Bab 13

105 22 9
                                    


Meskipun Taehyung tetap menyambangi Tiffany baik di studio maupun asrama, gadis yang kecantikannya akan membuat peri musim semi iri itu tetap tak muncul juga. Tiffany raib tanpa jejak. Taehyung menjadi frustasi dibuatnya. Baik telepon maupun pesan pendeknya sama sekali tak digubris, bahkan nomornya pun sudah diblok oleh Tiffany.

Taehyung duduk di bangku taman dekat asrama SDC. Ia merobek selembar kertas dan mulai menulis. Hanya itulah yang bisa ia lakukan sekarang-----menulis surat untuk gadis itu.

Tapi menulis suratpun kini terasa sungguh sulit. Berkali-kali Taehyung merobek kertas, menulis kata-kata baru, melipat, meremas dan melempar surat-suratnya ke tong sampah.  Ia mendecah gelisah sambil memandang jauh ke arah asrama SDC.

Ketika samar-samar dilihatnya Sunny meninggalkan gedung asrama, Taehyung menulis sebaris kalimat dengan terburu-buru. Ia melipat surat tersebut sambil berlari mengejar Sunny.

"Noona,"

Nasib baik Sunny menoleh padanya.

"Tolong berikan surat ini pada Tiffany." Taehyung menyodorkan sebuah kertas yang dilipat dua.

Sunny terlihat ragu. Ia menatap Taehyung dan surat yang disodorkan pemuda itu bergantian. Ia tahu Tiffany sudah tak mau lagi berurusan dengan Taehyung.

"Noona, berikan saja pada Tiffany. Dia boleh membaca, merobek, membakar, atau membuangnya... Aku takkan keberatan." Taehyung meratap putus asa.

"Taehyung, apa yang sebenarnya terjadi antara kalian berdua?" Tanya Sunny. "Tiffany tak bercerita apa-apa kecuali," gadis itu merasa kasihan, "dia melarang kami menyebut-nyebut namamu lagi di hadapannya."

Taehyung mengacak-acak rambutnya yang hitam legam. "Aku sudah kehabisan akal. Aku tahu aku berdosa pada Tiffany, tapi aku sama sekali tidak melakukannya dengan sengaja. Aku benar-benar putus asa menjelaskan hal ini padanya." Taehyung meringis kesakitan. "Jika Tiffany tak mau lagi bertemu denganku, jika dia benar-benar membenciku...." Taehyung merasa pelupuk matanya panas. Ia buru-buru mendesakkan surat yang dipegangnya ke telapak tangan Sunny, "berikan saja ini padanya."

Sunny menatap surat yang dipegangnya. Dan ketika ia mengangkat wajah, Taehyung sudah menyeberangi jalan dan tak menolehnya lagi.

........................................................................

"Surat untukmu. Dari Taehyung." Sunny meletakkan selembar surat yang tadi dititipkan oleh Taehyung di atas meja kantin.

Tiffany menelan air yang direguknya dari botol minumnya. Ia diam memandangi kertas putih yang dilipat dua itu. Ia diam tanpa berkata apapun, tanpa terlihat ingin segera membuka dan membaca isi surat tersebut.

Sunny melepaskan mantel musim seminya. "Taehyung bilang kamu boleh merobeknya atau membuangnya...," ia menghela nafas, "anak itu sudah putus asa...."

Tiffany memutar tutup botol air minumnya. Kemudian ia termangu menatap udara kosong.

Sunny memperhatikan temannya yang terduduk diam bagaikan patung. Ia tahu percuma saja mendesak Tiffany untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara Taehyung dan dirinya. Jika gadis itu tak mau berbicara, seumur hidup-pun dia akan mengunci bibirnya. "Maafkan aku yang sok tahu, tapi bukankah jelas-jelas kamu masih mencintai Taehyung? Dan dia juga terlihat sangat tersiksa karena tak bisa melihatmu...."

Tiffany mengerjapkan matanya, tetapi ia masih betah membisu.

Sunny merasa kehadirannya sama sekali tak digubris oleh sahabatnya. Gadis bertubuh kecil itu diam-diam pergi meninggalkan Tiffany sendirian di kantin studio.

In the Dance of the Fireflies (Vfany Edisi Terjemahan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang