2

2.4K 163 16
                                    

Apa cemburu itu lebih berat dari rindu?

Tapi aku merasakan kedua duanya dan keduanya itu sama beratnya. Yang penting gak seberat berat badan aku, ya gak?

***

Ponselku tiba tiba aja berbunyi, disaat jam pelajaran sedang berlangsung. Apalagi sekarang yang mengajar adalah guru killer, bisa mampus kalau aku ketauan.

"Hallo, siapa?"

Tanyaku dengan nada suara pelan, agar tidak ada orang yang mendengarku.

"Masa lo gak kenal gue! Emang kontak gue gak lo kasih nama?"

Aku langsung melihat nama kontak si penelpon dan ternyata dia adalah si Mars.

"Apaan sih lo, gue lagi belajar. Gue kan udah bilang nanti kalau mau jemput!"

"Santai aja kali! Gue cuma mau bilang gue gabisa jemput lo, jadi lo pulang bareng temen gue"

"What temen lo, siapa? Gamau gue gak kenal!"

"Tenang aja dia ganteng kok, pasti buat mata lo nyaman"

Gila nih si Mars, kakak kok gini sama adiknya, ish! Ish! Ish!. Dia emang kakak tergatau deh aku juga gamau ngomongin si Mars lagi.

"Gue bilang gak mau Mars bego!"

"Wah ngajak ribut! Pokonya temen gue yang jemput titik gak pake koma"

"Gak mau!"

"Harus mau!"

"Gamauuuuuu!!!"

Aku tak sengaja berteriak, dan membuat seisi kelas menatap kearahku termasuk guru killer itu. Aku langsung memasukan ponsel ke dalam tas.

"Bulan! Kenapa kamu teriak gamau?" Ketus guru killer.

Aku terdiam dan mencari alasan yang tepat, tapi alasan apa yang bisa aku katakan, sementara otaku saja bingung memikirkan sesuatu lagi gak konek.

"Bulan! Saya nanya sama kamu!"

"Eh iya bu, eh saya.."

Sial! Aku benar benar terpojok oleh guru satu ini, ini juga sih gara gara si Mars tolol! Aaaa kesel diriku ini. Ingin ku teriakkk.

"Apa jangan jangan kamu gamau saya ngajar disini?"

Dan si Yayat teman sekelasku yang duduk di belakangku malah mendegulkan kepalaku, dan itu artinya apa? Iya.

Guru killer itu langsung memelototiku.

"Bulan! Sekarang kamu keluar dari kelas ini"

Dasar Yayat bego! Temanku yang satu ini emang super super menyebalkan.
Aku menoleh ke belakang dan menatapnya sinis, tapi si Yayat malah mengacungkan jempol di depan mukaku.

"Awas lo Yat!"

"Lah kenapa marah?"

Si Yayat malah nanya kenapa marah lagi, heuh!.

Antara Bulan & LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang