STEPMOTHER 20 - He knows

4.8K 156 56
                                    

TAP BINTANG.
.
.

Suara ketukan heels membuat Justin mengangkat wajahnya dari piring, keningnya berkerut menatap seseorang yang melenggang dengan tergesa didepannya tanpa repot-repot menyapanya. Dengan cepat Justin beringsut dari duduknya dan menggapai tangan orang itu.

"Mau kemana, Renata?"

Renata Marie Shandes menoleh, "Aku harus mengajukan proposal pada klien ku, Just."

"Dan meninggalkanku sarapan sendiri?" Ucapan Justin terdengar seperti rajukan. Wanita itu mengangkat satu alisnya kemudian tertawa kecil.

"Ada apa dengan sarapan sendiri? Bukankah kau bilang sudah biasa sarapan sendiri selama ini?"

Skakmat.

Justin mengernyit, "Aku ingin makan denganmu!"

"Just, mengertilah. Aku buru-buru dan tidak bisa sarapan, untuk kali ini sarapanlah sendiri ya?" Renata mengeluskan jemarinya dipipi Justin dan menatapi wajah cemberut lelaki itu yang terlihat menggemaskan.

"Tidak mau."

Renata tidak membalas, hanya meresponnya dengan mendekatkan wajahnya ke wajah lelaki itu, lantas menciumnya dengan perlahan. Kedua lengannya memeluk leher Justin membuat lelaki itu memeluk pinggang rampingnya dan membalas ciumannya.

"Ku kira tidak ada orang."

Suara seseorang itu sukses membuat keduanya menjauh satu sama lain. Justin melebarkan matanya ketika melihat siapa orang itu, sementara Renata menetralkan kembali wajahnya yang memerah.

"Zayn."

Zayn mengangguk sekali dan menatap keduanya dengan mata sedikit melebar terkejut. Tidak menyangka dengan apa yang baru saja ia lihat. "H-hai."

"Kau bisa makan dengan temanmu. Aku pergi dulu." Setelah mengatakan itu, Renata berlalu dari hadapan mereka.

Pandangan Zayn mengikuti kemana Renata pergi hingga tubuhnya menghilang dibalik dinding, Sementara Justin mengusap rambut coklatnya lalu menunduk.

"Apa maksudnya?"

Justin tidak merespon, hanya menatap lantai keramik berwarna krem dibawahnya yang membuat Zayn berubah kesal.

"Apa maksudnya, Just?!"

Nada Zayn terdengar naik satu oktaf. Dia marah. Justin mengangkat kepalanya sambil menarik napas panjang. "Bagiku itu adalah momen manis, bukankah begitu, Malik?" Jawabnya pelan, namun terlihat santai.

"Aku tidak habis pikir." Zayn melangkah mendekati Justin sambil menggeleng, "Kau sudah gila atau apa? Sudah kehilangan akal sehatmu? Just, sadarlah! Dia ibumu. Ibu tirimu!"

Justin menatap zayn dengan wajah datar khasnya tanpa berniat menjawab.

"Tuhan.." Zayn memejamkan matanya, lalu menunjuk Justin dengan telunjuk kanannya. "Kau! Jelaskan hal sialan apa yang baru saja kulihat, Harison!"

Justin meneguk ludah. Jujur, sebagian dalam dirinya sedang dibalut rasa takut. Bagaimana tidak? Dia dan Renata ketahuan. Apakah nanti akan ada satu orang, dua orang atau tiga orang lagi yang mengetahui ini?

"Aku mencintainya itu point utama. Dan aku tidak bisa menyangkal perasaan ini itu point kedua. Kau tidak tahu bagaimana aku melewati hari-hari bersamanya. Perhatiannya, sentuhannya, sikapnya. Aku tidak bisa menolak perasaan ini." Justin terengah disela ucapannya yang beruntun tanpa jeda. "Aku menyayanginya lebih dari perasaan anak kepada ibunya.. aku mencintainya."

Zayn termangu, mata coklat kehitamanya menatap Justin dengan netra kaget. Ia sama sekali tidak menyangka temannya yang dikenal anti dengan wanita malah berhubungan dengan ibu tirinya. Tidak adakah wanita lain? Hayley misalnya.

STEPMOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang