17

1.4K 102 0
                                    

_____

"Bulan!! Cepetan katanya mau bareng"

Teriakan Mars itu memang mengalahkan suara toa. Aku yang baru mengikat sepatu langsung berlari keluar rumah, lalu mengunci pintu.

"Biasa aja kali gausah teriak segala. Gue juga punya kuping" aku memperlihatkan kuping kananku.

"Iya iya gue gamau debat sama lo bisa bisa telat lagi"

Setibanya di sekolah, aku turun tanpa pamit kepada Mars. Aku berjalan melihat ke sekeliling sekolah, tapi tidak ada satupun murid di area ini, apa aku yang terlalu kepagian, atau mereka yang memang datangnya suka siang.

Saat hendak menaiki tangga, mataku tak sengaja melihat Langit yang sedang bermain Gitar di sebuah kursi depan kelas. Dia terlihat keren, apalagi suaranya juga bagus. Selama ini aku tidak pernah melihat dia bermain gitar lagi, dan sekarang saat aku melihatnya rasanya seperti dulu. Dia memang suka bermain gitar, bahkan saat senarnya putus gara gara aku, dia sempat memarahi aku.

"Langit, kalau aku boleh jujur..aku..masih mengharapkanmu"

"Tapi untuk dekat lagi, sepertinya tidak mungkin"

"Bulan" Langit tiba tiba memanggilku saat aku akan melangkah naik. Aku menoleh dan menemukan Langit dengan gaya duduk yang berbeda.

"Iya, ada apa?"

Kulihat Langit terdiam sejenak, lalu tersenyum. Anehnya senyuman yang satu ini berbeda dari sebelumnya, yang sebelumnya terasa hambar kini terasa manis.

"Selamat pagi"

Deg!

Jantungku mulai bekerja tak normal, serasa hatiku dibawa terbang tinggi oleh kata kata Langit yang bersayap.

"Pa..pagi juga" aku berusaha melengkungkan bibirku, tapi rasanya aku kaku dan sulit.

"Nanti malem gue mau ajak lo makan"

"Ya allah mimpi apa aku semalam, Langit tersenyum, ngucapin selamat pagi, dan sekarang dia ngajak aku makan malem. Romantis banget sih, dasar ya diam diam menghanyutkan"

"Iya"

"Nanti aku jemput"

"Subhanallah"

"Iya, gue duluan" saking tidak kuatnya dengan sikap Langit, aku langsung berlari kearah kelas. Dan rasanya inginku menjerit sekencang kencangnya.

"Diraaaaaaaa, Diraaaaaa" teriaku, untung nya hanya Dira yang berada di kelas ini.

Dira langsung menutup kedua telinganya. "Bulann jangan teriak teriak!"

"Hehe sorry, abisnya aku seneng banget sih"

"Seneng kenapa?"

"Langit ngajak aku makan malem" aku tersenyum. Tapi Dira hanya terdiam, tanpa respon.

"Dir, ko kamu kaya gak seneng gitu?"

"Seneng sih, tapi Lan kamu harus inget dia udah punya Mentari, dan kamu gak bisa berharap malem ini dia bakalan ngajak balikan atau romantis apalah itu"

Antara Bulan & LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang