Trial 7 - She-wolf

63 12 2
                                    

"Jangan deh," Si cewek menggelengkan kepalanya. Gadis tersebut berambut pendek coklat dengan highlight bewarna karamel. Wajahnya memiliki bekas luka tepat di matanya, bajunya lusuh dan dilumuri tinta hitam. Ialah sosok yang waktu itu memberi Rienna auranya. Ia juga sosok yang selama ini membimbing Rienna dalam mengerjakan Quest beberapa hari yang lalu. Dia sedang duduk manis disampingnya, mendengarkan ocehan Rienna yang bisa dibilang tidak guna.

"Kalo pake aura pas ngelawan anak-anak tersebut, bum ! Auto menang. Kesempatan hidup gue meningkat," Rienna memperagakan skenario untuk sebuah turnamen yang kata cewe itu akan terjadi sebentar lagi. "Udah tau gue sekolah di Bandung bukan buat perang. Lo juga mau mati dengan tenang kan ? Katanya kalau mau dibebasin, pemilik aura terbarunya harus bisa bertahan di Ruins."

"Ya gak gitu juga," tolak Briar, nama gadis pemberi aura tersebut, "kamu tau aku ingin sekali mati dengan tenang. Tetapi bila aku membiarkanmu melakukan hal tersebut, Luinna akan marah. Kau akan mati," Sang pemberi aura berusaha menepuk pundak Rienna. Tangannya dengan segera menembus tubuh Rienna, "nanti nasibmu seperti aku deh," Si lawan bicara hanya tertawa anggun sembari menggelengkan kepala. Senyumannya terasa palsu bila kau melihat luka di wajahnya, menyeramkan.

Rienna mengedikkan bahu kaget, "Maksud lo, gue juga bakal tinggal disini sampai kekuatan gue habis. Itu yang bakal terjadi kalau gue mati ?" Briar menggelengkan kepala pelan, wajahnya menggambarkan senyum lesu yang dapat membuatmu ikut merasa kasihan.

"Rienna, ada berbagai macam tingkatan aura. Semakin tinggi, semakin besar beban yang kau miliki," Si gadis berambut pendek berusaha berdiri, Rienna mengikuti dari sampingnya. Briar berdiri di pesisir pulau, desiran ombak menyambutnya dengan lembut. Ia membuka kepalan tangannya, sebuah hologram muncul diatas jemarinya. Rienna terdiam dari kejauhan, berdecak kagum.

"Pertama ada kamu, para pemilik aura level satu," cahaya hologram tersebut menjadi pudar, lalu muncullah Rienna versi mini. "Hei itu aku !" Si gadis berseru gembira. Ia mendekat, melihat replika kecilnya yang berdiri tegak bagai figur tentara mainan.

"Aura level satu biasanya adalah kekuatan-kekuatan yang berasal dari bumi. Air, angin, es, cahaya," Briar menatapnya dengan tatapan keibuan, "mereka tidak terlalu kuat, tetapi merekalah yang biasanya bertahan paling lama.

Miniatur Rienna mulai beraksi di telapak tangan Briar. Ia menggunakan auranya untuk menyilaukan lawannya, lalu Rienna mini segera bergerak maju dan menyerangnya. "Aura ini dapat berevolusi menjadi hal yang lebih hebat, kita akan bahas belakangan."

Briar meredupkan cahaya hologram tersebut, secara tiba-tiba latar tempatnya berubah, si miniatur pun berubah. Rienna mini yang tadinya berdiri kuat sekarang telah terkapar di tanah tidak bedaya. Rienna yang sungguhan mengelak, keringat dingin bercucuran dari dahinya. Karena ia yakin, mereka akan membicarakan kematian.

"Beruntung bagimu, orang-orang pemilik aura level satu akan kembali ke dunia asal bila sudah kembali. Kau akan dikembalikan pada waktu dan tempat yang sama saat para iblis menculikmu. Jati diri kalian belum beradaptasi di realita yang ini." Rienna menghela nafas lega mengetahui hal tersebut.

Briar berputar lalu mengeluarkan hologram dari tangan yang berbeda. Kali ini, terpampang seorang cowok berusia seperti mereka. Rambutnya pirang dan acak-acakan, "Aura level dua, hal-hal aneh yang terjadi di ruins adalah ulah orang-orang ini." Si tentara kecil tersebut segera beraksi. Ia menghindar dari serangan black shadow. Si cowok menyentuh senjatanya dengan cekatan sebelum menembak ke arah black shadow. Si lawan diam menggeram. makhluk tak berbentuk tersebut mengeluarkan cahaya warna biru pucat lalu hilang memudar. "Ada teleportasi, komunikasi jarak jauh, bahkan kekuatan yang kau dapat dari melukai diri sendiri,"

Hologramnya kembali memudar, tergambar Si cowok tersebut sedang duduk menyender pada temannya. Luka bercucuran dari sekujur tubuhnya, "Kekurangan pemilik aura ini, mereka akan mati secara permanen. Disini maupun di realitamu." Rienna hanya dapat diam sembari menganggukan kepala. Ia berharap tak ada satupun dari temannya yang memiliki aura tersebut.

EndeavourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang