5- PRECIOUS

1.6K 195 31
                                    

Setiba mereka berdua di kantor, semua karyawan-karyawan Harry menegurnya dengan sopan, dan bahkan Alissa bisa mendengar dari beberapa karyawan yang membisikkan tentang dirinya dari belakang.

"Bukankah itu Alissa?"

"Itu putri tuan Joe kan?"

"Apa Pak Direktur benar menjadi walinya sekarang?"

"Kenapa Pak Direktur membawanya kemari?"

Sedikitnya itulah beberapa bisikan yang bisa didengar Alissa dari sebagian karyawan wanita. Masa bodo dengan mereka, Alissa terus berjalan mengikuti Harry dari belakang.

Setelah sampai di depan pintu ruangan milik Harry. Pria itu tidak langsung masuk, melainkan berhenti di depan pintu, membalikkan tubuhnya menjadi menghadap Alissa. "Kau masuk duluan saja. Ada urusan lain yang harus kuurus, tidak sampai 1 jam aku akan kembali."

Alissa yang seperti bocah polos tidak mengetahui apa-apa ini hanya mengangguk. Sorot matanya tak lepas dari Harry yang melangkah pergi memasuki lift.

Setelah Harry tak terlihat lagi, Alissa melangkah masuk ke dalam ruangan Harry. Seperti ruangan-ruangan Direktur biasanya. Terdapat meja khusus dan sebuah laptop di atas mejanya. Tak hanya itu bahkan banyak beberapa foto yang tersusun rapi menempel di dinding. Beberapa foto Harry dengan karyawan-karyawan lainnya.

Namun ada satu buah foto berhasil mencuri perhatiannya membuat Alissa ingin melihatnya lebih dekat. Foto ayahnya yang sedang tersenyum penuh bahagia merangkul pundak Harry. Keduanya tampak tampan menggunakan jas rapi berwarna hitam.

Tanpa sadar sudut bibir Alissa tertarik ke atas. Gadis itu sangat merindukan sosok ayahnya itu.

"Alissa...kau tak apakan kami tinggal?"

"Aku sudah besar ayah."

Pria itu tertawa mengusap puncak kepala putrinya, "Kau ini benar-benar mandiri sekali. Ayah bangga padamu."

"Tapi ayah janji, sebelum aku wisuda ayah sudah balik ya. Aku ingin saat aku wisuda nanti ada ayah dan ibu di sampingku." Gadis itu menyodorkan kelingkingnya.

"Iya ayah janji." Balas pria itu menyambut jari putrinya itu, menyatukan kelingking mereka.

Sepotong kenangan lama itu hanya membuat luka di hatinya kembali perih.

Tak lama lagi gadis berbola mata biru ini akan wisuda kelulusannya di Sekolah Menengah Atas. Hanya tinggal menunggu beberapa hari lagi.

Namun tak seperti apa yang dibayangkannya, hari spesial itu berubah menjadi sangat hampa baginya. Tanpa kehadiran mereka itu bukanlah lagi hari spesial bagi Alissa.

Perasaan iri itu pasti muncul saat melihat teman-temannya yang lain bisa berfoto bersama keluarganya. Alissa bahkan sudah bisa membayangkan andai saja ayah dan ibunya masih berada di dunia ini. Ayahnya pasti akan menciumi puncak kepalanya bangga dan ibunya pasti akan memeluknya erat penuh kasih sayang.

Jika saja Alissa diberi kesempatan untuk memohon. Alissa akan berkata dalam hati bahwa dirinya saat ini hanya ingin keluarga lamanya itu kembali seperti dulu. Alissa kali ini berjanji akan menjaga mereka. Dan tidak akan mengecewakan mereka lagi.

Alissa tahu, ia sudah terlambat mengatakan ini. Sekarang bukanlah waktunya untuk menyesali semua itu.

Tok
Tok
Tok

Suara pintu terbuka sontak membuat Alissa menoleh. Dilihatnya wanita berpakaian layaknya pekerja kantoran berdiri di ambang pintu itu.

"Siapa kau? Berani sekali masuk ke ruangan tuan Styles?" Tanya wanita itu bernada sarkastik pada Alissa yang berdiri mematung akibat kedatangannya yang mendadak.

Sedikit ragu Alissa pun akhirnya menjawab. "Aku anak angkatnya." Dengan posisi masih berdiri tepat di depan foto-foto itu.

Wanita itu tertawa hambar. "Ternyata kau yang bernama Alissa itu? Anak tuan Joe yang diangkat sebagai anak oleh Harry, benar? Harry sudah cerita banyak tentangmu."

Wanita itu kemudian berjalan mendekati Alissa, menyodorkan tangannya pada gadis berambut cokelat gelap itu. "Panggil saja aku Jess."

Alissa meraih tangan itu dan menjabatnya. "Senang berkenalan denganmu."

Belum sempat 5 detik, Jess sudah menarik kembali tangannya dari sana dan menyunggingkan senyum. Senyuman palsu yang sering Alissa lihat.

"Semoga kau tak menyesal berkenalan denganku." Alissa mengerutkan dahi mendengarnya.

"Sampai jumpa, Alissa." Ucap Jess dengan nada menjijikan sambil melambaikan tangannya pada gadis itu yang hanya diam tak merespon apa-apa.

Setelah Jess keluar, Alissa melihat foto Harry dengan wanita aneh itu tertempel di dinding. Harry tampak normal di dalam foto itu, sementara wanita itu, Alissa berdecih. Ia jijik melihatnya. Alissa beralih ke foto sebelah.

Namun suara pintu terbuka membuat Alissa beralih menoleh ke arah pintu. Dilihatnya Harry masuk, tengah sibuk mengobrol dengan seseorang di ujung telepon.

"Tak usah khawatir, aku akan melindunginya. Iya iya aku paham. Kau selalu mengatakan itu padaku. Baiklah Joe, sampai nanti."

Tanpa disadari Alissa mengikuti obrolan Harry dengan seseorang di ujung sana. Sorot matanya seketika menajam saat mendengar nama 'Joe' diobrolan mereka. "Siapa Joe? Namanya seperti ayahku." Tanya Alissa menyipitkan pandangannya.

"Alissa? Ah iya aku lupa kau ada di sini. Kebetulan mereka memiliki nama yang sama. Dia rekan bisnisku."

Alissa menganggukkan kepalanya dengan ragu. "Akan sangat senang bila itu benar ayahku." Ucapnya tersenyum tipis.

Harry yang duduk di sofa single miliknya menatap sorot mata curiga dari gadis itu. Suasana hening untuk sesaat. Sebelum akhirnya Harry bangkit dan membuka pintu kaca itu kembali. Harry berbalik dengan pintu yang sudah setengah terbuka. "Alissa, ayo makan siang bersamaku."

Alissa mengangguk dan langsung mengikuti langkahan Harry.

****

Jess siapa yak tu?
Kalo ternyata orang tua alissa masi idup gimana yak🤔

PRECIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang