Jieun merapikan kembali seragamnya ketika sudah turun dari mobil. Gadis manis bertubuh mungil itu menatap kagum kearah gedung sekolah yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu nanti. Untuk sesaat ia meragukan fakta jika gedung semegah itu adalah sebuah sekolah.
Sepasang tungkainya melangkah dengan ringan, dalam hati ia mencoba untuk menguatkan diri untuk tidak bersikap gugup, mengingat jika ia adalah murid pindahan disekolah ini.
“Sial. Sebenarnya dimana ruang gurunya?” Umpat Jieun kesal.
Sebenarnya gadis itu sudah pernah pergi ke ruang guru tepatnya ruangan kepala sekolah bersama dengan kakaknya, namun sialnya dia tidak memperhatikan jalan yang dilewatinya dan hanya mengekori kakaknya dari belakang.
Jieun terus berjalan tanpa arah sembari menengok ke kanan dan kiri berharap ada murid atau bahkan guru yang bisa ditanyainya, tapi sampai beberapa menit ia berjalan belum ada tanda-tanda kehadiran dari salah satu penghuni sekolah. Oh salahkan saja gedung sekolah ini yang terlalu besar, batin Jieun kesal.
Ketika gadis itu sudah mulai putus asa, samar-samar Jieun bisa menangkap suara yang sepertinya murid laki-laki yang tengah tertawa.
“Akhirnya…” Gumam Jieun yang sudah bisa bernafas lega.
Ia melangkahkan kakinya dengan semangat untuk menghampiri tiga orang murid laki-laki yang memang benar sedang mengobrol.
Salah satu murid yang menyadari kehadiran Jieun langsung mendaratkan atensinya kearah gadis itu.
“wah wah… kita bertiga kedatangan tamu” Seru seorang pemuda dengan papan nama Jaehyun itu. Ia langsung berjalan menghampiri Jieun dan dengan entengnya merangkulnya layaknya teman dekat.
Jieun meneguk salivanya dengan susah payah. Tubuhnya sedikit bergetar karena ketakutan. Sepertinya keputusannya salah untuk meminta bantuan pada mereka. Kedua kakinya bahkan serasa tak menapak ditanah lagi ketika menyadari tatapan tajam serta seringaian bengis dari salah satu pemuda yang masih bergeming tak jauh dari tempatnya berdiri.
Baru pertama masuk dan dia sudah mendapat kesialan beruntun seperti ini?
“Kalau diperhatikan lagi dari gerak-gerikmu, sepertinya kau anak baru. Aku benar kan?” Ujar seseorang lagi yang Jieun tak tahu siapa namanya. Lihat saja seragam yang mereka kenakan sekarang, sama sekali tidak mencerminkan anak sekolah. Yang bernama Jaehyun tidak mengenakan blazer tapi memakai dasi, sedangkan dua temannya kompak memakai blazer tapi tidak dengan dasi, kemeja mereka bertiga dibiarkan diluar.
“Ah benar kata Jaewon, kau pasti anak baru. Aku baru pertama kali melihatmu disini”
“Memangnya kau sudah hafal semua murid disini huh?” Timpal Jaewon mencibir dan langsung dibalas dengan gelengan kepala disertai cengiran dari Jaehyun.
Jieun hanya menanggapi dengan senyuman terpaksa. Ia langsung menyimpulkan jika pemuda yang bernama Jaehyun adalah orang yang kelewat ramah dan juga cerewet, sama dengan Jaewon.
Tangan Jieun dengan perlahan menyingkirkan tangan Jaehyun yang masih setia merangkul pundaknya.
“Ne, aku memang anak baru” Cicit Jieun sekenanya.
Pemuda yang sedaritadi hanya diam tiba-tiba maju beberapa langkah dan berhenti tepat didepan Jieun yang wajahnya sudah pucat pasih.
Pemuda itu menyunggingkan senyuman yang nyaris tak pernah ia perlihatkan, ia sudah tahu jika gadis mungil itu takut padanya.
“Lee Ji Eun –“
“Nama yang cantik seperti orangnya” Ujarnya kemudian menarik tangannya kembali dari papan nama yang dipakai Jieun.
Jaewon dan Jaehyun yang berada disisi Jieun saling berpandangan dengan senyum penuh arti.
“Kami akan mengantarmu ke ruang guru”Lanjut pemuda itu dan langsung berlenggang pergi tanpa menunggu persetujuan dari Jieun.
“Ne? ti-dak usah, aku bisa sen –“
“Heyy Jieun..dengarkan saja perkataan Taehyung, kami yang akan mengawalmu menuju ruang guru” Seru Jaehyun yang sudah memegang lengan kiri Jieun dengan penuh semangat.
