8- PRECIOUS

1.4K 190 26
                                    

Alissa tentu tak terima mendengar pernyataan Harry soal Bryan. "Dia tidak berbahaya." Sedikit jeda karena Harry menghentikkan langkahnnya di ujung sana. "Bryan itu temanku sejak kecil. Aku sudah mengenalnya sejak lama."

Harry memutar tubuhnya setengah berbalik, menatap gadis berambut cokelat yang kini masih menggunakan seragam sekolah itu. "Begitu menurutmu? Kau hanya tak mengenal sisi dirinya yang lain, Alissa."

Hanya mengatakan itu, Harry kembali berbalik, melanjutkan langkahnya menuju ke kamar.

Alissa yang tidak mengerti maksud ucapan Harry hanya memilih diam di tempat. Semakin mengerutkan dahinya menatap punggung Harry yang sudah menjauh.

"Astaga, menyebalkan sekali dia." Gerutu Alissa penuh kesal. Seolah ucapan Harry barusan mengartikan jika dia lebih dulu mengenal sosok Bryan sejak lama.

~~~

Di tengah kesibukan Harry yang fokus dengan laptop di hadapannya. Ada gadis cantik yang diam-diam tengah memperhatikannya dari luar pintu. Siapa lagi kalau bukan Alissa, cuma ada dia dan Harry di rumah ini.

Pintu ruangan itu sedikit terbuka, membuat Alissa dapat melihat Harry masih mengenakan kemeja dengan dua kancing atas terbuka tengah sibuk mengotak-atik laptop di hadapannya. Alissa yakin pria itu tengah sibuk.

Padahal niatnya menghampiri Harry ingin meminta bantuan untuk menjawab contoh soal UN yang menurutnya sedikit sulit untuk menjawabnya sendirian.

"Sedang sibuk ya?"

Niatnya itu pun ia urungkan, bermaksud balik kembali ke kamarnya untuk menjawab soal itu dengan sendiri. Namun, hampir saja ia mati di tempat akibat terkejut. "Alissa." Suara berat itu memanggil namanya. Kontan hal itu membuat Alissa dengan sedikit merinding membalik tubuhnya. Melihat Harry yang kini sudah berdiri tapat di depan pintu dengan tangan yang penuh tato menahan sisi pintu untuk tetap terbuka.

"Ada apa? Ada yang ingin kau bicarakan?" Tanya pria itu dengan suara beratnya yang terdengar sangat seksi.

Alih-alih menjawab pertanyaan Harry, Alissa justru mematung untuk beberapa detik. Wajahnya menghangat menahan rasa malu, ketahuan karena telah mengintip Harry diam-diam. "Ti-tidak, tidak lanjutkan saja. Aku permisi dulu." Untuk kedua kalinya Alissa terbata-bata di hadapan Harry. Tubuhnya menunduk sopan lalu langsung melangkah pergi dengan sedikit larian kecil.

"Kenapa gadis itu? Aneh sekali."

~~~

Tak terasa sudah satu jam berlalu, Harry bangkit dari duduknya. Melangkah keluar kamar menuju dapur. Menuangkan segelas air minum lalu meneguknya. Harry melirik sekilas ke arah kanan, tempat dimana letak kamar Alissa berada.

Dilihatnya pintu kamar gadis itu terbuka lebar, Harry pun melangkah mendekat. Berniat untuk menyapanya sebentar.

Namun, tepat saat Harry sudah berada di depan pintunya, gadis itu justru terlihat sedang tertidur pulas di atas meja belajar. Kedua tangannya terlipat sempurna, menahan kepalanya sebagai bantalan.

Tentu Harry tak diam saja melihat pemandangan itu. Ia langsung berjalan masuk, mengambil selimut di atas ranjang Alissa dan menyelimuti gadis itu dengan penuh hati-hati.

Harry menatap gadis itu sejenak. Kelihatannya ia sangat lelah sampai-sampai tertidur di atas meja belajar. Tanpa sadar tangan Harry bergerak mengelus rambutnya dengan sangat lembut. Tersenyum tipis menatap gadis itu. "Kau sangat manis," sedikit jeda untuk Harry.

"Kuharap kau nanti menemukan pria yang baik hati, seperti ayahmu." Sambung Harry semakin memanjangkan senyum manisnya, juga tatapan lembut yang sangat hangat.

~~~

Harry sangat terkejut saat melihat sudah ada roti tawar berlapis selai cokelat di atas meja makan. Tak lupa juga dengan segelas susu. Tersusun begitu rapi dan bersih.

Tiba-tiba dari arah berlawanan Alissa tengah menenteng tas punggungnya. "Pagi kak Harry, kau sudah bangun?" Sapa gadis itu tampak berbeda dari hari-hari biasanya. Terlihat begitu ceria dan gembira. Mungkin efek samping dimulainya UN hari ini.

"Ka..u yang menyiapkan... ini semua?" Tanya Harry memanjangkan kalimatnya.

"Tentu saja. Siapa lagi? Hanya ada kau dan aku di rumah ini."

Harry yang sudah memakai setelan rapi dengan jas masih berdiri di depan meja makan. Menganggukkan kepalanya ragu sembari menarik kursi untuk diduduki. "Cepat sekali kau bangun, tumben." Ucap Harry ditengah kunyahan.

Alissa yang tengah duduk di sofa menyiapkan beberapa perlengkapan ujian itu tertawa hambar. "Karena ini hari pertamaku menjalani Ujian Nasional."

Harry tertegun, menoleh ke arah Alissa dengan roti yang masih menempel di mulutnya. "Hari pertamamu?? Jadi selama ini kau tidak pernah mengikuti Ujian Nasional?" Tanya Harry memasang ekspresi heran.

Alissa menggeleng santai, menghentikkan aktivitasnya beralih menatap ke arah Harry. "Tidak pernah, selama ini aku Homeschooling. Orang tuaku tidak pernah mengijinkanku bergaul dengan orang lain."

"Lalu? Bagaimana kau bisa masuk ke sekolah umum?"

"Itu semua karena kemauanku, aku bosan di rumah terus-terusan."

Harry mengangguk paham, masih sedikit terkejut mendengar pengakuan Alissa.

Penuh antusias Alissa bangkit dari duduknya, menenteng tas punggungnya tanpa ada rasa beban sedikit pun. "Ayo berangkat, kau lama sekali makannya. Kalau seperti itu bisa-bisa aku terlambat." Ucap gadis itu dengan entengnya berjalan menuju pintu keluar.

"Aku duluan ya."

"Hei! Kau mau kemana?! Biar aku saja yang mengantarmu!" Harry bangkit dari kursinya, berlari kecil mengejar langkahan gadis itu.

Namun, belum sempat Harry menarik tangannya. Alissa sudah lebih dulu membalik tubuhnya. "Jangan berlebihan aku cuma menunggumu di dalam mobil saja." Balas Alissa dengan ekspresi datar menatap Harry yang terpaku kaku di depannya memasang wajah bodoh.

****

yeu si heri tipe-tipe posesif nih kayaknya wkwk

PRECIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang