Trial 1 - A New Life

134 21 17
                                    

Satu hal yang Fasya tahu bahwa ia sedang berdiri diam dikelilingi kegelapan, hampa, tidak ada apa-apa. Ia memandang sekitar dengan penasaran. Sebuah cahaya hangat berwarna putih berdiri jauh didepannya. Semakin lama, semakin terang. Ia menutup matanya, membiarkan cahaya tersebut membawanya kemanapun tujuan berikutnya.

Mata Fasya menyipit, menghindari beberapa debu yang sempat menyelinap ke dalam kelopak matanya. Manik perunggunya membelak kaget.

Kota ini terlihat tidak lagi bernyawa. Terlihat banyak rumput liar tumbuh dengan bebas semaunya. Sarang laba-laba dapat terlihat menghiasi reruntuhan rumah yang warnanya telah memudar. Jendela dan pintu setiap rumah terlihat sangat hampa, meminta tolong untuk dibuka sekali lagi.

Gadis tersebut memandang sekitar dengan tidak percaya. Tak terlihat kehidupan kecuali rerumputan liar beberapa remaja lainnya. Fasya menengok ke belakang, memperhatikan manusia disekitarnya dengan heran. Beberapa sedang kehilangan arah, ada pula yang sedang menangis tersedu-sedu. 'Apa yang telah terjadi?' batinnya.

Fasya kembali memandang sekitar dan menghitung dengan penasaran. 20 orang remaja yang mungkin berumur 15-17 sedang berkumpul di tanah gersang ini. Mereka disini untuk alasan yang tidak jelas.

Ia memandang dirinya sendiri secara naluri. Kemejanya telah berubah menjadi t-shirt putih polos dan celana pendek berwarna navy. Fasya dapat dengan jelas mendengar beberapa orang komplain mengenai bajunya yang sama satu sama lain. Mungkin beberapa orang tidak suka kalau baju mereka sama dengan orang lain. Gadis tersebut tidak terlalu memikirkan pakaiannya— walau sebenarnya jarang sih ia memikirkan penampilannya.

Fasya dengan sekejap mengingat bahwa ia membawa telepon genggamnya di kantongnya. Ia berdoa agar barang-barangnya tidak lenyap seperti kemeja dan snapback favoritnya itu. Ia meraih dan meraba kantong celana pendeknya. hilang. Semua barang yang ia bawa bersamanya telah hilang. Sepertinya, ayah atau sopirnya tidak akan bisa menyeretnya keluar dari tempat ini.

Ia mengangkat tangannya, mendekati wajah terkejutnya. Ia sekarang memiliki sebuah gelang berwarna putih dan silver pada bagian pengamannya. Anehnya, gelang bagle tersebut memancarkan sinar biru pudar. Ia tidak tahu bagaimana caranya hal itu dapat terjadi.

Hal pertama yang orang akan lakukan adalah membuka gelang tersebut, tidak bisa. Gelang tersebut hanya menjadi semakin kencang. Fasya meringis kesakitan ketika ia merasakan pergelangan tangannya ditekan oleh gelang tersebut.

"Cukup," Cegah seorang wanita dengan suara parau. Gadis itu sontak memandang ke atas, menemukan sesosok wanita dengan kulit putih bagai salju. Bulu matanya letik, matanya bundar. Rambutnya tebal dan bergelombang, warnanya lilac. Ia terlihat seperti seorang ratu yang sempurna, minus suara seraknya.

"Aku tahu kalian sedang kebingungan," Ia tiba-tiba berkata dengan lantang. Seluruh mata sekarang berada padanya. "Namaku Luinna, dan akulah orang- ratu yang membawa kalian kesini," Ia melanjutkan. Setiap orang hanya terdiam dengan berbagai makna.

"Yang perlu kalian tahu adalah aku akan memberikan kalian misi," Luinna tersenyum licik. Si ratu menyipitkan matanya, memandang penontonnya yang membatu ketakutan. Matanya terlena pada Fasya yang tingginya berbeda jauh dengannya.

"Dan yang tak bisa bertahan," Luinna berjalan menjauh dari Fasya dan mendekat ke seorang cewe yang beras ras negroid. Luinna mencekram leher Si cewe dengan kasar, mengangkat tubuhnya sehingga ia melayang. Tubuh kecilnya itu hanya bertopang pada tulangnya yang rapuh. "Mati,"Ia menegaskan. Mangsanya membalas tatapan kejam Luinna dengan ketakutan dan kesakitan yang mendalam. Ia berusaha menarik nafas dalam, menahan tangisnya. Rasanya lehernya dapat patah dalam beberapa saat. "H-hiks.. sakit.."

Luinna melepaskan genggamannya dengan kasar. Ia menjatuhkan Si gadis yang sekarang telah terkapar, memegang lehernya yang rasanya ingin putus. Ia lanjut menangis tersedu-sedu.

EndeavourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang