Bab 4

273 52 23
                                    


"Taehyung! Taehyung!" Tiffany berteriak panik luar biasa. "Jangan seperti ini! Ayo, Noona akan menggendongmu!" Ia meraih lengan kanan Taehyung dan mengalungkannya pada bahunya.

"Noona, maafkan aku...." Taehyung berbisik lirih. Kata-katanya hampir tak terdengar.

"Kamu bilang apa?" Tiffany tak bisa menutupi rasa gembiranya mengetahui pemuda itu masih bernafas dan masih sanggup untuk berbicara. Airmatanya menetes tak terduga saking bahagianya.

"Maafkan aku...." Bisik Taehyung sekali lagi.

"Untuk apa minta maaf?" Tiffany berusaha untuk tersenyum. "Kuatkan dirimu. Noona akan membopongmu naik."

Taehyung menggelengkan kepalanya. Kedua bola matanya yang menurut Tiffany bersinar dengan gemilau menatapnya lekat-lekat. Bibir si pemuda kembali bergerak-gerak.

"Bicaralah lebih keras lagi, Noona tak bisa mendengarmu."

"Maafkan aku, Noona. Kali ini aku bersungguh-sungguh minta maaf. Aku tak berniat untuk membuat Noona menangis." Ujar Taehyung lirih dan penuh penyesalan.

"Apa maksudmu?" Tiffany berusaha untuk meredam tangis kesedihannya. Apakah maut benar-benar akan mencabut nyawa anak itu? "Kamu tak perlu meminta maaf. Tapi Noona takkan memaafkanmu kalau kamu pergi secepat ini. Ayo!" Tiffany menarik tubuh Taehyung. Namun sungguh mengherankan, tubuh pemuda kurus itu terasa sungguh berat, seakan-akan ada gerakan yang menahannya untuk tetap berbaring di atas tanah. Tiffany kembali menarik tubuh bocah itu.

"Sudahlah, Noona... Tak usah menarikku. Hatiku malah bertambah sakit dipenuhi penyesalan melihat Noona seperti ini." Ujar Taehyung.

"Apa maksudmu, Taehyung? Kita harus ke rumah sakit segera! Aku takkan membiarkanmu mati." Tiffany berseru.

"Aku takkan mati, Noona." Taehyung tersenyum. "Tidak hari ini, tidak juga besok."

Tiffany tertegun. "Apa maksudmu?" Tanyanya curiga. "K---kamu benar-benar sakit, kan?"

Taehyung menghela nafas dan memandang langit. "Tadi jantungku sakit saat Noona mengejekku... Tapi kini malah hatiku yang sakit melihat Noona menangis. Maafkan aku, Noona."

Tiffany terperangah dibuatnya. Ia diam berlutut di samping tubuh Taehyung yang terbaring di atas rumput. Butuh waktu beberapa detik untuknya mencerna setiap kata-kata yang meluncur dari bibir merah pemuda tampan itu. Perlahan-lahan, Tiffany menghapus jejak airmatanya menggunakan lengan jaketnya. Ia menatap Taehyung sungguh-sungguh.

"Katakan padaku, apa kamu benar-benar terkena serangan jantung ataukah kamu hanya berpura-pura saja?"

Taehyung membalas tatapan perempuan yang enam tahun lebih tua darinya itu. Ia perlahan-lahan menggelengkan kepalanya. "Aku hanya berpura-pura."

Usai mendengar jawaban Taehyung, tubuh Tiffany merosot lemah. Ia menunduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Bahunya berguncang-guncang. Ia menangis sepuas-puasnya.

Taehyung spontan bangkit duduk. "Hey, Noona. Noona, kenapa menangis? Aku minta maaf karena leluconku keterlaluan, tapi aku tak apa-apa, kok. Noona, jangan menangis...."

Pemuda itu ragu-ragu hendak meraih pundak Tiffany, namun begitu tangannya menyentuh lengan Tiffany, gadis cantik itu segera menghindar.

"Noona, Fany Noona...." Taehyung menggaruk kepalanya. "Noona pasti menangis karena lega melihatku baik-baik saja, kan?" Tanyanya menghibur diri sendiri.

Tiffany tetap menangis tanpa menghiraukan segala bujuk rayu Taehyung. Setelah beberapa menit berlalu, gadis itu mengangkat kepalanya dan berkata, "aku marah sekali padamu." Ia menyusut airmatanya. "Aku benar-benar marah."

In the Dance of the Fireflies (Vfany Edisi Terjemahan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang