menatap dalam matanya. Rasanya ia ingin mati di tempat saat itu juga.

Mungkin ini terdengar gila, tapi jika Alissa boleh jujur, ia tak dapat menolak pesona kuat yang Harry berikan padanya.

"Bagaimana perasaanmu? Apa kau masih takut?" Suara Harry berhasil memecahkan lamunan Alissa tentang dirinya.

"Aku sangat khawatir padamu tadi, aku khawatir Bryan melukaimu,"

Sorot matanya tampak jelas jika masih ada terselip rasa takut soal kejadian barusan yang menimpa Alissa.

Jika tadi ia terlambat sedikit saja menyelamatkan Alissa, mungkin ia tak akan bisa melihat senyuman gadis itu lagi seperti sekarang.

"Aku..." sedikit jeda untuk gadis itu, "Aku masih sedikit takut."

Harry menarik tangan kanan gadis itu, meletakkaannya tepat di atas telapak tangan miliknya yang jelas lebih besar dari ukuran tangan gadis itu.

Dapat Alissa rasakan sentakan sensasi hangat menjalar di seluruh tubuhnya. Tak habis pikir, hal kecil seperti ini berhasil membuatnya sedikit lebih merasa tenang.

Harry mengeratkan genggamannya, "Jangan khawatir, mulai sekarang kau adalah prioritasku. Aku akan melindungimu."

Tak hanya diam saja, tangan Harry yang satu lagi ikut ia letakkan di atas tumpukkan, tepat di atas punggung tangan Alissa. Digenggam erat seolah gadis itu bisa hilang kembali jika ia melepaskan genggamannya sedikit saja.

*****
yey uda part 20🙌🏻

PRECIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang