Taehyung terbangun. Kamar yang ditidurinya masih gelap gulita. Kepalanya sakit luar biasa dan ia merasa mual. Taehyung segera bangkit dan berlari menuju kamar mandi. Barulah setelah ia memuntahkan isi perutnya di dalam toilet, Taehyung menyadari bahwa ia tidak sedang berada di kamar tidurnya.
Sambil terduduk di depan toilet, Taehyung berusaha menyatukan ingatannya. Ia menoleh ke sekeliling. Kamar mandi itu terlalu mewah. Ia jelas-jelas tidak berada di kamar asramanya maupun di kamar Tiffany.
Taehyung menoleh, ruangan di belakangnya gelap. Ia teringat bertemu dengan Tiffany dan bercinta dengan gadis itu. Taehyung hampir tersenyum ketika disadari olehnya bahwa Tiffany masih berada di Jepang.
Ia buru-buru bangkit dan melangkah keluar toilet. Ketika samar-samar dilihatnya sesosok tubuh molek tengah tidur di atas ranjang----hanya berselimutkan seprai----tiba-tiba saja keringat dingin turun membasahi sekujur tubuh Taehyung. Ia berdiri terpaku dan hanya bisa menelan ludah menyadari bahwa dirinya sendiri pun tak mengenakan apa-apa.
Dalam keadaan panik, Taehyung memungut pakaiannya di lantai dan cepat-cepat memakai celana jeansnya. Jantungnya berdebar tak keruan. Otaknya yang masih terasa nyeri sudah sedari tadi memaki-maki dan mengeluarkan segala kata-kata kotor yang sanggup diteriakkannya dalam hati. Jika saja Taehyung adalah seorang perempuan, maka saat itu juga ia sudah pasti akan menangis sekeras-kerasnya. Tapi Taehyung adalah seorang lelaki, ia pantang menangis. Tak pernah dalam hidupnya ia begitu ingin membunuh dirinya sendiri seperti keinginannya sekarang ini.
Taehyung mengenakan kemeja dan kedua sepatunya dengan tergesa-gesa. Ia ingin secepatnya menghilang dari kamar itu.
Ia menyentuh gerendel pintu.
"Taehyung...." Panggilan yang begitu rapuh dan lemah terdengar dari balik punggungnya.
Han Seohee duduk menatap punggung Taehyung. "Tadi kita----"
Taehyung mengepalkan buku-buku jarinya yang dingin. Tanpa menoleh ke belakang, ia berkata pahit, "aku tak ingat apapun. Kecuali, aku telah salah mengiramu sebagai Tiffany." Tarikan nafasnya terdengar jelas. "Maafkan aku. Aku bersumpah, apa yang terjadi malam ini takkan pernah terulang lagi." Ia memutar gerendel pintu.
"Tapi ini adalah yang pertama bagiku...." Kata-kata Seohee bergetar.
Taehyung merasa sungguh kacau. Hatinya bagaikan jurang kosong yang menganga lebar dan tak berdasar. Tanpa berkata apa-apa lagi, Taehyung melangkah keluar kamar. Ia melewati teman-temannya yang bergeletakkan di lantai dalam keadaan mabuk dan tak sadarkan diri. Saat itu Taehyung sungguh ingin menceburkan diri ke dalam Sungai Han.
Di luar griya tawang tempat pesta ulang tahun Sulli diadakan, langit masih gelap dan malam terasa begitu dingin. Taehyung berjalan cepat. Berulang kali ia menghapus airmata yang turun membasahi pelupuk matanya. Ia benar-benar jijik pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia bisa meniduri gadis lain? Gadis yang sama sekali tidak dicintainya.
Dan penyesalan terdalam yang membuatnya menitikkan airmata adalah pengkhianatannya pada Tiffany.
........................................................................
Tiffany menggeret kopernya keluar dari airport sambil bersenda gurau dengan Sunny dan Hyoyeon. Ia memeluk sebuah boneka Crayon Shinchan yang dibawanya dari Jepang. Boneka itu mengingatkannya akan Taehyung. Dan itu sebabnya ia selalu tidur ditemani oleh si boneka selama berada di Saitama, Jepang.
Tapi hari ini ia takkan tidur lagi dengan si Crayon Shinchan. Boneka berbentuk anak lelaki berbaju merah tadi akan ia berikan pada Taehyung-----kekasih yang amat dirindukannya selama seminggu ini. Apa kabarnya si bocah nakal itu? Apakah dia merindukannya juga? Ataukah si tampan itu sedang merajuk karena ditinggal lama olehnya? Hmmm, awas saja kalau ternyata Taehyung malah asyik-asyikan bersama gadis-gadis lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
In the Dance of the Fireflies (Vfany Edisi Terjemahan)
FanfictionIni adalah bagian terakhir dari Love Anthology. Pada suatu malam, Tiffany yang saat itu berusia 22 tahun melihat seorang remaja 16 tahun bernama Taehyung hendak melompat dari atas sebuah jembatan. Tanpa pikir panjang, Tiffany segera menarik pemuda...