15- PRECIOUS

1.2K 201 21
                                    

sedih ni banyak banget yang sider :(

***

Alissa mendadak membalik tubuhnya cepat saat mendengar suara lantang itu. Dilihatnya kini Bryan berdiri tak jauh dari dirinya berada, raut wajah laki-laki itu tampak sangat kesal.

Rasa terkejut sekaligus tak percaya bercampur aduk menjadi satu.

Alissa mencoba ber-positive thinking, mungkin saja itu hanya sebuah kebetulan Bryan dan pria itu memiliki benda dengan warna yang juga kebetulan sama.

Untuk beberapa detik, suasana canggung menyelimuti keduanya. Penuh ragu-ragu Alissa membuka mulutnya untuk berbicara, "Maaf, aku tak maksud untuk melihat isi tasmu tadi." lirih Alissa.

Melihat tak ada respon apapun dari Bryan, Alissa buru-buru melangkah cepat meninggalkan Bryan yang masih sibuk menata barang-barangnya di dalam tas.

Bahkan tak ada keinginan Bryan untuk menolehkan pandangannya sedikit pada Alissa.

~~~

Harry kini menuju ke sekolah Alissa untuk menjemputnya. Kebetulan jadwal pulang Harry dan Alissa memiliki waktu yang sama.

Jadi, tanpa perlu menunggu waktu lama, dari kantornya Harry langsung meluncur pergi menuju ke sekolah Alissa.

Di lain sisi- kini gadis berambut cokelat gelap itu tampak sedang menunggu sendirian di halte bus. Tanpa memegang ponsel atau apapun itu semacamnya. Gadis itu hanya menatapi orang-orang atau kendaraan yang terus berlalu lalang di depannya.

Sempat tersenyum dan menyapa saat ada teman yang ia kenal lewat.

"Sendirian saja?" Suara berat itu terdengar tak asing di kedua telinganya, mendadak membuatnya menoleh.

Mendapati seorang laki-laki berdiri di ujung halte menyunggingkan senyum manis yang selalu berhasil membuat wanita lain yang melihatnya salah tingkah sendiri.

Namun, tidak untuk Alissa, ia sudah sering menerima senyuman itu selama 5 tahun lebih mengenal laki-laki itu.

"Kau masih marah soal tadi ya?" Bryan berjalan mendekat, mendudukkan tubuhnya tepat di samping Alissa. Sangat dekat hingga membuat lengan keduanya dapat bersentuhan.

Kerutan cukup dalam terpatri di dahi gadis itu. "Bukannya kau yang marah?"

Bryan kembali tersenyum, kali ini sedikit dengan kekehan kecil. "Tidak, justru aku khawatir jika kau marah," sedikit jeda untuk Bryan, "Jadi? Kau masih marah padaku?"

Alissa menggeleng kecil, "Lupakan saja, berkat dirimu juga aku bisa mengumpulkan tugasku."

Penuh gemas, Bryan menyenggol tubuh Alissa dengan lengannya, hanya sebuah dorongan kecil yang kontan membuat bahu Alissa sedikit terdorong ke samping.

"Jangan malu-malu jika ingin berterima kasih." Kekeh Bryan membuat deretan gigi putihnya terlihat.

Alissa berdecak, melirik sebal ke arah Bryan. "Kau ini, pantang sekali dipuji sedikit."

"Tidak, justru aku-"

Alissa kembali berdecak, "Tak usah dibahas. Ngomong-ngomong bagaimana kabar ibumu? Dia baik-baik sajakan?"

PRECIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang