Trial 4 - A Run From Night

78 20 18
                                    

Ingatan terakhir Ryan sebelum dia kehilangan kesadaran yaitu saat dia diserang beberapa Blackshadow bersama temannya, Nathan. Ryan baru teringat soal Nathan, dia khawatir temannya yang masih muda itu terkena masalah.

"Nathan!" Panggil Ryan, tapi dia tidak bisa melihat apa apa selain kabut. Pandangannya tidak jelas, dia bahkan tidak ingat bagaimana dia bisa sampai disini. Ryan membersihkan kacamatanya, barangkali saja lensanya kotor. Tapi percuma, pandangannya masih berkabut. Ryan bangkit dan mulai berjalan perlahan sambil menebas tangannya agar kabut menipis. Semakin lama dia berjalan semakin tebal kabut, percuma saja.

Ryan berhenti saat dia menyadari suatu hal, lehernya tidak sakit lagi. Dia ingat jelas saat salah satu Blackshadow menyerangnya, membuat kerongkongannya sesak, tapi sekarang dia merasa baik-baik saja, seperti dia tidak pernah terluka. Tidak ada bekas sama sekali.

Ryan kembali berjalan namun kesabarannya mulai menipis. Dia tidak suka tidak bisa melihat apa yang ada di sekitarnya, itu membuatnya dua kali lebih was was dari biasanya. Teman-temannya selalu menemaninya, tapi sekarang Ryan berjalan sendiri tanpa bisa melihat arah, dia merasa ngeri.

Perjalanan Ryan terhenti lagi saat dia menemukan bayangan tidak jauh darinya, orang itu terlihat lebih pendek darinya. Dia terlihat sedang membatu, tapi entah kenapa Ryan bisa merasakan tatapannya menusuk.

"Nathan?" Ryan tidak yakin orang yang dilihatnya itu adalah temannya yang bawel. Perlahan-lahan Ryan mendekatinya, kini wajahnya jelas. Itu bukan Nathan. Rambutnya tidak seberantakan rambut Nathan, matanya berwarna biru dan wajahnya pucat.

"Kau lama sekali, membuatku ragu akan pilihanku." Ryan yakin dia tidak pernah melihat orang ini sebelumnya. Kalau dia salah satu dari mereka yang terjebak, Ryan pasti mengenalinya. Tubuh orang itu tersamarkan, seperti ada tapi tidak tetap.

"Ya ... langsung intinya deh. Padahal tadinya aku ingin basa basi." Dia membuat gestur "pergi sana" dengan tangannya kemudian kabut perlahan menipis.

"Eh ... kenalin." Dia berjabatangan. Ryan baru akan menerimanya tetapi tangannya lewat begitu saja tanpa menyentuh tangan anak itu.
"Ehm ... Ry-- lah?" Ryan mundur beberapa langkah karena kaget, apa anak ini hantu?

"Aku Ang, salken ya Rylah," kata hantu itu sembari mengejek.
"Bukannya itu yang di avatar?"
"Nama samaran, biar keren hehe." Laki-laki ini terlihat seumuran dengan Nathan, tapi ternyata tingkah lakunya jauh lebih kekanak-kanakan. Ryan teringat akan Nathan lagi, mungkin anak ini melihatnya.

"Kamu sempat lihat ada anak yang uhhh, seumuran kayaknya. Lewat sini gak?" Tapi Ang malah mengabaikan Ryan dan berbicara pada diri sendiri, Ryan mulai merasa canggung.

"Mau kekuatan gak?" tanya Ang yang telah berhenti bergumam. "Eh? seriusan?" Ryan harap yang Ang maksud adalah kekuatan seperti Rienna, jadi Ryan mengangguk.

"Bagus! Ulurkan tanganmu. Waktu aku tidak banyak, bentar lagi kamu siuman soalnya." Ryan baru sadar bahwa dia berada di sebuah pulau kecil. Dia bisa melihat pesisirnya, langitnya yang biru cerah, dan tumbuhan hijau dihiasi bunga-bunga. Tapi di balik semua keindahan ini, Ang tetap saja terlihat seperti hantu yang membuat Ryan merasa kasihan padanya.

Sudah pasti Nathan tidak ada disini. Juga apa yang dimaksud anak itu dengan dia yang hampir siuman? Apa Ryan pingsan? Dia hanya berharap Nathan, dan juga Matt (sejujurnya Ryan masih kesal, tapi Matt kan temannya) tidak apa-apa.

"Cara aktifinnya tuh tinggal bilang 'aku botak'." Ang mengulurkan lengannya. "a- aku botak?" Ryan tidak bisa membedakan apa anak ini serius atau hanya bercanda.

"Kamu bisa mengontrol angin. Bikin badai kek, terbang kek, atau mungkin beberapa hal lain yang belum pernah aku coba. Setelah ini kamu harus cepet-cepet bantu teman-teman kamu. Leher kamu bakal tetep luka sih. Sori ya, sihirnya cuman berhasil disini doang." Ang tiba-tiba menjadi serius.

EndeavourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang