12- PRECIOUS

1.4K 181 36
                                    

Sampainya di dalam mobil. Kemeja Harry sudah basah kuyup. Jas yang ia pakai untuk melindungi Alissa tadi ia letakkan di jok belakang karena juga tak kalah basah.

"Maaf, karena ide bodohku kau jadi basah. Seharusnya tadi kita menunggu di halte saja sampai hujan reda."

"Tidak apa-apa, justru aku merasa tidak enak padamu karena kemejamu jadi basah."

"Tidak masalah, aku masih ada kemeja yang lain." Balas Harry memasang senyuman kecil di wajahnya.

"Kau yakin tidak kedinginan?" Raut wajah Alissa seketika berubah menjadi khawatir. "Sepertinya ada jaket Bryan di dalam tasku." Alissa bergerak membuka resleting tasnya. Namun, terhenti saat Harry menghentikkan tangannya.

"Tak usah." Kali ini tersenyum lebar. "Lebih baik aku kedinginan dari pada harus memakai jaket temanmu itu."

Harry segera melepaskan tangannya dari tangan Alissa. Beralih memegang setir kemudi dan mulai menjalankan mobilnya perlahan.

Alissa menatap dalam wajah Harry. Tatapan dalam yang sangat tajam.

"Kenapa kau sangat benci pada Bryan?" Harry menoleh sekilas saat mendengar suara Alissa yang terdengar heran.

"Apa ada sesuatu yang kau tutupi padaku?" Tatapan Alissa masih tak lepas dari Harry.

"Berhenti menatapku seperti itu." Kata Harry merasa risih. Alissa memutar bola matanya pertanda muak. Melipat kedua tangannya dan beralih menatap ke arah luar jendela.

"Alissa."

"Apa?" Masih menatap luar jendela. Rasa kesalnya pada pria itu tampak sangat jelas dari raut wajahnya yang ditekuk itu.

"Dia berbahaya untukmu, itu yang aku khawatirkan." Alissa kali ini mendengus. "Kau selalu berkata seperti itu."

"Aku tidak main-main, dia memang bahaya untukmu. Tapi aku masih tidak yakin jika itu memang Bryan."

Ucapan Harry berhasil menyita perhatian Alissa. Gadis itu perlahan menoleh ke Harry. "Maksudmu?"

Tepat saat lampu merah Harry menghentikan mobilnya. Menoleh ke Alissa yang kini menatapnya balik dengan tatapan meminta penjelasan.

Alih-alih menjawab pertanyaan gadis itu. Harry justru menaikkan kedua alisnya sembari menggedikkan bahunya acuh.  "Entahlah aku sendiri tidak paham apa maksud ucapanku." Kontan membuat Alissa langsung menarik tatapannya bertambah kesal.

Harry terkekeh sendiri. Tangannya mengusap puncak kepala gadis itu penuh gemas. "Kau ini lucu sekali saat sedang marah."

Seakan sadar tangannya sangat lantang berada di atas kepala Alissa. Harry langsung menarik tangannya dari sana.

"Ah, maaf."

Harry mengatupkan bibirnya rapat-rapat, mengusap wajahnya lalu mengetuk-ngetukkan jarinya di setir kemudi.

Lain halnya ekspresi Alissa saat Harry mengusapkan tangannya ke puncak kepalanya, bulu punggungnya terasa naik seketika, tubuhnya ikut menegang. Seakan membuatnya merinding.

Hingga sampai rumah, suasana di mobil terus dikelilingi oleh rasa canggung dan dingin.

~~~

"Sepertinya Direktur itu ingin mencari kesempatan dalam kesempitan."

"Yang benar adalah Direktur itu menyukaimu."

"Kau bisa melihat dari gerak gerik tubuhnya, Alissa."

Ocehan-ocehan itu terus mengusik pikiran polos Alissa. Dirinya benar-benar tidak bisa tenang karena itu. Apalagi masalahnya perihal Harry yang benar menyukai dirinya atau tidak. "Haaa~ yang benar saja." Gerutunya sebal sendiri membuang napas panjang.

Harry yang berjalan di depannya mendadak menoleh. "Apa katamu?"

"Tidak! Tidak! Aku tidak berbicara apapun." Harry kembali berbalik memasuki kamar.

"Apa aku harus menanyakannya langsung? Kurasa aku harus melakukannya karena itu membuat pikiranku lebih tenang. Setidaknya aku bisa tidur nyenyakkan?"

Alissa terus membatin, mengikuti Harry dari belakang, ia sendiri tidak tahu kenapa tiba-tiba cat kamarnya berubah menjadi warna hitam dan putih, mungkin Harry sudah- TUNGGU! IA SALAH KAMAR!

"Kau kenapa mengikutiku?!" Mendadak mata Alissa terbuka sangat lebar.

"Keluar, aku mau mengganti baju."

Masih sangat shock, Alissa berbalik, melangkah keluar penuh terburu-buru. Ia sampai-sampai tak bisa berbicara apa-apa di depan Harry.

Saat Harry ingin menutup pintunya, Alissa justru berbalik dan langsung menahan pintunya. "Tunggu! Aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

"Menanyakan apa?" Tanya Harry membuka kembali pintunya, kali ini kancing kemejanya tampak sudah terbuka semua, tentu hal itu membuat Alissa risih, ia bimbang akan mengatakannya sekarang atau besok jika di hadapannya ada pemandangan seperti ini.

Terlalu lama berpikir, membuat Harry sebal melihat gadis ini. Entah apa yang ada di dalam pikirannya menatapnya dengan wajah aneh seperti itu. Harry berbalik, "Kau tampaknya bingung ingin mengatakan apa." Muak menunggu lama-lama di depan pintu.

"Tunggu! Aku ingin bertanya apa kau menyukaiku?"

"BODOH."

Harry kontan menghentikkan langkahnya, perhatiannya tersita oleh ucapan yang lolos keluar dari mulut Alissa. Ia berbalik, tatapannya membuat Alissa bergidik ngeri. Wajah datarnya tetap tak berubah, semakin dekat langkahan pria itu membuat Alissa panik sendiri.

"Kau...tanya apa aku menyukaimu?" Alissa hanya bisa mengangguk.

"Maaf saja, tapi seleraku itu bukan anak kecil sepertimu. Aku sudah pernah mengatakannya bukan? Aku tidak tertarik dengan bocah ingusan sepertimu."

"Ja...jadi bukan?! Syukurlah..."

Harry mendekatkan wajahnya pada Alissa. Hingga tersisa hanya 2 cm untuk Alissa bisa menarik nafas. "Tenang saja, aku ini tidak melihatmu sebagai wanita..."

Alissa tak bisa menutupi wajahnya yang saat ini merona sangat hebat. "Ba..baguslah kalau begitu. Aku hanya khawatir jika kau menyukaiku."

Harry menarik tubuhnya, menyisakan jarak yang cukup jauh. Mendengus kasar sembari menaikkan sebelah alisnya. "Dasar, kau ini percaya diri sekali." Sembari menyunggingkan senyum miring.

"Tianna! Violet! Awas kalian!"

******
Harry gak ngaku nihh
Aduh wkwk

PRECIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang