29- PRECIOUS

2.2K 138 55
                                    

Sinar matahari menusuk masuk ke dalam kelopak mata Harry. Dapat ia rasakan rasa hangat menyentuh kulit wajahnya. Menatap beberapa saat ke arah jendela, baru kemudian beralih ke arah Alissa yang masih tidur di dalam pelukannya.

Harry tersenyum kala mengingat bagaimana sisa-sisa malam yang mereka berdua lewati. Beruntung hanya ada mereka berdua di rumah ini, tak perlu khawatir karena orang lain bisa saja terbangun karena terganggu oleh mereka.

Harry yang sedang dalam posisi memeluk Alissa dari depan mengelus lembut punggung Alissa yang tidak tertutup sehelai kain pun, ia menempelkan bibir di kening gadis itu selama beberapa saat lalu tersenyum lagi.

Harry terus memikirkan kejadian semalam, tak pernah ia merasa sesenang ini ketika baru saja bangun.

Ia semakin penasaran bagaimana reaksi Alissa nanti, apakah ia akan biasa saja atau justru malu-malu dengan wajah yang memerah seperti tomat? Harry tak sabar menunggu untuk menjawab semua rasa penasarannya itu.

Tetapi Alissa belum juga bangun setelah beberapa saat, napasnya tetap teratur dan mata indahnya tetap terpejam. Mungkin karena terlalu kelelahan.

Harry mengabaikan rasa perih di punggungnya yang terasa, lagipula cakaran-cakaran kecil seperti itu terlalu kecil efeknya untuk orang seperti Harry.

Tiba-tiba Alissa membuka matanya, menatap Harry diam tanpa ekspresi. Harry yang melihat hal itu tersenyum sembari memberi kecupan kembali di kening. "Morning."

"Apa kau tidak apa-apa?"

Alissa yang baru saja sadar dari tidurnya, sontak menyembunyikan kembali wajahnya di balik dada Harry. Gadis itu kembali malu untuk menatap Harry.

"Iya...aku tidak apa-apa."

Harry tersenyum tipis seraya tangannya mengelus rambut Alissa.

"Apa kau bisa pergi keluar?"

Alissa langsung mengangkat wajahnya. "Tentu saja."

"Kau yakin? Bukankah itu baru saja terjadi?"

"Tidak apa-apa, aku masih bisa berjalan."

"Baiklah, kalau begitu jam berapa aku akan menjemputmu nanti?"

"Nanti aku akan menghubungimu lagi."

"Jangan nakal dengan pria lain ya," Harry mengacak gemas puncak kepala Alissa. "Baiklah, aku mau bersiap dulu pergi ke kantor."

Harry bangkit dari balik selimut. Tubuhnya yang tak terbalut sehelai kain apapun seakan tak membuatnya sama sekali canggung berjalan ke arah kamar mandi.

"KAK HARRY! PAKAI BAJUMU!!"

Harry berbalik, dilihatnya Alissa yang kini menutupi setengah wajahnya dengan selimut yang masih melekat pada tubuhnya.

"HEY! JANGAN BERBALIK!"

"Bukankah kau sudah melihat seluruh bagian tubuhku?"

"Tetap saja itu tidak pantas untuk dilihat." teriak Alissa dari balik selimut.

Bukannya berhenti dan langsung masuk ke dalam kamar mandi, Harry justru semakin menjadi-jadi.

"Alissa, aku punya ide bagus."

"Aku tidak akan mendengarmu." balas Alissa.

"Benarkah? Kalau begitu bagaimana jika kita mandi bersama?!"

Deg.

Alissa diam tidak merespon apapun. Pria ini benar-benar gila pikirnya. Apa tidak cukup untuk yang semalam?

Harry menahan tawa seraya berjalan pelan mendekati gadis itu yang bersembunyi di balik selimut.

"TADAA!"

Harry menarik selimut yang menutupi wajah Alissa. Gadis itu tampak terkejut dan langsung kembali menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"KAK! ASTAGA! KENAPA KAU SEMAKIN MENDEKAT!"

Sepertinya tak peduli, Harry tetap mengangkat tubuh Alissa, meski gadis itu memberi pukulan bertubi-tubi padanya dan sesekali berteriak nyaring.

"HARRY! Turunkan aku!"

Harry hanya tertawa, membawa gadis itu masuk ke dalam kamar mandi.

~~~

Alissa tampak gugup memakaikan dasi pada Harry, berulang kali ia selalu memasang simpul yang salah.

"Kau gugup kembali?" tanya Harry yang menyadari hal itu.

Alissa meringis, "Bagaimana ini... aku sangat malu..." menjatuhkan kepalanya pada dada Harry.

Harry tersenyum untuk sesaat. Memeluk gadis itu seraya mengelus rambut cokelat gelapnya. "Dasar bocah SMA."

"Hei enak saja, aku sudah tamat!"

Harry terkekeh tanpa mengeluarkan suara. "Maaf bocah SMA yang sudah tamat," seraya mengelus kepala gadis itu gemas.

"Tak usah malu padaku, mulai sekarang kau bisa menganggapku sebagai pacarmu atau jika kau masih menganggapku pamanmu juga tidak apa-apa. Itu sama sekali tidak masalah untukku, yang aku ingin hanya kau selalu berada di sampingku itu sudah lebih dari cukup untukku,"

"Ahh aku membenci situasi seperti ini," balas Alissa seraya menarik ingusnya.

Harry terkekeh, mengadahkan kepala gadis itu untuk menatapnya. Untuk sesaat ia tertekun menatap mata Alissa sebelum akhirmya tersenyum hingga membuat sudut matanya menyipit.

"Kasihan pacarku menangis." seraya tangannya bergerak menghapus air mata Alissa.

"Aw!" pekik Harry karena Alissa mencubit perutnya.

Alissa meraih kembali dasi yang masih menggantung di leher Harry. Mulai memasangkan ikatan simpul yang benar dan barulah tampak bentuk dasi yang sebenarnya.

Harry mencondongkan kepalanya, lalu memberi kecupan lembut di pipi kanan Alissa.

"Terima kasih." ujar Harry kemudian melangkah keluar kamar.

Sementara Alissa mematung memegangi pipinya yang baru saja dicium oleh Harry.

~~~

"Aku pergi dulu, kabari aku jika sudah akan pergi."

"Tentu saja, hati-hati!"

Berdiri di depan pintu seraya melambaikan tangan pada Harry.

Setelah mobil Harry tak lagi terlihat, Alissa kembali masuk ke dalam rumahnya, memeriksa ponselnya yang berisikan beberapa notif dari temannya.

Tianna: Hey AlisSaA!
Tianna: Kau dateng ke pesta kelulusan kita nanti malamkan?

Alissa: Tentu saja
Alissa: Padahal baru beberapa hari kita berpisah tapi sangat begitu terasa:(

Tianna: Yesss!
Tianna: Aku juga merindukanmu temankuuu:'(
Tianna: Baiklah nanti sore aku dan Violet akan menjemputmu
Tianna: Tampil cantik ok!

****

helo aku update lagi dong^^
jgn lupa vote dan komen yaw. mwah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRECIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang