Trial 9 - Arena 1

43 6 2
                                    

"MANEH WANI?" (translate: nantang nih)

Nathan sedang melawan blackshadows lagi. Dia tidak mengerti kenapa makhluk suram itu tidak punah punah, dia yakin sudah membunuh 100 lebih dari mereka semenjak dia sampai tempat ini. (sebenarnya tidak sebanyak itu ...)

Bum!

"RASAIN!" Nathan menghantam tubuh blackshadow, makhluk itu terlempar ke belakang, namun ia meninggalkan gumpalan hitam di gauntlet Nathan. Lagi-lagi senjata kesayangannya kotor. Nathan menghela nafas.

"Ah ribet." Dia berlari meninggalkan arena pertarungannya dengan Blackshadows dan masuk ke arena pertarungan lainnya.

Sejauh ini Nathan hanya melawan blackshadows. Padahal dia yakin teman-temannya sekarang sedang kesusahan melawan monster yang sulit di bunuh. Cowok itu tidak yakin kalau dia senang hanya santai-santai. Dia tidak yakin kenapa, rasanya janggal belum ada monster yang disebut-sebut Luinna yang menyerangnya.

Nathan bingung harus apa dan harus kemana. Dia rasa dia sudah tertinggal jauh dari semua orang. Nathan menyusuri hutan yang tampak tenang, rasanya tidak ada tanda kehidupan. Cowok itu menghela nafas karena bosan, untungnya tidak ada blackshadows yang menyerangnya lagi. Dia menyempatkan waktu untuk duduk tersadar ke pohon. Di bersihkan olehnya gauntlet yang penuh gumpalan hitam itu dengan kain robekan kausnya.

Ini apa sih sebenernya, darah?

Nathan tanpa berpikir panjang

gue ngapain sih?

Cowok itu merasa aneh dengan apa yang baru saja dia lakukan. Dia menghela nafas, rasanya tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan di tempat ini. Hanya melawan monster lagi dan lagi. Rasa rindu rumahnya semakin besar walau dia tidak yakin berapa lama lagi dia akan bertahan. Teman-temannya sudah memiliki aura, sebuah pelindung, sedangkan Nathan? masih belum. Pertama Ryan, kedua Matt. Sampai kapan Nathan harus menunggu sampai akhirnya dia juga dapat aura?
Terdapat pemikiran negatif yang muncul di benaknya.

gimana kalau gue gak dapet aura?

Tidak, pasti Nathan akan dapat aura. Hanya saja belum, toh teman-temannya yang lain pun belum. Renova, Fasya, Monny, dan Qirani masih belum mendapatkan aura mereka juga.

"Nathan!" Suara itu membangunkannya dari lamunan. Ia melihat arah suara, cewek dengan rambut coklat menghampirinya tergesa-gesa.

"BERDIRI NATH!" Saat itu Nathan tersadar ranting-ranting pohon di belakang Renova bergerak. Sesuatu yang besar sedang mengikutinya. Dua segera mengikuti perintah Renova. Gadis yang kelelahan itu berhenti dan mengendalikan nafasnya.

"ANU- ADA-"

Kalimat Renova diberhentikan oleh suara mengaum-menggonggong yang keras. Tanah mulai bergetar seperti saat gempa bumi, monster itu menampakan diri.

"Akhirnya!" Nathan bersemangat. Renova heran dengan bocah yang senang akan keberadaan monster ini.

Cowok itu menyerbu, monster kerbau-minotaur juga sepemikiran dengan Nathan. Mereka berlari menuju satu sama lain. Selama ini Ren kira Nathan itu salah satu cowok yang berakal di antara 2 temannya yang lain, ternyata dia salah.

"NATH JANGAN GUE GAK BISA BANTU!" Tenaga Renova belum juga pulih. "GUA GAK PERLU BANTUAN," balasnya.

Jarak Nathan dan minotaur sudah dekat. Mereka hampir saja bertabrakan saat Nathan manuver dan meninju kaki si banteng. Banteng itu tidak mengantisipasi serangan Nathan dan jatuh. Renova menatap dengan kagum.

"Heh." Nafas Nathan tergesa-gesa. Renova selama ini menganggap Nathan sebagai cowok paling lugu di antara mereka, tapi ternyata cowok itu pemberani.

EndeavourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang