10- PRECIOUS

1.4K 192 22
                                    

Masih di waktu yang sama, di tengah perjalanan menuju pulang, Harry berhenti sejenak di salah satu mini market. Ada satu barang keperluannya yang harus dibeli. "Tak akan lama." Kata Harry pada Alissa yang dibalas anggukan kecil.

Harry mulai masuk ke dalam. Meninggalkan Alissa sendirian di dalam mobil. Bisa dibilang mini market yang mereka kunjungi ini sangat sepi. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di depannya. Harry sendiri tidak menghiraukan itu, ia langsung masuk mencari barang yang dicari.

Dilain sisi-  seorang pria memakai masker dan topi hitam diam-diam berjalan mengendap-endap ke mobil Harry. Dilihatnya sosok gadis di dalam tengah memainkan ponsel. Pria itu mengetuk kaca jendela tempat dimana Alissa kini duduk.

Kontan hal itu membuat gadis yang berada di dalam mobil itu mengalihkan perhatiannya dari ponsel.

Siapa yang tidak terkejut ketika melihat ada orang asing memakai masker dengan topi hitam berdiri tepat di luar jendela samping kita duduk.

Alissa merasakan itu. Jantungnya hampir saja berhenti berdetak ketika melihat sosok pria asing membawa selembar kertas dengan kalimat menyeramkan ditunjukkan untuk dirinya. Dengan tinta merah kalimat itu tertulis 'Hidupmu Tidak Akan Tenang Alissa'.

Pria itu menempelkannya tepat di samping jendela kini Alissa duduk. Tentu Alissa yang melihat itu tidak bisa bergerak sama sekali. Darahnya berdesir sangat hebat. Rasa takut seketika langsung menyelimuti dirinya.

Pria itu mengetuk kaca jendelanya, menyuruh Alissa untuk benar-benar membaca kalimat itu. Tubuh Alissa terasa kaku, diam dan tidak bergerak sama sekali. Meski wajah pria itu tidak terlihat oleh matanya. Alissa sudah bergidik ngeri melihat ancaman pria itu.

"SIAPA KAU?!" Teriakan lantang itu sukses membuat pria itu menoleh, bahkan Alissa sendiri dapat mendengar teriakannya dari dalam mobil.

"BERHENTI KAU BR*NGS*K!"

Lagi dan lagi, Harry kalah cepat. Pria itu sudah melarikan diri sangat cepat. Namun, kertas yang pria itu pegang tadi terjatuh, tergeletak begitu saja di atas tanah. Harry berlari mendekat. Mengutipnya dan membaca kalimatnya. "Berani-beraninya kau mengatakan ini padanya!" Geram Harry meremas kertas itu hingga kusut tak berbentuk lagi.

Harry langsung berputar, berlari masuk ke dalam mobil. Memeriksa keadaan Alissa yang ia yakini pasti sangat ketakutan.

Benar saja, wajah gadis itu sudah sangat pucat, tatapannya kosong menatap lurus ke depan.

"Benarkah...itu? Apa hidupku tidak akan tenang?" Alissa mengalihkan tatapannya pada Harry. Tampak jelas di wajah gadis itu jika ia ketakutan. Sorot matanya yang sayup membuat Harry iba melihatnya.

Harry langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Napasnya cukup memburu akibat berlari tadi. "Tidak, jangan dengarkan dia. Aku ada di sini, Alissa. Aku akan melindungimu. Tidak ada yang perlu kau takutkan selama aku ada di sisimu."

Gadis itu menangis di dalam pelukan Harry. Seolah tak ingin menyisakan jarak, Harry semakin mendekap tubuh gadis itu. Seakan akan hilang jika ia tidak melakukannya.

~~~

Harry terpaksa harus menggendong Alissa menuju kamarnya. Gadis itu sudah tak sadarkan diri. Harry ingat, kejadian ini sungguh persis seperti malam itu. Malam dimana saat ada pria misterius melempari kaca jendela kamar Alissa dengan batu.

Sedikit kesulitan saat Harry membuka pintu kamarnya. Ia mendorong pintu itu dengan punggungnya. Meletakkan tubuh Alissa dengan hati-hati ke atas ranjang.

Harry menghela napas lega. Hendak kembali keluar meninggalkan kamar Alissa. Namun, terhenti saat ada tangan lembut meraih lengannya. "Kumohon jangan tinggalkan aku sendirian."

Harry berbalik, menatap nanar Alissa yang kini berbicara dengan kondisi mata tertutup. Seketika Harry berubah pikiran, menunda niatnya itu untuk keluar dan beralih menarik kursi meja rias untuk di dudukinya. "Jangan khawatir, aku akan menemanimu." Balas Harry menyunggingkan senyum tipis.

Harry menatap wajah Alissa dengan intens. Tangannya lalu terulur untuk mengelus rambut Alissa lembut.

Harry termenung, pikirannya melayang oleh perasaan yang saat ini ia rasakan. Akankah ia mendapat belas hukuman karena telah memilih gadis yang salah.

Dirinya tidak berhak untuk memiliki Alissa seutuhnya. Ia tahu itu, dirinya di sini hanya berperan sebagai orang tua bagi gadis itu.

"Kenapa harus kau, Alissa? Aku tak bisa menghentikkan diriku sendiri untuk tidak jatuh cinta."

Entah apa yang di mimpikan gadis itu, mendadak ia menarik tangan Harry. Meletakkan telapak tangan pria itu tepat di sisi wajah kanannya. "Kumohon jangan pergi." Lirih gadis itu kembali, masih menutup mata rapat.

Ia memeluk erat tangan Harry yang menempel di pipinya. "Aku ingin terus seperti ini." Sesekali gadis itu menghirup aroma tangan Harry.

Tak bisa dipungkiri kini jantung Harry berdegup lebih kencang. Seakan ingin meloncat keluar dari tempatnya. Harry tetap diam, belum membalas ucapan Alissa. Menganggap semua ucapan Alissa saat ini hanyalah alam bawah sadarnya yang datang saat ia merasa ketakutan.

Namun, tatapan yang Harry berikan pada Alissa saat ini dapat mengartikan perasaanya sangat jelas. Tatapan lembut penuh dengan sayang. Seakan gadis itu bisa hilang jika ia berhenti menatapnya.

****

Katanya gak tertarik sama bocah ingusan🤔

*senin udah masuk sekolah aja cuy, bakal slow update ya

PRECIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang